Home / Romansa / AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR: Chapter 51 - Chapter 60

118 Chapters

Perang antara dua wanita tak tahu diri

Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 14.***Setelah selesai membuat rencana dengan Tante Misna. Kini aku bergegas pulang. Tak lupa aku membelikan makanan untuk Ayah dan Salman. Karena tadi aku belum masak, pasti sekarang Salman sudah pulang..Sampai di rumah."Bu, dari mana?" tanya Salman cemberut."Beli makanan kesukaan Salman," jawabku sembari memarkan dua kresek belanjaan."Asyik!" teriaknya yang seketika jadi girang.Kami bertiga makan bersama. Di setiap nasi yang masuk dalam tenggorokanku, betapa tak terasa nikmatnya. Hatiku tengah panas, bukan karena Mas Arifin sudah menyetujui perpisahannya denganku. Melainkan, aku geram dengan segala hinaannya."Lit, kenapa Nak?" Ayah sepertinya peka dengan perasaanku."Gapapa, Yah""Jangan menutupi dari Ayah," ucapnya pula.Aku berdehem pelan, kemudian berkata. "Mas Arifin, dia bilang jika Lita tak mampu menghidupi Salman, maka dia akan mengambil Salman dari Lita. Mas Arifin sombong sekali, Lita mau membuktikan padanya, kalau Lita b
Read more

Pergulatan berlanjut

Judul: Undangan pernikahan suamiku. Part: 15. *** Aku semakin fokus menyaksikan pertengkaran Nia dan Melda. Dua wanita yang perangainya tak jauh beda.Sudah tahu status Mas Arifin beristri tapi masih juga dipertahankan. Menyedihkan, seperti tak ada pria lain saja di dunia ini."Beraninya kau menghina saya! Apa kau tak tahu sedang berhadapan dengan siapa?! Setelah ini saya pastikan kau akan segera membusuk di sel tahanan. Saya akan melaporkanmu!" hardik Nia sambil mengancam.Asisten rumah tangga Nia tampak gelisah dan bingung. Sedari tadi ia terlihat mondar-mandir ingin menengahi, tapi seperti ragu-ragu."Kamu kira saya takut? Sadar diri dong, ngaca itu muka. Kalau duitmu banyak, harusnya buat gigimu itu masuk ke dalam," cibir Melda lagi.Nia semakin geram, detik berikutnya Nia maju ke arah Melda dan menarik kasar rambutnya."Argh!" jerit Melda terseret karena tarikan Nia yang begitu kencang."Rasakan, kau jal*ng! Beraninya membangunkan srigala di dalam rumahnya sendiri!"Plak!Pla
Read more

Acara Adik Eza

Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 16.***Kukirim sebuah video Melda dengan Mas Arifin yang sedang bergandengan di mall kemarin. Aku juga meminta bukti chat Mas Arifin dari Melda. Semua sudah terkumpul.Keterlaluan, Arifin itu! Tante akan segera memberitahu pada suami Tante.Aku tersenyum puas. Selanjutnya tinggal menunggu kabar dari mereka semua..Selesai memasak, kini kami semua langsung makan siang. Tak bisa menunda waktu, karena pekerjaan masih banyak.Aku harus semangat menjalani rutinitas ini demi Salman. Akan kubuktikan pada Mas Arifin, bahwa aku bukan wanita lemah yang hanya bergantung pada uang suami.Hidup menjanda bukan suatu ancaman untukku. Malah membuatku semakin tertantang..Di toko, datang seseorang yang kudengar ingin mengambil kue pesanan. Dari suaranya aku seperti kenal. Mengintip aku ke depan, dan ternyata Eza.Keningku berkerut, seingatku tak ada Eza memesan kue. "Apa sudah jadi pesanan Adik saya?" tanya Eza pada Tuti.Aku masih mengintip dari balik s
Read more

