Home / Horor / DiSUKAI SILUMAN ULAR / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of DiSUKAI SILUMAN ULAR: Chapter 41 - Chapter 50

96 Chapters

Rencana Sanca

"Hmm, ternyata abangku ini masih ular rupanya," kata Sanca dengan menyeringai sinis."Hehe." Piton terkekeh pelan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Bagaimana caranya Bang? Kalau kasih saran itu, jangan setengah-setengah," ucap Sanca.Piton tersenyum penuh arti. "Ayah sudah tau, kalau si Hasan itu sudah beristri," kata Piton."Dari mana Ayah tau? Kalau Ayah sudah tau, kenapa Ayah masih saja memberi restu pada Rosa? Sungguh, kasih sayang Ayah pada Rosa, sudah membuatnya kehilangan akal! Bagaimana bisa, ada orang tua yang mengizinkan anaknya menjadi pelakor!" omel Sanca. Dia benar-benar semakin merasa kesal.Padahal dia berpikir, kalau ayahnya tau, kalau laki-laki yang disukai Rosa telah beristri, ayahnya tak akan memberi restu pada Rosa. "Tentunya dari para pengawal yang ditugaskan Ayah menjaga Rosa. Kau tau sendiri bagaimana Rosa kan? Dia bisa selalu mematahkan kata-kata Ayah. Sifat manjanya sama persis dengan anak manusia," terang Piton."Lalu, bagaimana caranya supaya Ros
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Sikap tak suka Aina

"Alhamdulillah, sampai juga kita di rumah. Ngeri sangat ular-ular tadi. San, apa tak ada jalan lain ke kampung Banjaran. Bibi takut, ular itu akan menghadang kita lagi," kata Bu Midah lega. Setelah mobil mulai memasuki pekarangan rumahnya. Tampak Aina, putri Pak Fudin keluar dari rumah, dengan tangan dilipat di depan dada. Wajahnya tampak pongah melihat ke arah mobil yang baru akan diparkir Hasan di halaman rumah. Perasaan Sari sangat tak enak, melihat raut wajah sepupunya itu. Sejak kecil, dia dan Aina tak pernah akur. Selalu ada saja hal yang di ributkan Aina, agar Sari selalu dimarahi Bu Midah. Bu Midah lebih dulu keluar dari dalam mobil. "Kemana saja kau Aina? Kau tak tau kan, ayahmu anfal lagi," sapa Bu Midah. Aina melengos dengan bibir ditarik ke bawah, seolah tak menganggap omongan sang Ibu. Gadis manis itu justru mencebik pada ibunya. "Aina kira, Mama tak perlu lagi sama Aina," sindir Aina dengan ekor mata melirik pada Sari yang menyusul turun dari mobil dan mendekati Bu
last updateLast Updated : 2022-08-25
Read more

Sikap aneh Nyi Baisucen

"Rehan, jadi dibawa?" tanya Bu Zubaedah saat melihat Sari sudah usai menunaikan sholat Subuh. "Jadi Mak," sahut Sari, seraya melipat mukenanya. "Jangan terlalu malam pulangnya. Ada halangan apa tadi malam rupanya?" Bu Zubaedah teringat apa yang dikatakan Sari tadi malam."Saat jalan pulang tadi malam, mobil kami dihadang ular Mak. Besar sekali," cerita Sari sambil bergidik. Dia masih ngeri kalau ingat peristiwa tadi malam. Bu Zubaedah langsung saja cemas mendengar cerita Sari. "Aibaya, yang takutlah Mamak mendengarnya. Kalau begitu, tak usahlah pala kesana Sari. Apalagi bawa Rehan." "Tak apa Mak. Nanti lewat jalan yang lain," kata Sari seraya masuk ke kamarnya."Iyalah, cari jalan yang ramai bilang Hasan. Pasti kalian lewat kebun sawit ya?" tanya Bu Zubaedah dengan suara agak dikuatkan. "Iya Mak. Tak sangka kalau ada ular. Maksud hati lewat jalan itu, biar tak macet," sahut Sari pula. Bu Zubaedah tetap setia menunggu Sari di ruangan tengah rumahnya. Dihidupkannya tivi, mencari s
last updateLast Updated : 2022-08-26
Read more

