Home / Romansa / Istri Rahasia Kepala Sekolah / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 221 - Chapter 230

301 Chapters

Bab 221

Sore itu, awan biru berarak menghiasi langit. Angin berembus dengan begitu kencang menerbangkan dedaunan kering kerontang dan debu jalanan. Saking kencang, beberapa jendela rumah bergerak dan menutup secara tiba-tiba disertai suara yang begitu berisik. Tak berselang lama, awan biru pun kini telah menghilang dan berganti dengan awan berwarna kelabu seperti suasana hati Aldino saat ini. Awan pembawa hujan segera bertandang. Mengabaikan itu semua, Aldino menatap sekeliling halaman rumahnya yang dipenuhi oleh bebungaan. Sembari merapatkan jaketnya, ia berteriak pada tukang kebun yang sedang menyiangi rumput liar yang sudah tumbuh subur di sana. “Ganti semua tanaman hias ini! Tidak boleh ada mawar di halaman ini! Ganti dengan tabulampot!” pekik Aldino dengan tanpa bas
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

Bab 222

“Apakah tidak ada setitik rasa yang tersimpan di hatimu untuk Ana?”Ali berbicara dengan nada rendah setelah mendengar perkataan Aldino yang terdengar kejam di telinganya. Setidaknya untuk saat ini, ia harus menahan emosinya demi menyelamatkan Ana dari kasus sianida. Ia harus membujuknya. Pria itu-pria yang sangat dicintai adiknya akan menjebloskannya ke sel penjara. Tidakkah ada rasa simpatik pada adiknya mengingat ia tengah sakit. Mungkin, Ana juga melakukan itu saat kondisi pikirannya kacau balau. Ia berada dalam fase terberat dalam hidupnya.  Aldino mendesis dengan ke dua tangan yang mengepal sempurna. Jika ditanya apakah masih ada perasaan Aldino pada Ana? Tentu saja, masih ada rasa padanya. Hanya saja, pera
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

Bab 223

Suasana terasa hening. Seakan-akan waktu merangkak lambat. Ke dua netra Ana dan Aldino bersitatap. Sontak, ke dua busur di wajah Ana tertarik mengulas senyum simpul saat melihat sosok yang begitu ia puja dan rindukan. Sosok yang setiap malam bertandang dalam bunga tidurnya. Seperti mimpi, Aldino berada di sana. Apa yang sedang dilakukan pria itu? Namun dalam hitungan sepersekian detik, senyuman Ana memudar tatkala melihat sosok pujaan hatinya membuang tatapannya. Seolah Ana ialah seonggok sampah di matanya. Sampah yang tak berharga! “Ana, kenapa kau datang kemari? Siapa yang mengantarmu?”Pertanyaan Ali mengusik Ana yang tengah mengamati raut wajah tampan Aldino
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more

Bab 224

Pria itu berjongkok lalu membantu Ana untuk berdiri. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya dengan bernada khawatir. Ana langsung menepis tangan dokter itu. “Aku gak apa-apa, Zain,”Sungguh, Ana tidak tahu berterima kasih. Padahal Zain berniat membantunya. Namun sekali lagi, cinta Zain pada Ana ialah cinta pada pandangan pertama. Ia sama sekali tidak tersinggung akan sikap Ana padanya. Ia berusaha memakluminya. Katakanlah Zain seorang dokter yang cerdas dalam karirnya namun bodoh soal percintaan. Lamarannya ditolak oleh Ana namun tak membuatnya menyerah untuk mendapatkan hatinya. Saat itu Zain yang juga berdinas malam di rumah sakit tersebut langsung mengejar Ana saat melihatnya. Namun siapa sangka, ia melihat pema
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more

Bab 225

Malam itu Aldino pun menceritakan apa yang terjadi saat ia mengunjungi Ana pada Malati. Malati tak kalah syok saat mendengar tentang Hanum yang tiba-tiba terkena serangan jantung secara mendadak.Wajah Malati terlihat sedih dengan hati yang mencelos. “Mas,” imbuh Malati meraih tangan suaminya lalu meletakkannya pada pipinya. Diciumnya beberapa kali telapak tangannya. Malati kini lebih bebas mengekspresikan rasa cintanya padanya. Sebelumnya ia sangat kaku saat menghadapi Aldino. Namun setelah tahu betapa besar kasih sayang padanya, ia pun akan membalasnya dengan kasih sayang yang melimpah pula.Aldino menatap lembut sikap istrinya. Malati begitu menghormati dirinya sebagai seorang suami. Ia bersyukur akan hal itu.“Mas tak perlu merasa bersalah. Semua terjadi bukan karena Mas.”Malati berusaha menenangkan suaminya yang tampak gusar. Ia bisa menangkap raut gelisah pada diri suaminya. Yang pasti, Aldino tampak merasa sebagai penyebab dari awal mula kejadian itu. Aldino yang telah mengga
last updateLast Updated : 2024-07-29
Read more

