Semua Bab AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR: Bab 91 - Bab 100

118 Bab

Laura pindah ke apartemen

Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 10***Hari mulai gelap, tapi Mas Zidan dan Laura belum juga kembali.Sepertinya keadaan Laura cukup parah. Aku menunggu dengan gelisah, bukan mencemaskannya. Namun, aku gundah untuk diriku sendiri. Jangan sampai Mas Zidan mengetahui kejadian yang sesungguhnya. Bisa-bisa aku terusir sebelum membalaskan dendam dengan tuntas.Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon Mas Zidan.Panggilanku berdering, dan dijawabnya dengan cepat."Halo, Ma! Papa belum bisa pulang. Laura dirawat, kata dokter perut Laura terluka dibagian dalam. Keadaannya cukup memprihatinkan, Ma. Laura diinfus, dan belum bisa bicara banyak. Papa tidak mengerti kenapa ini bisa terjadi," ujar suamiku.Aku menarik napas panjang. Saat ini aku masih aman. Laura belum mengatakan apa-apa pada Mas Zidan.Menjelang ia sembuh, aku harus mencari alasan untuk berkilah. "Kok bisa ya, Pa? Dokter bilang apa lagi Pa? Tentang perut itu kenapa sampai begitu?" tanyaku seolah tak mengerti apa-
Baca selengkapnya

Satu syarat saja dariku

Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 11***Sehari sebelum pernikahan Mas Zidan dan Laura akan digelar. Aku sudah mempersiapkan semuanya."Ma, apa persyaratan yang Mama ajukan? Besok tanggal pernikahan sudah kami tetapkan. Namun, prosesnya tak mungkin tekejar, sedangkan tanda tangan Mama, surat izin dari Mama belum Papa dapatkan," ujar Mas Zidan.Laura yang berada di sebelah suamiku tersenyum penuh kebanggaan."Mama akan beritahu nanti malam. Di hadapan Ibu dan Mas Adrian. Kalian tentunya akan meminta restu pada mereka juga, bukan?" "Mbak terlalu bertele-tele. Katakan saja apa syarat yang Mbak inginkan itu! Masalah restu dari keluarga Mas Zidan, kami bisa mengaturnya sendiri," sambung Laura."Jangan ribut! Mas akan menunggu sampai nanti malam. Jika pun proses pernikahan tak bisa selesai besok, kita akan melangsungkan pernikahan sirih dulu. Setelah itu baru kita resmikan pula," papar Mas Zidan."Itu lebih baik, Mas. Aku tak mau menundanya lagi," sahut Laura.Aku hanya ters
Baca selengkapnya

Kematian Laura di penjara

Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 12***Malam ini sepasang kekasih itu ditahan di kantor polisi.Sedangkan aku tersungkur lemah menerima kenyataan yang harus aku hadapi kini."Ning, bagaimana bisa hasil visum kemarin menyatakan luka dibagian perut Monika hanya dengan satu tusukan saja? Sedangkan dari pengakuan Laura, dia menusuk sebanyak tiga kali?" tanya Mas Adrian dengan bingung."Aku juga tidak mengerti, Mas. Saat itu aku tak sadarkan diri. Dan prosesnya sangat cepat, seperti ada permainan," sahutku."Ya sudah, yang penting sekarang Laura telah mendapatkan hukuman," sambung Ibu.Aku bergeming. Dalam benakku berpikir, aku akan segera menggugat cerai Mas Zidan. Namun, aku juga merasa kesepian. Putriku sudah tak ada, aku sebatang kara sekarang.--Waktu berjalan, aku memenuhi panggilan sidang atas tuntutanku terhadap Mas Zidan. Ibu dan Mas Adrian juga hadir menemani."Berdasarkan segala bukti yang ada, dengan ini kami menyatakan, bahwa pihak tergugat, Zidan Anggara te
Baca selengkapnya

