Home / Horor / DiSUKAI SILUMAN ULAR / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of DiSUKAI SILUMAN ULAR: Chapter 51 - Chapter 60

96 Chapters

Hasan hanyut

Perempuan itu terus memperhatikan Hasan dengan wajah penuh tanda tanya. Bingung dan merasa aneh. "Jangan takut, ya Mak. Kita ke atas yuk," bujuk Hasan sambil mendekati pelan-pelan perempuan yang diyakini mertuanya. Sayangnya dia lupa bertanya sama Sari, siapa nama ibunya.Meski tak mengenali Hasan, perempuan itu sudah tak seagresif tadi. Dia hanya terus melihat pada Hasan namun tetap siaga dengan kayu di genggamannya. Perlahan, Hasan mengulurkan tangannya kepada perempuan itu. "Ayok Mak, kita ke atas," kata Hasan. Beruntung perempuan yang berambut kusut itu mau menuruti dan menerima uluran tangan Hasan. Dia merasa tak ada ancaman dari laki-laki di hadapannya."Mak, buang kayunya ya," ucap Hasan lembut sambil berusaha mengambil kayu itu dari tangan perempuan itu. Perempuan itu mengangguk, dan menyerahkan kayu itu."Iya gitu, Mak. Jangan takut ya," kata Hasan, langsung memegang kayu itu.Namun, saat Hasan hendak membuang kayu itu. "Eehhh." Perempuan itu menggeleng kuat, seolah tak me
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Reaksi Rasidah

Hasan menarik bahu Rasidah yang terus memandanginya. "Mak, ini istri saya," kata Hasan pada Rasidah sembari menarik lembut tangan Sari untuk ditunjukkan pada Rasidah. "Dia … anak Mak. Anak kandung Mak," kata Hasan perlahan. Sari tak bisa menyembunyikan perasaannya. Air mata terus saja bergulir deras di kedua pipinya.Rasidah memperhatikan wajah Sari lekat-lekat. Tiba-tiba matanya membulat, lalu reflek mendorong Sari dengan kasar. Beruntung Hasan siaga menangkap Sari. Hingga Sari tak sampai terjengkang ke belakang. Kalau tidak, hal itu tentu saja membahayakan kandungannya. "Heh! Heh!" Rasidah seperti melotot marah pada Sari. Semua orang dibuat bingung dengan sikapnya.Air mata Sari semakin deras keluar. Yang tadinya air mata bahagia, kini berganti dengan air mata kesedihan. Tiba-tiba, Rasidah hendak menyerang Sari lagi. Beruntung, Bu Zubaedah cepat tanggap langsung menahan tubuh Rasidah. Tenaga Rasidah sangat kuat, meski badannya kurus. Dia meronta, hendak kembali menyerang Sari. Sa
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

Rasidah dibawa pulang

Sampai di rumah Bu Zubaedah, Rasidah tampak kebingungan. Matanya terus memindai isi rumah yang sederhana itu."Mak, duduk di sini ya. Ini rumah Mak saya, besan Emak," kata Hasan. Sambil membimbing Rasidah untuk duduk di kursi ruang tamu. Hasan pun ikut duduk di sebelahnya sambil meringis menahan sakit di kakinya.Sari segera ke dapur rumah mertuanya. Rehan yang tadinya sedang menonton tivi bersama Ratna tampak takut dan tak berani mendekat."Ratna, panggilkan bidan Neti kesini," titah Bu Zubaedah pada Ratna yang berdiri mematung melihat Rasidah. "Ratna!" panggil Bu Zubaedah lebih kuat karena Ratna tak mengindahkannya."Iya Mak," sahut Ratna. Ternyata dia tak mendengar perintah Bu Zubaedah tadi. "Astagfirullah, yang tak dengar nya kau dari tadi Mak becakap," sungut Bu Zubaedah.Ratna nyengir. "Hehe, nggak Mak," katanya seraya cengengesan. "Panggilkan bidan Neti." Bu Zubaedah mengulang perintahnya."Sekarang Mak?""Iya lah, sekarang. Bilang kaki Abang kau luka," pesan Bu Zubaedah. Ra
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

