Share

Kenyataan pahit

Penulis: KARTIKA DEKA
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-26 06:48:18

Hasan terus memukul tanah tempatnya bersimpuh. Air matanya mengalir deras. Dia sangat terpukul melihat anaknya yang bersisik ular. Bagaimana dia harus menghadapi orang lain, bila mereka menghina dan mencaci anaknya?

"Anak sialan!" maki Hasan dengan wajah geram.

Hasan bangkit, diusapnya sisa air mata di pipinya. Dengan wajah geram dia kembali ke tempat mobil yang mereka sewa diparkir. Dia masuk ke dalam, menutup pintu dengan kasar. Hasan ingin tidur, dia berharap, apa yang dilihatnya hanya mimpi.

Sementara Bu Zubaedah juga terus gelisah. Apa yang harus dia lakukan setelah Sari sehat? Membawa pulang cucunya ke rumah, sama saja akan membuatnya malu. Paling tidak tetangga kiri kanan akan datang menjenguk Sari. Memang tak banyak orang di kampungnya yang mengenal Sari, tapi semuanya mengenal Bu Zubaedah. Bu Zubaedah termenung, bingung harus berbuat apa?

"Kenapa kau Zubaedah?" taya Bu Midah.

"Entahlah Midah. Kasihan aku melihat cucuku. Tapi kalau kubawa pulang, pasti akan jadi bahan perg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Hasan pulang, Aina datang

    Wajah Bu Zubaedah yang pertama kali tampak di mata Nyi Baisucen. Dengan senyum dipaksakan Bu Zubaedah masuk ke ruangan yang banyak bertabur bunga itu. Perlahan Bu Zubaedah mendekati Sari. Dia hanya melihat sekilas pada cucu perempuannya yang tengah tidur di tempat tidur sebelah Sari. "Sari, maafkan Mamak ya atas sikap Mamak tadi. Mamak sangat terkejut," kata Bu Zubaedah pada Sari. Sari menjawab dengan anggukan dan air mata yang terus mengalir dari sudut matanya. Mata Sari sehingga bengkak, karena dari tadi terus menangis. Dia tau, mertuanya orang yang baik. Dia memaklumi kalau mertuanya merasa syok melihat fisik putrinya. "Fudin, aku perlu bicara dengan engkau," kata Bu Zubaedah pada Pak Fudin. "Hendak bicara apa Baedah?" tanya Pak Fudin. "Sebaiknya kita bicarakan di luar," ajak Bu Zubaedah. Pak Fudin menurut, dia mengikuti langkah kaki Bu Zubaedah yang sudah lebih dulu berjalan."San, kau temani dulu Sari," titah Bu Zubaedah pada Hasan yang baru saja duduk di bangku yang ada di

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Gubuk reot

    "Kenapa? Apa Sari tak mengizinkan Aina melihat anaknya?" tanya Aina. "Sari belum bisa dilihat, kondisinya lemah," kata Bu Midah. Dia tak menceritakan kondisi Sari yang sebenarnya. "Ya sudah. Kalau begitu, sebaiknya Ayah segera kembali ke kamar. Ayah harus istirahat, biar kita tak berlama-lama di klinik ini. Klinik ini sangat seram, Aina tak betah kalau harus berlama-lama," sungut Aina. Aina tak begitu peduli akan Sari sebenarnya. Dia hanya tak ingin ayahnya terlalu memberi perhatian pada sepupu yang tak pernah dia sukai itu. "Kau pulang saja kalau tak betah di sini! Ayah akan pulang bersama Sari," ketus Pak Fudin. Aina melihat ayahnya dengan tatapan tajam. Rasa irinya pada Sari semakin besar, karena ayahnya lebih memilih menunggu Sari daripada pulang bersamanya. "Yuk lah Ma, kita pulang," ajak Aina pada Bu Midah. "Mama juga tetap di sini. Dimana ada suami Mama, di situ ada Mama," kata Bu Midah membuat Aina bertambah kesal. Dengan langkah kaki yang dihentakkan, dia meninggalkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Bertemu Rosa kembali