Rencana rujuk

Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 13***Hampir dua jam aku berada di rumah Ibu. Akhirnya aku berpamitan pulang.Namun, ketika aku melewati pintu keluar. Mas Adrian menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan."Mas," lirihku menyapanya.Mas Adrian bergeming. Detik berikutnya ia masuk begitu saja.Aku membuang napasku dengan gusar, dan bergegas melangkah ke dalam mobil.Aku menuju butik besar yang aku bangun. Karyawatiku ada empat orang. Jadi aku tidak perlu repot-repot mengurusnya. Hanya sesekali mengontrol saja.--Waktu terus berjalan, enam bulan terasa bagai enam hari saja.Mantan Ibu mertuaku membarikan kabar tadi, katanya hari ini Mas Zidan akan keluar dari penjara.Aku ingin ikut menyambutnya. Selama dia berada dalam sel tahanan, aku tak pernah bertemu lagi.[Bu, biar aku jemput pakai mobilku saja. Boleh kan kalau aku juga ikut ke sana?]Pesanku terkirim dan dibaca dengan cepat.[Tentu saja, Ning. Kami sudah siap. Cepatlah ke sini!]Aku meraih kunci mobil yan
Baca selengkapnya

Aku permalukan di depan banyak orang

Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 14***Tiba hari yang ditunggu-tunggu oleh Mas Zidan. Di rumah ibu acara pesta sudah dipersiapkan dengan meriah.Semua uang yang dimiliki Mas Zidan terkuras habis untuk biaya pesta.Rencananya setelah ijab qabul diucapkan, acara akan langsung beralih ke pesta besar-besaran.Aku sengaja berkata untuk berhias di rumah saja. Namun, saat aku sampai. Semua mata keluarga Mas Zidan menatapku heran.Ya, tentu saja. Karena aku memakai baju biasa dengan wajah tanpa polesan."Ning, kenapa belum siap-siap? Bukannya kamu bilang semuanya akan kau urus di rumahmu?" tanya Mas Zidan."Tenang dong, Mas! Aku ke sini untuk mengatakan sesuatu," ujarku.Mas Adrian dan Ibu menatapku serius. Aku terlupa, bahwa pembalasanku ini juga melibatkan keluarga Mas Zidan. Mereka bisa ikut malu.Sekarang aku mulai ciut dan gusar."Ning, jangan bercanda. Semua sudah berkumpul di sini. Cepatlah berganti baju di dalam, dan aku akan segera meminta tukang rias datang ke sini,
Baca selengkapnya

Kau ingin melenyapkan nyawa orang yang sudah mati

Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 15***Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Hingga saat membuka mata, ternyata aku telah berada di dalam kamar Ibu."Ning, syukurlah kau sudah siuman, Nak." Ibu membelai lembut wajahku.Mataku berkaca-kaca, sungguh darinya aku merasa mendapat kasih sayang seorang Ibu."Ibu tidak marah padaku?" Aku bertanya dengan suara yang bergetar."Mana mungkin Ibu marah, Nak. Kau di sini yang paling terluka. Ibu merasa malu atas kelakukan putra Ibu," tuturnya.Aku menggenggam tangan Ibu penuh cinta. "Sekarang di mana dia, Bu?""Dia sudah pergi, Ning. Kamu tak perlu khawatir! Jika Zidan berani menyakitimu lagi, maka Mas yang akan memberinya pelajaran," sambung Mas Adrian yang tiba-tiba berdiri di ambang pintu kamar.Aku menjatuhkan air mata penuh haru. Mereka adalah keluarga Mas Zidan, tapi mereka malah membelaku."Terima kasih, Mas."--Waktu berjalan, aku duduk di ruang tengah berkumpul dengan Ibu dan Mas Adrian.Aku menceritakan semuanya deng
Baca selengkapnya

Ancaman tak menggentarkanku

Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 16***Lagi-lagi aku terkejut saat melangkah ke depan pintu.Ada tulisan bewarna merah. Aku mencoba membacanya.KEMBALIKAN SEMUA HAK-KU JIKA KAU INGIN SELAMAT!Aku tersenyum getir, detik berikutnya aku memutar gagang pintu.Setelah di dalam, aku mengambil air dan alat pel. Tulisan ancaman itu aku siram dan aku hapuskan.Mas Zidan pikir aku akan gentar karena gertakannya konyolnya tersebut?Oh, tidak sama sekali.Kini pintu rumahku sudah bersih, aku yakin Mas Zidan masih ada di sekitar sini untuk mengintaiku.--Hari berikutnya, aku bersiap ke kantor. Saat berada di dalam mobil, terlihat Mas Zidan berdiri di tengah jalan hendak menghalangiku.Klakson aku bunyikan berulang-ulang kali. Namun, ia tetap tak mau menepi.Kaca mobil aku turunkan dengan posisi kepala yang mendongak ke depan. "Minggir, atau mau kutabrak?""Silakan! Kau tidak akan punya nyali, Ning!" tantangnya."Minggir!""Tidak! Kembalikan dulu semua hartaku!" teriaknya.Aku ke
Baca selengkapnya