Rasidah dibawa ke klinik Pak Hanif

Rasidah langsung menepis tangan Bidan Neti yang sedang membersihkan luka Hasan dengan alkohol. Matanya melotot tajam ada Bidan Neti, dia marah. Rasidah mengira, Bidan Neti hendak menyakiti Hasan, apalagi Hasan terus meringis saat Bidan Neti membersihkan lukanya."Mak, Mak. Sabar Mak." Hasan segera menarik lengan Rasidah, saat Rasidah hendak menyerang Bidan Neti.Dengan nafas memburu Rasidah mau juga duduk di sebelah Hasan. Tapi matanya tetap saja memelototi Bidan Neti. Beruntung, Bidan Neti tak takut. Justru tersenyum. "Mak, Ibu ini, namanya Bidan Neti. Dia hendak mengobati kaki Hasan. Mak lihat. Kaki Hasan lukanya parah. Kalau tak diobati, nanti bisa infeksi." Pelan-pelan Hasan menjelaskan pada Rasidah. Namun Rasidah masih saja memandang sinis pada Bidan Neti. Namun dia sudah tak seagresif tadi. Miris hati Sari melihat ibu kandungnya yang bertingkah seperti anak kecil. Yang harus terus dibujuk agar tak nakal. Setelah mandi, semakin jelas terlihat kemiripan wajah Rasidah dan dirinya
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

Kontraksi

"Dek, apa Mamak tak sebaiknya kita bawa ke kamar Paman dulu," kata Hasan pada Sari."Iya Sari, siapa tau, si Hanif juga kembali semangatnya buat sembuh kalau sudah melihat Mak kau." Bu Zubaedah setuju dengan usul Hasan."Ya sudah, sekarang saja kita ke kamar Paman," kata Sari. Dia juga ingin melihat keadaan pamannya. Sari berjalan duluan, sambil memegang pinggangnya. Dia merasa perutnya tiba-tiba sakit. Tapi dia tak mau bilang pada Hasan atau mertuanya, takut mereka akan jadi cemas. Sari berpikir, dia hanya mengalami kontraksi ringan saja. Kandungannya sudah mulai akan memasuki usia sembilan bulan.Bu Zubaedah, mengiringi langkah kaki Sari sambil menuntun Rehan. Sementara Hasan, bersama dengan Rasidah yang terus menggamit lengannya."Assalamualaikum." Sari memberi salam, saat lebih dulu masuk ke kamar Fudin. "Waalaikum salam," sahut Pak Fudin dan Bu Midah bersamaan. Bu Midah yang sedang mengupaskan buah jeruk untuk Pak Fudin, langsung meletakkan kembali jeruk itu ke dalam keranjang
last updateLast Updated : 2022-09-20
Read more

Sari akan melahirkan

Nyi Baisucen yang mendapat kabar dari perawat segera berlari kecil menuju ke kamar Pak Fudin. Hatinya sangat cemas, kala mengetahui Sari mau melahirkan. Ketika perawat bilang, anak Pak Fudin yang akan melahirkan, sangkaannya langsung pada Sari. Sebab Sari lah yang sedang hamil. Pak Fudin yang menunggui Sari di kamar sangat cemas dan takut melihat keadaan Sari. Sari menggelupur di lantai, karena tak kuat menahan sakit di perutnya yang semakin hebat. Mata Sari membeliak karena sakitnya. Keringat jagung terus bercucuran dari wajah dan tubuhnya. Perutnya juga terus mengalami pergerakan yang aneh. Tak biasa layaknya orang yang akan melahirkan. "Ya Allah." Sari menggigit bibirnya untuk meredam rasa sakit, namun sakit yang di rasa semakin hebat.Nyi Baisucen terperanjat melihat keadaan Sari yang terus menggelupur di lantai. "Nyi–Nyi to–tolong anak saya," kata Pak Fudin gugup begitu mengetahui keberadaan Nyi Baisucen di kamar itu. "B–baik Pak." Nyi Baisucen pun tak kalah panik. Sudah ban
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

Lahir dengan kondisi tak lazim

"Jangan disitu saja! Kasih semangat istrimu," ujar Nyi Baisucen sambil menarik Hasan yang masih terbengong. Saat melahirkan Rehan, seingat Hasan, Sari tak seperti ini. Hasan mendekati Sari, Sari langsung memegangi tangan Hasan dengan sangat kuat. "Sakit sekali Bang," rintih Sari. "Sabar ya, istighfar." Hasan membelai lembut pucuk kepala Sari yang sudah basah oleh keringat. Hasan sangat tak tega melihat keadaan Sari. Dia juga ikut menangis, apalagi dia tak bisa berbuat apa-apa, selain memberi semangat pada Sari. Nyi Baisucen juga menyediakan air di ember besar. Air itu diberi banyak bunga yang memiliki wangi yang tajam, seperti Melati, Mawar, Kantil dan beberapa jenis bunga lainnya. Juga ditambah dengan minyak kasturi."Nyi, untuk apa air itu?" tanya Hasan. Sedari tadi dia merasa aneh dengan kondisi ruangan bersalin yang tak biasa. Juga tak ada perawat yang menemaniku Nyi Baisucen. "Saya tak bisa menjelaskan sekarang, nanti setelah anak kalian lahir, saya akan cerita," kata Nyi B
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

Apakah kejadian lalu akan terulang?