    Rehan terus menangis dan memukul-mukul dada Hasan. Dia sangat rindu dengan ibunya. Hasan hanya diam, matanya pun basah. Laki-laki itu hanya pasrah menerima rasa sakit yang diterima akibat pukulan anak laki-laki kecilnya. Rehan menjadi tantrum, karena Hasan enggan mempertemukannya dengan sang Bunda. Tak ada yang bisa membujuk bocah kecil itu, apalagi Hasan sudah membawa Rehan puonag kembali ke kontrakan mereka. "Ayah, cali Bunda! Lehan mau sama Bunda! Lehan mau sama Adek huhuhu," tangis Rehan benar-benar pecah, hingga terdengar sampai ke tetangga. Dia terus saja berteriak. Meski Hasan hanya diam seribu kata. Wak Esah jadi gelisah. Tapi mau melihat keadaan Rehan juga merasa tak enak hati, sebab Hasan menutup rapat pintu rumahnya. Sejak sampai di rumah pagi tadi hingga sore hari, tak sekalipun Hasan keluar rumah. Wak Esah merasa sangat aneh, ditambah tak melihat Sari ikut bersama Hasan pulang. Wak Esah jadi gelisah. Berulangkali kali wanita setengah baya itu mondar mandir di rumahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Antusias Rosa

    "Kenapa Abang jadi terdiam? Kalau Abang masih belum bisa, nggak papa juga," kata Rosa. Seulas senyum terlihat getir di wajahnya yang cantik. Hasan masih mempertimbangkan. Sekelebat bayangan Sari melintas di matanya. Tak ada kekurangan Sari sebagai istri di matanya. Sehingga dia tak ada alasan untuk menduakan Sari. Seketika rasa sesal meraja di hatinya. Namun, tiba-tiba bayangan bagi merah berkulit kering seperti bersisik dengan kelopak mata merah yang seperti mengelopek membuat rahangnya mengeras. Dia merasa marah, pada bayi tak berdosa itu. Hasan merasa, bayi itu adalah sumber malapetaka dalam hidupnya. Dia mulai mempertimbangkan solusi dari Rosa. Dia akan mendapat banyak keuntungan bila mengikuti saran Rosa. Bukan hanya tempat tinggal yang bagus, dia juga akan memiliki istri yang cantik. Lagipula, dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah merenggut kesucian Rosa. "Apa kau tak takut akan jadi pergunjingan orang? Bisa saja kan, ada orang yang tau tentang kita," tanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Ruby

    Hasan dan Rosa sampai ke tempat biasa Hasan mengantarnya pulang. Kali ini, Hasan turut serta masuk ke dalam rumah itu. Tanpa harus ada drama pura-pura lagi dari Rosa. Baru pertama kali ini, Hasan masuk ke rumah Rosa dengan memperhatikan setiap detil yang ada di dalamnya. Dari luar, rumah Rosa tampak sederhana. Tapi di dalam, tampak mewah juga elegan. Perabotan yang ada di dalam rumahnya sangat ekslusif. Rata-rata terbuat dari kayu yang berkualitas tinggi. Dengan ukiran yang dibuat dengan detail dan ekslusif. Desain rumahnya gabungan antara klasik dan modern. Rosa mendekati Hasan yang masih berdiri memperhatikan sekeliling rumah Rosa. Hasan sedikit merasa aneh. Rumah itu tampak tak begitu besar dari luar, tapi begitu masuk ke dalam, rumah Rosa terkesan sangat luas. "Kalau kita sudah menikah, Abang tak perlu menarik ojek lagi," kata Rosa, sambil menggelayut manja di lengan Hasan. Hasan masih risih, namun tak menolak. Toh dia sudah sepakat untuk menjalin hubungan terlarang dengan Ros