Perasaan Sari saat bertemu Nyi Baisucen

"Mau lihat Pak Fudin ya?" Basa basi Nyi Baisucen. Tak perlu ditanya, dia sudah tau kalau Sari pasti akan melihat Pak Fudin.Wanita itu bangkit, dari yang semula berjongkok di depan Rehan. "Ya sudah. Saya tinggal dulu ya," kata Nyi Baisucen. "Iya Nyi," ucap Sari. Terus dipandanginya, punggung wanita yang terus jalan menjauh itu. Hatinya selalu saja berdetak tak karuan melihat wanita cantik itu. Ada sesuatu yang lain Sari rasakan, namun dia juga belum mengerti, kenapa."Dek, yok," ajak Hasan. Sari mengikuti langkah kaki Hasan. Aina hanya melengos dengan raut wajah jutek melihat Sari. Rasa benci telah mengakar kuat di hatinya. Padahal Sari tak ada salah apapun padanya. Hanya karena sejak kecil sudah ditanamkan Bu Midah rasa itu, hingga sukar baginya untuk bisa menerima Sari. Padahal justru Bu Midah sekarang sudah menerima Sari. Sari dan Hasan berusaha untuk tak mempedulikan sikap Aina. Tujuan mereka datang, untuk memberi support pada Pak Fudin agar cepat sehat kembali. Mereka langsung
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more

Pak Fudin meminta Sari menemui Nyi Baisucen

"Paman … besok kami hendak pulang ke rumah. Paman baik-baik ya, tetap semangat," kata Sari, saat hanya tinggal dirinya dan Pak Fudin di dalam kamar rawat. Bu Midah dan Aina menunggu di luar. Sementara Hasan membawa Rehan berkeliling klinik agar tak bosan. Hari sudah semakin siang, sebentar lagi sore menjelang, kejenuhan mulai melanda Rehan."Tinggallah untuk beberapa hari, ada hal yang masih belum Paman beritahu. Tunggu sampai Paman sehat betul," pinta Pak Fudin dengan suara parau. Dia takut, pengobatan kali ini pun tak berhasil. Sari harus tau mengenai Nyi Baisucen. Walau Nyi Baisucen belum mengaku pada Pak Fudin, kalau dialah wanita yang menolong kembaran Sari. Tapi Pak Fudin sudah merasa yakin benar. Dia tak bisa lupa wajah wanita itu. "Apalagi yang Sari belum tau, Paman? Katakan saja lah sekarang. Lagi tak ada orang," kata Sari pelan, meski tak berbisik, sambil melirik pintu ruang rawat. Takut kalau tiba-tiba ada yang masuk. Terutama Hasan. Sari belum bercerita pada Hasan, ten
last updateLast Updated : 2022-09-02
Read more

Mendesak Nyi Baisucen

"Nyi Bai benar. Paman dulunya bermaksud hendak menghanyutkannya ke sungai. Tapi Paman tak tega, dia meletakkan kembaran saya di tepi sungai. Dia berharap, ada orang yang akan menemukan bayi itu dan bersedia merawatnya," jelas Sari. Pandangannya tak lepas pada wanita cantik berambut panjang yang disanggul itu. Perempuan manis itu ingin tau, seperti apa reaksi Nyi Baisucen."Hah, naif sekali pamanmu. Bagaimana mungkin, ada orang lain yang bersedia merawat anak yang bahkan tak diinginkan keluarganya karena fisiknya yang cacat?" Nyi Bai berbicara dengan memunggungi Sari, tetap menyibukkan diri dengan memeriksa setiap botol obat yang ada di rak."Ada Nyi." Sari mematahkan kata-kata wanita cantik itu."Kata Paman, sebelum dia benar-benar meninggalkan saudari saya, ada seorang perempuan cantik yang menolongnya. Perempuan itu nampak tak takut melihat fisik saudari saya." Nyi Bai menghentikan tangannya. Jantungnya terus berdebaran. Bukan keingintahuan Sari yang dia takuti. Tapi dia sangat tak
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

Rasa penasaran Aina

Nyi Baisucen menghela dalam nafasnya. Dia berjalan ke arah pintu, dan membukanya dengan lebar. Aina yang sedang mengintip, sontak lari ke balik tembok agar tidak ketahuan. "Sebaiknya kau keluar dari sini!" tegas wanita bermanik mata hitam itu. Mau tak mau, terpaksa Sari mengikuti kemauan Nyi Baisucen. Dengan langkah kaki yang dipaksa, dia keluar dari ruangan obat itu. Ada rasa kecewa di hatinya. Ternyata Nyi Baisucen sangat keras hati, sangat sulit baginya untuk membuat Nyi Baisucen mau bercerita yang sebenarnya. "Nyi, saya mohon." Sari mencoba sekali lagi. Kali ini, dia tak mampu menyembunyikan kesedihan hatinya. Matanya mulai mengembun, berkaca-kaca menatap penuh harap pada jelmaan siluman ular cantik di hadapannya. Tapi Nyi Baisucen tak bergeming, dia justru kembali menutup pintu ruangan obat itu. Terpaksa Sari yang tadinya masih berada di ambang pintu, benar-benar keluar. Sari tak lantas beranjak pergi, kakinya tetap terpaku di depan pintu ruangan obat itu. Nyi Baisucen kemba
last updateLast Updated : 2022-09-05
Read more

