Home / Romansa / Istri Rahasia Kepala Sekolah / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 211 - Chapter 220

301 Chapters

Bab 211

Seorang pria tampan dalam balutan hem batik yang mencetak tubuhnya mendatangi sebuah rumah berdesain Timur Tengah malam itu. Ia begitu antusias ingin mengajak wanita yang sedang ditaksirnya pergi ke sebuah pesta pernikahan cucu dari kolega ayahnya.Pria itu sedikit gugup. Beberapa kali ia mengusai rambutnya sembari bercermin. Memastikan apakah penampilannya sudah terlihat tampan atau belum. Masalahnya wanita yang disukainya sangat cantik. Ia tak ingin tampil buruk saat bersanding dengannya.“Kau sudah lama di situ, Zain?”Seorang wanita paruh baya menyapa pria itu yang berdiri mematung di depan pintu sedangkan tangannya tak urung mengetuk pintu atau memencet bell.Saat menyadari suara wanita di belakangnya, Zain menoleh kaget.“Tante Hanum, Halo! Bagaimana kabarmu?” ujar Zain spontan. Ia langsung mengecup punggung tangan wanita itu dengan senyum yang mengembang.Hanum hanya mengulum senyum melihat tingkah Zain yang terlihat gugup. Namun ia merasa senang melihat itikad baiknya pada Ana
last updateLast Updated : 2024-07-20
Read more

Bab 212

Aldino tampak panik saat mendapati beberapa tatapan tamu undangan tertuju pada meja di mana istrinya duduk. Saat itu Aldino sedang mengobrol dan menyambut kedatangan para tamu istimewanya.Mendengar kericuhan terjadi, pria besar itu diserbu kegelisahan yang tinggi. Ia mengira jika wanita yang terlihat pingsan itu istrinya. Dengan langkah mendugas, pria besar dalam balutan tuxedo berwarna putih itu menghampiri meja istrinya.Terlihat istrinya dan Sulis tengah memeriksa seluruh hidangan pesta di meja itu. Mereka terlihat serius.“Sayang, ada apa?” tanya Aldino langsung meraih lengan Putri Melati. Sesaat Putri Melati saling berpandangan dengan Sulis. Mereka berbicara dengan kode. Kemudian Malati menoleh ke arah suaminya dan berbicara setengah berbisik.“Mas, ada yang menaruh racun pada minuman jus yang Mas pesan pada pelayan untukku. Aku hampir meminumnya. Namun Ariana keburu meminumnya. Untungnya, Ariana masih bisa tertolong. Ia langsung terbatuk dan memuntahkan sebagian minuman itu.”A
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

Bab 213

Beberapa jam sebelumnya,Zain panik karena ia tidak melihat Ana di manapun. Padahal sebelumnya Ana merangkul lengan Zain saat mereka beriringan memasuki area pesta. Ia takut terjadi apa-apa pada Ana mengingat kondisinya masih belum stabil.Ia pun mencari Ana setelah berpamitan pada pengantin. Ia kesulitan mencari Ana sebab di sana tamu undangan ramai. Ia pun berusaha menelepon Ana. Namun ia tidak mengangkatnya. “Ana, kau di mana?” gumam Zain melenguh pelan. Matanya terus beredar. Sungguh, ia begitu mengkhawatirkannya.Ia pun langsung pergi ke tempat parkir di mana mobilnya berada dengan asumsi bahwa mungkin Ana sudah berada di dalam mobilnya. Ia baru ingat jika kunci mobil disimpan olehnya.“Arhgh, shit!!! Aku lupa,” imbuhnya dengan mendengus pelan. Dengan langkah mendugas, Zain pun segera pergi menuju area parkir. Betul sekali perkiraannya, Ana sudah berada di dalam mobil itu.Zain gegas menarik gagang pintu dan melihat ke dalam. Ana duduk termangu dengan tatapan kosong.“Ana,” imbuh
last updateLast Updated : 2024-07-22
Read more

Bab 214

Terdorong jiwa detektifnya, Malati berjalan mengendap-endap dan turun ke lantai bawah di mana ballroom hotel berada. Wanita yang sudah mengandung usia kandungan ke enam bulan itu menyusuri ballroom hotel sendirian. Ia sama sekali tidak takut apapun. Padahal malam sudah sangat larut. Seharusnya ia istirahat. Namun ia tak bisa tidur ketika ia merasa belum menemukan titik terang siapakah yang berniat menghabisi nyawanya.Janin dalam perutnya menendang-nendang seolah memprotes apa yang dilakukannya. “Ough, baby, ada apa? Kau menendang keras sekali.”Malati mengusap perutnya yang terasa berdenyut. Bahkan tak hanya berdenyut tetapi perutnya bergerak mirip ombak, membuat sebuah gerakan layaknya gelombang.Ia pun memilih duduk di salah satu kursi yang berada di sana lalu mengelus-elusnya perlahan. Berusaha meredam rasa ngilu yang ditimbulkan oleh pergerakan janin.“Baby, please! Aduh, Mama merasa ngilu deh,” imbuhnya mendesah pelan. Ia pun memutuskan untuk mengakhiri penyelidikannya di sana. I
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