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Mengantar Rehan

    Bu Zubaedah sangat terkejut dengan kehadiran Wak Esah dan Budi di rumahnya yang diantar oleh Cik Nar. Jiran tetangga satu gang, tapi agak jauh dari rumahnya. "Ya Allah, Rehan," kata Bu Zubaedah seraya memeluk Rehan yang menangis dan langsung merangsek ke pelukannya. "Mana ayahmu?" tanya Bu Zubaedah. Rehan hanya menangis hingga sesenggukan. Hatinya sangat pilu hingga tak bisa berkata-kata selain Bunda. Rehan terus memanggil bundanya dalam pelukan Bu Zubaedah. Hati Bu Zubaedah rasa teriris melihat cucunya itu. Tak pernah dia melihat Rehan sesedih saat ini. "Maaf ya Mak Hasan. Kami terpaksa mengantar Rehan kesini. Hasan dari semalam tak pulang. Tak pun dia bilang hendak kemana. Ditinggalkannya si Rehan sendiri di rumah," jelas Wak Esah. "Astaghfirullah hal adzim. Kenapa lah jadi keras hati betul si Hasan?" sesal Bu Zubaedah. Tak ada dalam sangkaannya, kalau amarah Hasan akan berlarut dan berimbas kepada Rehan. Kalau dia tau Hasan akan menelantarkan Rehan, tak akan dibolehkannya sem

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Mempertemukan Rehan dan Sari

    "Tumben sekali Mamak minta antar ke pasar? Ini belum pun penghujung minggu." Gadis manis yang sedang memakai hijab di depan cermin berkata pada emaknya yang sudah rapi, dan bersiap menunggunya. Bu Zubaedah sengaja tak bilang mau ke pasar pada Ratna, tadi malam. Agar Ratna tak banyak pertanyaan yang akan membuat rencananya gagal untuk mempertemukan Rehan dan Sari. Hatinya sangat tak tega melihat Rehan yang sangat rindu dengan Sari."Mamak mau belikan Rehan baju. Kalau di hari libur pasti mahal, akan sulit menawarnya. Juga mau beli buat Adik si Rehan." Bu Zubaedah menemukan alasan yang bisa diterima akal Ratna. Kalau alasannya ingin berbelanja kebutuhan dapur, Ratna tak akan percaya. Sudah jadi kebiasaan Bu Zubaedah berbelanja kebutuhan rumah tangga di penghujung minggu. Masih banyak stok sayur juga ikan di kulkasnya."Kak Sari kapan balik, Mak? Sudah tak sabar Ratna ingin melihat kemanakan perempuan. Pastilah cantik seperti Kak Sari. Kalau sampai hari Minggu Kak Sari belum diperbolehk

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Mengobati rasa rindu

    "Bunda! Huhuhuhu." Rehan langsung merangsek ke pelukan Sari saat melihat perempuan berwajah manis itu keluar dari dalam rumahnya.Sari juga langsung memeluk Rehan dengan hangat. Deraian air mata tak lagi terbendung. Membalut dengan deras tanpa diperintah dari kelopak mata Sari yang indah. Dihujaninya wajah Rehan dengan ciuman dan memeluk putra kesayangan dengan sangat erat. Seolah sudah sangat lama mereka tak bertemu dan tak ingin berpisah lagi. Padahal baru beberapa hari saja. "Mak." Sari menyapa Bu Zubaedah lalu mencium tangan wanita yang sudah seperti ibunya itu. Sari menyeka wajahnya yang bersimbah air mata dengan hijabnya. "Mak kok tau Sari di sini?" tanya Sari sambil mengajak mertuanya dan menuntun Rehan untuk duduk di atas dipan bambu yang ada di teras rumahnya. "Mak yang menyarankan Fudin untuk sementara membawa kau kesini. Sampai Hasan bisa menerima kenyataan tentang anaknya," kata Bu Zubaedah. Sari menghela nafasnya. Dengan begitu dia semakin yakin, kalau bukan hanya sua