Ingin mencari keberadaan Mak

Sementara Nyi Baisucen yang berada di dalam mobil honda jazz itu merasa heran melihat Aina yang terlalu lamban melajukan mobilnya. "Apa dia tau kalau aku mengikuti," gumamnya. "Oke, kalau begitu." Nyi.Baisucen bello ke arah kanan. Aina yang melihat dari spion, kalau mobil di belakangnya ternyata belok, merasa heran. Dihentikan laju mobilnya, lalu melongok ke belakang. Sari dan Hasan reflek melihat ke belakang juga. Tak ada yang mencurigakan. "Kenapa berhenti Aina?" tanya Sari. Tak ada sedikit jawaban yang keluar dari mulut Aina. Dia kembali melajukan mobilnya, kali ini sangat laju tak seperti tadi. Nyi Baisucen terpaksa menggunakan kekuatannya. Dia membuat fisiknya tak kelihatan oleh siapapun. Kini, dia sudah berada di dalam mobil Aina. Di bangku paling belakang. Sari mengusap tengkuknya, menoleh ke belakang, tak ada sesuatu pun yang dilihatnya. Nyi Baisucen tersenyum, ternyata Sari bisa merasakan kehadirannya. "Aina, sebaiknya kita jangan lewat jalan ini," pinta Sari, saat mo
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more

Mencari Mak di pasar

Suara Sari serasa tak mau keluar dari kerongkongannya. Salivanya mendadak kering. Sari bangkit, mengambil segelas air lalu menenggaknya hingga habis.Mata tua Bu Zubaedah terus saja mengikuti kemana langkah Sari. Tak Ada rasa kantuk yang menyerang. Padahal hari terus merangkak semakin larut malam. Terdengar suara detik jam yang semakin kentara di telinga karena sepinya malam. Nyi Baisucen melihat benda bulat yang berhiaskan angka-angka di dinding. Sudah hampir jam dua belas malam. Dia harus segera pulang. Atau suaminya akan terus menunggunya pulang di depan rumah mereka. Dengan menggunakan kekuatannya, Nyi Baisucen menghilang dengan sekelipan mata saja. "Cepat lah kau cerita Sari. Kenapa diam saja?" tegur Bu Zubaedah yang melihat Sari justru duduk diam di kursi meja makan. Pikirannya sedang berkecamuk saat ini. Sari kembali mendekati Bu Zubaedah. Duduk di samping mertua yang selalu menganggapnya anak sendiri. "Mak, Sari juga sebenarnya baru tau cerita tentang Mak Sari. Selama ini
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

Mak Sari ditemukan

Sari, Hasan dan Bu Zubaedah serentak melihat arah yang ditunjuk Ibu penjual lontong. "Terima kasih, ya Buk," kata Hasan dan Sari bersamaan."Kalian ini keluarganya ya?" tanya Ibu penjual lontong penasaran karena tadi tak ada yang menjawab pertanyaannya."Iya. Dia Ibu saya, kalau nanti dia ke sini lagi. Tolong ditahan, ya Bu," pesan Sari.Hasan merogoh saku celana, mengambil hape jadul miliknya. "Bisa minta nomor hape Ibu?" katanya.Ibu penjual lontong itu menyebutkan beberapa angka. Hasan langsung menyimpan angka-angka itu di hapenya. "Nah itu, saya sudah miss call nomor saya. Simpan ya Bu. Barangkali nanti Ibu kami datang lagi ke sini," kata Hasan."Oh iya iya, sudah saya simpan. Syukurlah, ada juga keluarga yang mencarinya. Kasihan sekali dia," kata Ibu penjual lontong itu. "Iya Bu. Kami kesana dulu, ya Bu. Siapa tau kami bisa menemukannya disana," pamit Sari."Aamiin aamiin. Semoga ditemukan ya." Ibu penjual lontong yang baik hati ikut merasakan haru di hatinya. Bu Zubaedah den
last updateLast Updated : 2022-09-10
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status