POV Nia

Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 17.***POV Nia.Kepalaku masih terasa sakit gara-gara wanita tak tahu malu itu. Namun, yang lebih menyakitkan adalah, kenyataan bahwa Mas Arifin bermain-main lagi di belakangku.Bahkan, kedua orang tuaku sudah tahu. Kini semua ATM, mobil bahkan asisten rumah tangga pun sudah disita Ayahku.Kejam?Bagiku lebih kejam lagi Mas Arifin. Setelah kejadian kemarin, katanya berjanji akan meninggalkan wanita murahan yang bernama Melda itu. Aku memberikan kesempatan satu kali lagi."Mas, dari mana?" tanyaku saat Mas Arifin pulang malam-malam."Dari acara temen, sayang.""Aku ada kabar buruk," ucapku pula."Kabar buruk apa?" Mas Arifin bertanya sambil menggenggam tanganku lembut.Hal itu yang selalu membuat aku luluh. Sikap Mas Arifin sangat manis, ditambah ketampanannya yang memikat wanita mana saja yang melihat.Jadi wajar, kalau Melda itu tergila-gila padanya. Namun, aku tak mau kalah darinya."Semua tabunganku, ATM, mobil yang baru kemarin kubeli, s
Read more

Masih di POV Nia

Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 18.***POV Nia.Aku meminta Pak Sopir taksi ini untuk menyalip mobil Mas Arifin."Kejar, Pak! Saya harus menghentikan mereka."Melaju Pak Sopir dengan cepat. Akhirnya posisi kami sudah di depan Mas Arifin.Aku membuka kaca mobil dan berteriak. "Berhenti, Mas!"Mas Arifin perlahan menepikan mobilnya, dan aku pun segera menyusul.Tampak tegang wajah Mas Arifin, tapi Melda malah tersenyum sinis."Buaya buntung kau, Mas! Tak akan aku biarkan kalian lolos begitu saja!" hardikku."Dengarkan, Mas dulu! Ini tak seperti yang dirimu bayangkan," ujar Mas Arifin mencoba meraih tanganku."Omong kosong! Aku sudah tak percaya dengan ucapanmu lagi." Kutepis tangannya."Sudah, Mas! Ceraikan saja istri jelekmu ini! Lagian apa sih yang Mas harap dari dia?" sambung Melda.Mengeras jari-jariku, ingin rasanya aku cakar-cakar wajah Melda itu."Diam kau, j*Lang! Atau mau mulutmu itu saya buat tak bisa bicara lagi!" bentakku.Mas Arifin semakin pucat, keringat di waj
Read more

Roda kehidupan berputar

Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 19.***POV LitaAku sudah mendengar kabar terbaru melalui Melda. Katanya Nia sudah pergi meninggalkan Mas Arifin. Bahkan Melda sendiri pun sudah memiliki sandaran hidup yang baru.Aku benar-benar dibuat terpukau akan aksi wanita-wanita itu. Luka hatiku dibayar lunas melalui orang lain. Setidaknya aku tak perlu turun tangan lebih jauh.Saat ini akau akan lebih fokus menjalani usahaku yang mulai maju begitu pesat.Setiap hari, aku juga mendapat sebuah pesan penyemangat dari Eza. Entah kenapa, pria dingin itu bersikap sangat manis akhir-akhir ini. Walau pun masih terkesan kaku dan garing. Namun, Eza mulai berani bertanya tentang apa saja yang tengah aku lakukan.Ah, debar di hatiku pun sulit dikendalikan, ketika sedang menerima pesan singkat darinya.Orderan kue milikmu pasti bertambah banyak kan? Tidak usah di balas, saya cuma mau bilang jangan lupa sholat, dan makan. Tuh kan, Eza selalu saja membuatku resah dan gelisah. Pengen balas, tapi
Read more

Eza bekerja di perusahaan keluarga Nia

Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 20.***Seperti biasa, aku tetap menangani sendiri untuk adonan kue-ku. Tetapi Ayah dan Asni juga membantu.Setelah selesai, aku bersiap untuk pergi keluar. Hari ini Eza mengajak bertemu, tapi tentunya tidak sendirian. Dia membawa Sari dan anak dari bos tempatnya bekerja.Eza bilang, dia baru diterima di sebuah perusahaan besar. Sebenarnya Eza sudah memiliki penghasilan dari banyaknya ternak sapi yang ia punya.Namun, Eza merasa jenuh, akhirnya memutuskan untuk bekerja. Sedangkan para sapinya sudah ada yang mengurus sedari dulu."Yah, Lita izin bertemu teman di luar ya," ucapku sembari mencium punggung tangan Ayah."Iya, Nak. Hati-hati di jalan."Tak pernah ketinggalan kalimat peringatan itu dari ucapan Ayah terhebatku ini..Aku melaju dengan mobilku. Sampai di tempat yang dijanjikan, aku pun turun perlahan.Nia?Keningku berkerut melihat Nia ada di sana. Langkahku menjadi berat, tapi Eza sudah melihatku."Mbak Lita," sapa Sari dengan ramah
Read more