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23

Bab terbaru

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   TAMAT

    Sari terus berusaha berkonsentrasi memanggil Nyi Baisucen. Dia harus tau kebenaran tentang Rosa. Apakah Rosa adalah saudari yang dicarinya selama ini?"Bibi Baisucen." Berulang kali Sari memanggil Nyi Baisucen. Namun Nyi Baisucen tak juga menjawabnya. Sari hampir putus asa. Kenapa bibinya tak menjawab panggilan darinya? Kalau dia ke klinik Pak Hanif, akan memakan waktu yang lama. Hampir setengah hari perjalanan menuju ke sana. Belum lagi perjalanan pulang. Dia tak bisa meninggalkan keluarganya dalam waktu yang lama. Sari mencoba untuk berkonsentrasi lagi. Mungkin tadi bibinya sedang sibuk pikirnya."Bibi Bai. Bibi Bai. Bibi Bai.""Ada apa Sari?" Sari lega, akhirnya Nyi Baisucen menjawab panggilannya. "Bibi bisa Bibi datang lagi? Ada yang hendak Sari bicarakan." "Bibi akan datang malam nanti. Klinik sedang ramai saat ini. Paman Hanif akan curiga." "Baik Bibi. Sari akan menunggu Bibi di taman kota." "Ya, Bibi akan menemuimu di sana." Sari mengakhiri panggilan telepatinya. Dia seg

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Kebenaran terungkap

    Dua orang wanita cantik tampak sedang duduk berbincang di sebuah taman kecil yang ada di sebuah klinik pengobatan alternatif. Mereka adalah Nyi Baisucen dan Rosa. Sama dengan Sari, Rosa juga merasakan ada suatu kejanggalan dengan perbincangan mereka tadi malam. "Bi, katakan yang sejujurnya. Apa yang sedang Bibi sembunyikan? Kenapa Bibi bilang Sari adalah kemanakan Bibi? Bagaimana hal itu bisa terjadi, sementara Sari itu manusia sejati? Berbeda dengan Bibi." Rosa mencecar Nyi Baisucen dengan pertanyaan yang sejak tadi malam juga menggelayuti hatinya. Nyi Baisucen masih diam dengan pandangan lurus ke depan. Dia sedang memikirkan, bagaimana cara mengawali ceritanya pada Rosa."Kenapa Bibi diam? Apa ada yang sedang Bibi sembunyikan." Rosa menyelidik."Rosa, memang sudah seharusnya kau tau cerita ini. Sejak lama Bibi ingin menceritakan padamu, tapi Bibi tak bisa. Ayahmu melarang siapapun untuk menceritakan kebenaran ini padamu." "Apa maksud Bibi?" tanya Rosa dengan alis menaut. Nyi Bai

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Kecurigaan Sari

    "Siapa yang datang pagi buta begini?" tanya Nyi Baisucen pada Sari, pandangannya tak lepas dari Honda HR V warna silver yang sedang parkir di pekarangan rumah Sari."Itu mobil Bang Hasan, Bi. Ada apa ya?" Sari pun bertanya-tanya. Hasan turun lebih dulu, baru disusul oleh Rosa. Nyi Baisucen terkesiap melihat keduanya. Matanya tak bisa berkedip sama sekali. "Siapa yang bersama dengan Hasan, Sari?" Dia bertanya, untuk memastikan dugaannya tak salah. "Itulah istri kedua Bang Hasan, Rosa namanya." Nyi Baisucen terperangah, tak percaya mendengar hal yang diungkapkan Sari. Nyi Baisucen terduduk lemas. 'Berarti, orang yang telah kudukung untuk menikahi Rosa adalah Hasan' batinnya.Penyesalan segera menyergap kalbu Nyi Baisucen. Kenapa dulu dia tak menyelidiki terlebih dahulu, siapa laki-laki yang dicintai Rosa? Sayangnya dia tak hadir pada saat Rosa menikah, hingga dia tak juga mengenal suami Rosa. Apalagi sudah sangat lama Rosa dan Nyi Baisucen tak lagi bertemu."Bibi!" Rosa sangat terk