"Huhuhuhu." Sari terus tergugu. Dia sangat terpukul dengan sikap Hasan. Ditambah melihat reaksi keluarganya. "Nyi, ap–apa be–benar ini cucu saya." Bu Zubaedah masih tak percaya melihat bayi mungil dengan fisik menyeramkan yang terbaring di sebelah Sari."Iya Bu," jawab Nyi Baisucen dengan sangat tenang. "Ba–bagaimana bisa, wajahnya seperti itu?" kata Bu Zubaedah sembari bergidik. Bu Zubaedah memegangi tempat tidur Sari, dia hampir jatuh karena seluruh persendiannya mendadak lemas. Kalau masih melihat wajahnya saja,Bu Zubaedah hampir kehilangan keseimbangan, apalagi kalau dia melihat sekujur tubuh anak itu yang kering dan bersisik seperti ular.Nyi Baisucen diam saja, dia tak mungkin menjelaskan pada Bu Zubaedah, kalau ada darah siluman ular yang menitis pada anak itu. Dengan langkah gontai, Bu Zubaedah keluar dari ruangan bersalin, tanpa menanyakan keadaan Sari. Sari tak bisa berkata apa-apa lagi, bahkan untuk mencegah mertuanya. Airmatanya terus saja mengalir. Padahal dia sangat b
last updateLast Updated : 2022-09-24
Read more

Pengakuan Nyi Baisucen

Sari menghapus sisa-sisa air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya, agar dia bisa melihat dengan jelas, apa gerangan yang hendak dilakukan Nyi Baisucen. Namun, tiba-tiba Nyi Baisucen menghentikan gerakannya dan kembali mendekati tempat tidur Sari."Ada Rehan. Saya tak bisa menunjukkan siapa saya sebenarnya di hadapan Rehan. Walau sejatinya, dalam tubuh Sari dan Rehan, juga mengalir darah siluman ular," kata Nyi Baisucen sambil melirik Rehan yang masih asik memandangi adiknya. Nyi Baisucen tak mau lagi menutupi dari Sari dan Pak Fudin.Kalau sebelumnya dia merahasiakan semua dari Sari, semata demi keselamatan Sari dan Rosa, termasuk dirinya. Sari dan Rehan memiliki fisik manusia sempurna, jadi tak ada siluman yang bisa mengendus keberadaan mereka. Namun, sekarang Sari memiliki bayi yang jelas berbeda fisiknya dengan Rehan. Aroma siluman campuran jelas kentara dari tubuh bayi itu, sehingga perlu perawatan khusus untuk menyamarkan baunya. Sebab itu Nyi Baisucen harus menceritaka
last updateLast Updated : 2022-09-25
Read more

Kenyataan pahit

Hasan terus memukul tanah tempatnya bersimpuh. Air matanya mengalir deras. Dia sangat terpukul melihat anaknya yang bersisik ular. Bagaimana dia harus menghadapi orang lain, bila mereka menghina dan mencaci anaknya? "Anak sialan!" maki Hasan dengan wajah geram. Hasan bangkit, diusapnya sisa air mata di pipinya. Dengan wajah geram dia kembali ke tempat mobil yang mereka sewa diparkir. Dia masuk ke dalam, menutup pintu dengan kasar. Hasan ingin tidur, dia berharap, apa yang dilihatnya hanya mimpi. Sementara Bu Zubaedah juga terus gelisah. Apa yang harus dia lakukan setelah Sari sehat? Membawa pulang cucunya ke rumah, sama saja akan membuatnya malu. Paling tidak tetangga kiri kanan akan datang menjenguk Sari. Memang tak banyak orang di kampungnya yang mengenal Sari, tapi semuanya mengenal Bu Zubaedah. Bu Zubaedah termenung, bingung harus berbuat apa? "Kenapa kau Zubaedah?" taya Bu Midah."Entahlah Midah. Kasihan aku melihat cucuku. Tapi kalau kubawa pulang, pasti akan jadi bahan perg
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status