Eza meminta pendapatku

Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 21.***Aku lembur lagi malam ini. Tetapi tentunya ketiga pegawaiku juga ikut lembur."Mbak, kita harus buat seperti apa kue yang harganya 5 juta ini?" tanya Tuti bingung."Buat tujuh tingkat. Setiap hiasannya harus hati-hati! Kerjakan dengan maksimal. Wanita itu sangat cerewet, jadi kita harus membungkamnya dengan kepuasan," jelasku.Mengangguk semua yang medengar ucapanku.Nona Moli itu meminta riasan kue memakai warna hijau. Harus hijau yang mencolok.Aku memadukannya dengan warna putih. Karena Moli tak mau ditambah warna lain.Hampir memakan waktu 3 jam mengerjakan kue pesanan Moli. Kini malam semakin larut, akhirnya ketiga pegawaiku yang muda-muda dan cantik ini pun pulang..Ke-esokan harinya.Mas Arfin dan calon istrinya itu datang. Moli tampak puas dengan hasil tangan kami. "Wah, cantik sekali. Kalian memang luar biasa," pujinya.Tersenyum aku menoleh ke arah Asni, Tuti, dan Siti."Terima kasih, Nona Moli. Kepuasan pelanggan adalah ta
Read more

POV Arifin lagi

Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 22.***POV Arifin.Hari itu setelah Lita menyombongkan keberhasilannya, aku merasa terhina. Aku bertekat akan memikat wanita kaya, yang jauh lebih kaya darinya dan Nia.Ketampananku ini tentunya jadi modal utama.Di suatu jalan, aku melihat mobil mewah berhenti. Tampak pula seorang wanita sedang kebingungan.Aku menghampiri. Ternyata wanita itu adalah seorang janda kaya. Walau usianya 14 tahun lebih tua dariku.Sebisa mungkin aku mencoba menarik simpatinya, dan berhasil. Wanita mana yang mampu menolak pesonaku?Lita super cuek pada masanya itu, pun jatuh hati padaku. Apa lagi hanya seorang janda tua.Moli, aku memanggilnya dengan sebutan Nona Moli. Itu adalah permintaannya.Sehari mengenal, dia langsung klepek-klepek minta dinikahi.Aku dan Nona Moli akhirnya mengatur acara secepat mungkin. Nona Moli punya segalanya, apa pun bisa dikerjakan dengan cepat.Keluarga Nona Moli tak ada yang berani membantahnya, karena harya harta yang dipunya se
Read more

Mas Arifin ingin mengambil Anakku

Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 23.***POV Lita.Aku terpaku dengan pertanyaan Eza.Kenapa ia menanyakan tentang kecemburuanku?Apa mungkin Eza merasa, kalau sikapku menunjukkan suka padanya?Ah, Eza ...."Apa hakku untuk cemburu?" Bergetar suaraku saat ini."Iya, juga. Saya yang berharap berlebihan," ucap Eza diiringi dengan hembusan nafas kasar."Maksudmu?" tanyaku. Aku benar-benar sedang tak ingin menebak sendiri."Bukan apa-apa, Lit. Ya sudah, kita pulang yuk!"Aku mengangguk sambil berdiri. Kini aku dan Eza masuk ke dalam mobil masing-masing, dan berlalu.Di perjalanan pulang, aku masih memikirkan maksud dari pertanyaan Eza tadi.Tetapi dia tak menjawabnya. Lelaki soleh itu sungguh membuat resah hatiku..Hari berganti ....Sore ini tiba-tiba Mas Arifin datang ke toko. Tetapi ia hanya seorang diri, tak membawa Nona Moli."Ada yang bisa dibantu?" tanyaku datar."Santai saja dong, Lit. Mas ke sini cuma mau mengunjungi Salman, dan memberikan ini ...."Dua kantong plas
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status