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Penyakit kiriman

    Rosa langsung membawa Hasan ke rumah ayahnya, setelah sebelumnya memanipulasi penglihatan Hasan. Sehingga yang tampak di pandangan Hasan adalah sebuah rumah yang mewah juga megah, dengan banyak security yang berjaga di setiap sisinya, baik diluar maupun di dalam. Security itu langsung membuka pintu rumah tatkala melihat kehadiran Rosa beserta suaminya. Sampai di dalam Rosa berpapasan dengan Sanca yang melihatnya dengan sinis. "Mau apa kesini, tengah malam begini?" sinis Sanca. ''Aku mau bertemu Ayah." Rosa tak lagi memperdulikan Sanca, dia langsung berjalan melenggang tanpa peduli dengan tatapaan tak suka Sanca pada Hasan.Apalagi Rosa melihat wajah Hasan kian memerah karena suhu tubuhnya semakin meningkat. Rosa menggandeng tangan Hasan yang panas untuk mempercepat langkah kakinya. Tak dipedulikan rasa terbakar di telapak tangannya.Rosa langsung menuju ke kamar Tuan Anaconda, sempat dia juga berpapasan dengan Panglima Derik di depan pintu kamar Tuan Anaconda. Walaupun Panglima Der

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Tiba-tiba sakit

    Hasan merasa sangat gelisah malam ini, tubuhnya terasa panas. Dia senantiasa merasa kegerahan, hingga bajunya basah karena keringat. Berulang kali dia mengganti posisi tidurnya tapi tak membantu juga untuk mengurangi rasa gerah yang sedang menderanya. Rosa merasa tempat tidurnya terus berderit sejak tadi. Dia membuka matanya, lantas melihat suaminya yang tidur dengan gelisah. Alisnya menaut melihat suaminya yang bertingkah aneh."Kenapa Bang?" tanyanya pada suaminya, lantas duduk di atas ranjangnya.Dicepolnya asal rambutnya yang ikal mayang itu, hingga menampakkan dengan jelas lehernya yang jenjang."Gerah," jawab Hasan sambil mengipasi tubuhnya dengan baju sendiri. Rosa melihat ac di kamarnya, ac nya hidup. Tak ada masalah dengan itu. Gadis cantik itu bangkit, untuk memeriksa kondisi suaminya. "Astaga! Badan Abang panas sekali!" pekiknya ketika punggung tangannya ditempelkan ke dahi Hasan. Hasan duduk, dibukanya baju yang telah basah oleh keringat. Namun tak juga mengurangi rasa

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Rubi masuk perangkap

    Aina duduk di hadapan seorang laki-laki paruh baya yang penampilannya tampak biasa saja. Siapa yang sangka kalau orang yang berada di depannya itu adalah seorang Dukun yang dikenal cukup handal dalam memuaskan semua kliennya.Aina mengenalnya dari rekomendasi seorang rekannya yang sudah tau jam terbang si Dukun."Ini Ki, fotonya." Aina menyerahkan dua lembar foto ke tangan laki-laki itu. Laki-laki yang dipanggil Aki melihat foto itu dengan seksama. Tadinya dia duduk dengan santai sambil bersandar di sandaran sofanya. Tapi ketika melihat kedua foto itu, matanya membulat sempurna."Ada apa Ki?" tanya Aina yang melihat perubahan pada ekspresi Dukun itu. "Ini sulit dipercaya," gumam Dukun itu. "Kenapa emangnya Ki?" Aina semakin bingung melihat sikap Dukun itu. "Ini, siapa perempuan ini?" Dukun itu bertanya seraya menunjuk wajah Rosa."Dia istri kedua si Hasan, Ki. Orang yang mau saya hancurkan. Ini Ki." Aina menunjuk wajah Hasan dan Sari."Saya ingin menghancurkan keduanya Ki. Mereka