Bab 226

Malati merasa gelisah ketika mendapat pertanyaan semacam itu dari suaminya. Aldino menanyakan siapa cinta pertamanya? Yang benar saja! Malati mendesah pelan lalu menjawab dengan pelan.“Masa laluku adalah milikku. Masa lalumu adalah milikmu. Masa depan adalah milik kita bersama.”Malati mengatakan itu dengan spontan. Kata-kata yang secara tidak langsung menyiratkan sebuah makna yang mendalam. Ada sebuah harapan dalam untaian kalimat tersebut selain doa. Aldino mengulum senyum mendengar perkataan istrinya, “mendiang Eyang Habibie mengatakan hal itu. Hum, jawaban diplomatis.” Malati mengangguk lalu berdiri dan mengabaikan ukiran tulisan tangan hasil karyanya yang
last updateLast Updated : 2024-07-29
Read more

Bab 227

Malati merasa heran melihat Aldino yang sejak kemarin sepulang sekolah terlihat ceria. Tak ada raut kekesalan ataupun kemarahan di wajahnya sama sekali. Aneh adalah satu kata yang mewakili perasaan Aldino saat ini.Keesokan harinya, Aldino mengajak Malati jogging menuju alun-alun kota menikmati moment car free day hari itu. Usai menghabiskan waktu berolahraga di sana, mereka pun pulang. Mereka mandi dan akan bersiap-siap untuk sarapan pagi.“Sayang! Sayang!”Aldino memanggil istrinya dengan begitu lembut dan sedikit terdengar hiperbolis. Malati yang mendengarnya hanya mendesah pelan menoleh ke arahnya.“Apa, Mas?”Wanita dengan perut yang membuncit itu berjalan menghampiri suaminya yang sedang menikmati secangkir kopi di balkon lantai dua yang menghadap taman belakang.“Sini!” titahnya sembari menepuk-nepuk kursi rotan di sebelahnya. Malati pun menurut lalu duduk di kursi sebelahnya.Aldino menggeser kursi miliknya agar bisa berhadapan dengan istrinya. Diraihlah ke dua tangan istrinya
last updateLast Updated : 2024-07-30
Read more

Bab 228

Sulaiman memeluk Aldino dengan perasaan yang berdosa. Selain itu Sulaiman menangis karena takut kehilangan putrinya untuk ke dua kalinya. Ia tak rela jika Ana masuk penjara. Ia merasa menyesal atas perbuatan putrinya pada keluarga kecil Aldino yang sangat fatal. Sulaiman Basalamah baru saja mendengar cerita itu dari istrinya yang kini telah sadarkan diri. Pria itu tidak menyangka putrinya bisa senekad itu! Sungguh, ia merasa telah gagal menjadi seorang ayah baginya. Hanum menceritakan padanya soal kebenaran tentang Ana yang berusaha meracuni istri Aldino Tama Waluyo yang tengah hamil saat acara pesta pernikahannya. Beruntung yang meminum racun itu sepupunya dan selamat! Andaikata insiden tersebut sampai membuat Ariana meregang nyawa maka hukuman Ana pun semakin berat. Mungkin takkan pernah ada ampun untuknya! 
last updateLast Updated : 2024-07-30
Read more

Bab 229

Malati menjadi bingung saat menghadapi suaminya yang tantrum. Lantas ia pun memilih mendiamkannya. Namun ia khawatir karena suaminya belum sarapan. Menepis rasa takutnya, ia mendekati suaminya dengan membawakan makanan yang lebih tepat disebut makan siang ketimbang sarapan.“Mas, makan dulu!”Malati membawa nampan berisi menu makan siang untuk suaminya. Ia pun menaruh nampan itu di atas nakas. Aldino memilih diam dengan menggulir-gulir layar ponselnya tak karuan. Entah apa yang dilakukan oleh pria dewasa itu. Ia tengah kesal pada keluarga Basalamah.Saat menyadari ada suara sendok dan garpu bersentuhan, Aldino hanya melirik sekilat pada nampan itu. Seketika ia terkesiap karena ternyata istrinya yang menaruh makanan itu bukan Mbok Darmi. Ia mendesah pelan namun tetap memasang wajah dingin. Ia mengabaikan istrinya.Aldino merasa lapar namun karena marah dan kesal, ia menunda jadwal makannya.Malati pun memutuskan keluar kamar mereka dan pergi ke lantai bawah karena kesal pada suaminya.
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Bab 230

Dengan telaten Malati menyuapi Aldino yang terlihat merajuk. Pria dewasa itu mendadak ingin dimanjakan olehnya. Setelah suapan terakhir, Malati mengangsurkan segelas air putih untuk suaminya. Namun sebelumnya, ia menyeka dua bulir nasi yang menempel di sudut bibirnya. Aldino langsung menangkap tangannya dan tersenyum. Ia menangkupkan telapak tangan istrinya pada wajahnya. “Makasih, Putri,” Aldino menatap dalam istrinya. Ia berusaha menggali isi kepala istrinya. Istrinya itu pandai sekali menyembunyikan perasaannya. Namun tiba-tiba ia mengingat Malati sewaktu mengobrol dengan Elang-pengawal mereka. Ia tidak suka Malati akrab dengan pria manapun. Apalagi pekerja di rumah mereka. “Kau tadi mengobrol apa dengan Elang?”
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
31
DMCA.com Protection Status