Bab 215

Pria tua yang masih terlihat gagah perkasa itu memukul tongkatnya pada lantai. Tanpa tedeng aling-aling ia mengatakan sesuatu yang tak diharapkan oleh Aldino Tama Waluyo dan Putri Melati.Aldino juga tidak meminta pendapatnya.Berita yang mencengangkan!Putri Melati diminta untuk tinggal di kediaman Eyang Waluyo di Salatiga. Rupanya, pria tua itu sudah mendengar kabar soal racun sianida itu. Padahal tidak ada yang mengabarinya. Namun entah berasal dari mana ia mendapat informasi tersebut.Aldino ialah pewaris utama kekayaan Eyang Waluyo dan kelak otomatis maka keturunan Aldino ‘lah yang akan meneruskannya. Apalagi calon bayi Aldino berjenis kelamin lelaki. Sudah menjadi turun temurun dalam keluarga tersebut pewaris utama jatuh pada anak lelaki lalu cucu lelaki dan seterusnya.Aldino menelan salivanya yang terasa kecut. Ia menurunkan suaranya dan berbicara lebih tenang. “Eyang, Putri akan tetap tinggal di sini. Tidak terjadi apa-apa. Semua aman terkendali. Para pengawal Eyang bekerja d
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Bab 216

Suasana yang mencair kini kembali menegang. Pasalnya, Bude Ratna mulai mengumumkan berita terbaru tentang perkembangan soal kasus racun sianida itu. “Tolong perjelas, Bude! Hum, mengapa Sulis tidak mengabariku? Mengapa hanya mengabari Bude Ratna?”Aldino bertanya dengan penuh telisik. Ia tak terima jika Sulis hanya mengabari tantenya, bukan dirinya.  “Emak-emak dilawan,” Cetus Bude Gendhis memutar ke dua bola matanya jengah. “Yang penting … Eh siapa itu namanya detektif. Ulis … Lilis …” “Sulis, Gendhis! Sulis!” tegur Bude Ratna kesal. “Nah, itu Sulis! Lah Sulis anak kecil yang suka n
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Bab 217

Zain menjenguk Ana keesokan harinya. Semalam ia bermimpi buruk tentang Ana. Pria itu sangat mengkhawatirkannya. Ia takut jika karena dirinya mengajak Ana ke tempat yang ramai membuat kondisi psikis Ana sedikit terganggu. Oleh karena itu ia memberanikan diri lagi datang ke sana setelah bertemu dengan ibunya dan mendapat nasehat darinya-yang merupakan psikiater yang menangani Ana selama di rumah sakit jiwa. “Zain, masuklah!” Hanum menyambut pemuda yang enggan dipanggil dokter itu dengan hangat. Pria dalam balutan kasual itu terlihat tampan, mengenakan kaos berkerah warna hitam dan celana jeans dark blue. Ia tampan seperti seorang pemuda pada umumnya. Di tangannya satu buket bunga mawar merah digenggamnya dengan erat. Dan, satu tangan lagi menjinjing sebuah paperbag berlogo makanan. 
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

Bab 218

Malati tidak berani mengemukakan hasil analisanya pada Aldino. Ia memilih bungkam. Ia memiliki alasan yang pasti! Mereka pulang kembali ke rumah dan mengabaikan kasus sianida tersebut. Aldino merasa sudah menyerahkan sepenuhnya kasus itu pada detektif dan pihak kepolisian. Sejenak ia tak ingin mengambil pusing soal kasus tersebut. Ia akan menunggu hasil investigasi mereka. Ia ingin menikmati waktunya dengan istrinya. Setelah menghabiskan dua hari menginap di hotel dan melakukan jumpa pers dengan media mengenai pengumuman pernikahannya, mereka memutuskan pulang. Malati sudah tidak betah tinggal di hotel. Ia ingin pulang ke rumah.  Eyang Waluyo dan keluarga besar lainnya sudah pulang kembali ke Salatiga. Akhirnya, Eyang Waluyo mengikuti saran para bude Aldino untuk tidak
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

Bab 218

Siang itu Malati terlihat gelisah. Beberapa kali ia menengok jam dinding yang menggantung di ruang tamu yang luas tersebut. Ia tengah menunggu kedatangan seseorang. Tamu istimewa yang sudah lama dinantikan kehadirannya. Malati kesulitan membuat janji temu dengannya mengingat ia sangat sibuk. Malati juga tak bisa keluar rumah sendirian. Oleh karena itu mereka berjanji bertemu di kediamannya. Malati menyambut kedatangan tamunya dengan sukacita. Ia pun mempersilahkannya masuk. Mereka duduk dan saling pandang serta sibuk dengan pikiran masing-masing. “Sulis, bagaimana hasil penyelidikan?” Malati memperhatikan wajah Sulis yang terlihat kecut hari itu. Ia diundang Malati untuk datang ke kediamannya.&nbs
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more

Bab 220

Degup jantung Malati berdenyut cepat sekali saat melihat ekspresi yang ditunjukan oleh Aldino. Tak menyangka, jika Sulis profesional. Ia memberikan bukti-bukti yang mengarah pada Ana sebagai pelakunya. Meskipun ada bukti yang terlewat yaitu sidik jari.  Namun Sulis sudah cukup mengumpulkan bukti lainnya. Di antaranya ialah rekaman suara saat Ana meminta salah satu karyawan di perusahaan ayahnya, membawakannya botol berisi sianida berbentuk serbuk. Botol yang sama dan ditemukan di TKP.  Urat-urat hijau tampak menyembul di balik punggung tangan Aldino yang tengah melihat dokumen penting, soal hasil investigasi kasus racun sianida yang nyaris melenyapkan istri dan anaknya. Tangannya mencngkeram kertas itu dengan erat hingga tampaklah buku-buku jarinya. Rahangnya terli
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status