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Masih ada luka

    "Sari, bisa kau temani aku ke toko Hasan? Aku juga ingin berkenalan dengan istri keduanya." Aina sudah mendapatkan foto Sari dan semua yang ada di rumahnya. Kini tinggal foto Hasan dan madu Sari.Permintaan Aina cukup mengundang tanya di hati Sari. Untuk apa Aina ingin berkenalan dengan Rosa?"Tak apa kan kalau aku ingin berkenalan dengan istri Hasan. Siapa tau, suatu hari nanti aku bersama dengan kawan-kawanku bertandang ke toko itu untuk membeli baju, jadi bisa diskon," kata Aina dibarengi dengan tertawa yang palsu, seolah Aina bisa mendengar kata hati Sari."Oh, boleh saja. Paman dan Bibi, mau ikut juga ke toko Bang Hasan?" tanya Sari. Beberapa tahun ini, Pak Fudin dan Bu Midah sudah sering datang ke rumah Sari dan sudah tau toko Hasan juga istri keduanya. Namun masih saja Pak Fudin belum bisa menerima kehidupan berpoligami yang dijalankan keponakannya itu. Hingga membuatnya sedikit enggan kalau harus sering bermanis-manis dengan Hasan. Dia tak marah karena Sari. "Kalian sajalah.

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Akal busuk Aina

    "Emak mau kemana?" tanya Sari pada Rasidah yang ingin menuruni anak tangga. "Mau nasi," jawab Rasidah dengan wajah merajuk seperti anak kecil."Sebentar lagi ya Mak." Sari mencoba menahan Rasidah.Tapi Rasidah malah menepiskan tangan Sari. Wanita setengah baya yang terkadang sifatnya seperti anak kecil itu, tak peduli akan larangan Sari. Dia terus saja turun ke bawah. Sari menghentikan langkah kakinya tak berniat menyusul Rasidah. Akhirnya Sari hanya memperhatikannya dari atas saja. Denyut di punggungnya masih terasa, Sari meringis sambil mencoba merana bagian punggungnya.Bersamaan dengan itu, dia merasa mendengar suara Nyi Baisucen. "Kau dimana Sari?" Sari mencoba berkonsentrasi lagi. Mungkin dengan mengirimkan sinyal telepati, bibinya akan tau keberadaannya. Namun Sari merasa semua cukup aman, jadi dia tak perlu meminta bibinya untuk datang. Mungkin karena dia merasa cemas dengan kedatangan Ayah Rosa maka tanda lahirnya berdenyut."Bibi, Sari di rumah Bang Hasan." Suara batin Sa

  • DiSUKAI SILUMAN ULAR   Kedatangan Tuan Anaconda

    Tuan Anaconda sekali lagi memanggil Rosa dengan suara yang lebih kuat, "ROSA!" "I–iya Ayah," jawab Rosa gugup. Hasan segera mengajak Rehan dan Rasidah naik ke atas lagi. Namun Rasidah justru menolak, dia masih memegang paha ayam goreng yang sangat pesat terasa baginya. "Mamak bawa aja ayamnya semua. Makan di atas," bujuk Hasan. Akhirnya Rasidah mau juga. Rosa harap-harap cemas. Setelah melihat Hasan, Rehan dan Rasidah hampir sampai di lantai dua rumah mereka. Baru Rosa membuka pintu rukonya. "Kenapa lama sekali!" hardik Tuan Anaconda. "Tadi kuncinya susah dibuka Ayah," alasan Rosa."Kenapa Ayah datang malam-malam kesini?" tanya Rosa. "Apa harus ada alasan untuk bertandang ke rumah anak sendiri?" tanya Tuan Anaconda. Tuan Anaconda menyapu seluruh sudut ruko dengan matanya. Dia berjalan perlahan melihat setiap bagian sudut ruko Rosa yang banyak dihiasi manekin-manekin cantik yang dipakaikan baju contoh. "Mana suamimu?" "A–ada Yah. Di–atas." Rosa sangat gugup, takut kalau ayahn

DMCA.com Protection Status