Pernyataan tak terduga

Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 17***Namun, baru setengah perjalanan, teleponku berdering dan panggilan suara dari Arman."Hallo, Man. Ada apa?" tanyaku sambil mengaktifkan mode pengeras suara."Gawat, Nyonya. Orang yang Nyonya maksud ada di sini dan mengamuk."Aku langsung menghentikan laju mobilku. Detik berikutnya aku memutar kembali arah tujuanku.Panggilan aku tutup, dan dengan cepat aku meluncur kembali ke rumah..Sampai di depan halaman. Terlihat Arman, dan Arif sedang berusaha menghalangi Mas Zidan.Pos jaga di depan rumahku sudah ambruk. Entah dengan apa Mas Zidan menghancurkannya.Dibagian kepala Arif juga terdapat luka. Sepertinya mereka sudah terlibat perkelahian."Mas Zidan!" teriakku.Sontak ia beralih menatapku. Wajah itu penuh dengan lebam.Ya, tentu saja, karena penjaga di rumahku ada dua orang. Dia pastinya kalah tenaga."Akhirnya kau kembali juga, Ning." Langkah Mas Zidan perlahan mendekat ke arahku.Arif hendak mengambil tindakan, tapi aku deng
Baca selengkapnya

Jadi pria cacat

Judul: Pelakor yang merusak hidupku.Part: 18***POV Adrian.Pagi ini aku merasa gelisah dan sedikit cemas. Akhirnya aku mengajak Ibu mengunjungi rumah Ningsih..Tiba di rumah itu, suasana sangat ramai. Banyak warga yang berkumpul di samping halaman. "Apa yang telah terjadi?" tanya Ibu menatapku bingung."Entahlah, Bu. Ayo kita coba lihat ke sana!"Dengan langkah yang cepat, aku dan Ibu menghampiri kerumunan orang tersebut."Minggir! Tolong beri jalan!" teriak sekuriti yang bertugas di rumah Ningsih.Samar-samar aku melihat sosok seseorang sedang digendong, dan menuju ke luar."Ning, apa yang terjadi pada Anakku Ningsih?" tanya Ibu sambil menyentuh tangan Ningsih yang terkulai lemah."Ceritanya panjang. Sekarang lebih baik kita bawa Nyonya Ningsih ke rumah sakit. Oya, di sana ada satu orang lagi yang tak sadarkan diri," ujar sekuriti yang kuketahui namanya, bernama Arman."Ibu temani Ningsih ke rumah sakit! Biar aku yang mengecek siapa orang yang dimaksud satunya itu."Ibu mengangg
Baca selengkapnya

Karmaku. POV Zidan

Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 19***POV Zidan.Aku sekarang sungguh merasa tersiksa. Mataku sebelahnya tak berfungsi sama sekali. Bahkan perban pun belum bisa dibuka.Dua jari tanganku hilang. Aku malu melihat kondisiku yang sekarang.Semua ini karena ulah mantan istriku itu.Harusnya dia mati, tapi kenapa masih tetap bisa selamat?Aku akan membuatnya meregang nyawa di tanganku sendiri.Dan, Mas Adrian. Aku sudah mendengar pengakuannya yang mencinta Ningsih.Wajar saja, jika dia membela wanita itu mati-matian. Aku juga tidak akan membiarkan mereka bahagia.Hidupku sudah susah dan melarat. Tak adil rasanya kalau mereka menikmati semua kesenangan diatas deritaku.Lihat saja, aku pasti memberikan mereka pelajaran.--Seminggu berlalu. Kondisiku sudah jauh lebih baik. Walau mataku sudah telanjur rusak.Aku melangkah perlahan menuju rumah Ibu. Saat ini aku sudah tak memiliki uang sama sekali. Bekerja pun tak mungkin. Fisikku sudah tak sempurna..Sampai di depan pintu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status