Semua Bab PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan): Bab 301 - Bab 310

531 Bab

300. Bi Ramlah Emosi (Bagian A)

PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)300. Bi Ramlah Emosi (Bagian A)"Mas?!" Aku memekik, merasa tidak percaya dengan keberadaan Mas Aji yang ada di sini. Dia keluar dari dalam rumah dan mendudukkan dirinya di samping Ibu, Bi Ramlah yang ada di sampingku langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Mas Aji dengan pandangan tajam."Maksud kamu apa, Ji?" tanya Bi Ramlah dengan cepat. "Ada apa sebenarnya? Hm? Istrimu itu nangis-nangis tengah malam buta, nelpon Bibi dan bilang kalau dia udah kamu cerai! Ada apa? Hm?" tanya Bi Ramlah bertubi-tubi, dengan nada bingung.Mas Aji tak menjawab, dia hanya diam dan menatap ke arah depan halaman dengan pandangan menerawang. Mas Abi benar, Kakak iparku ini terlihat amat berubah. Dia masih memakai baju koko dan juga sarungnya, dan aku yakin dia langsung ke sini setelah dari masjid tadi.Wajah Mas Aji memang masih lesu, dan juga terlihat kuyu, tapi ada ketenangan di sana. Mungkin saja, karena dia yang sudah menyampaikan keluh kesahnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-13
Baca selengkapnya

301. Bi Ramlah Emosi (Bagian B)

301. Bi Ramlah Emosi (Bagian B)"Bagaimanapun juga apa yang sudah aku beri kepada mereka, sudah dimakan oleh anak dan juga cucuku. Jadi tidak usah dibicarakan lagi perkara hal itu," lanjut Ibu lagi."Ya iya, Mbak. Tapi aku kesel dengarnya, loh. Pengen motor, dibeliin. Pengen rumah, dibuatkan. Pengen perhiasan, tinggal minta. Eh, malah tidak tahu terima kasih. Siapa yang nggak geram kalau seperti itu?" jawab Bi Ramlah dengan sinis."Kecilkan suaramu, Ram. Masmu sedang tidur, baru saja tertidur setelah shalat subuh tadi. Satu malaman dia tidak bisa tidur, dan gelisah terus menerus. Aku sampai kasihan melihatnya," kata Ibu mengingatkan.Bi Ramlah langsung menutup mulutnya dengan rapat, dia kemudian menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi dan melipat kedua tangannya di depan dada. Terlihat jelas kalau Ramlah masih ingin mengeluarkan unek-uneknya, tetapi karena Bapak memang masih beristirahat di dalam, jadi Bi Ramlah terpaksa menahan segalanya.Aku yakin, jika saat ini Lisa berada di sini
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-13
Baca selengkapnya

302. Bi Ramlah Emosi (Bagian C)

302. Bi Ramlah Emosi (Bagian C)"Eh, ralat! Bukan istrimu, tetapi mantan istrimu. Dia itu sudah gendeng, sudah kehilangan kewarasan, sudah kehilangan akal!" kata Bi Ramlah dengan sangat menggebu-gebu."Sudahlah, Ram. Kalau kamu mengumpati Lisa, itu artinya kamu juga seperti dia, dan kamu itu sudah berdosa. Pagi-pagi begini kok, sudah panen dosa, sih!" kata Ibu mengingatkan."Gimana aku nggak mengumpat, Mbak. Wong dia saja itu memang minta diumpati," sahut Bi Ramlah cepat."Pokoknya kamu nggak usah mengangkat dan juga membalas panggilan maupun pesan dari dia. Biarkan saja biar dia capek sendiri," kata Mas Aji mengingatkan."Iya, Mas. Aku juga nggak mau ngangkat panggilan dari Mbak Lisa, kok. Begitu juga dengan pesannya, aku tidak membalas satupun pesan yang dia kirimkan," sahut-ku sambil mengangguk mengerti."Halah, balas saja! Bilang kalau masmu itu memang sudah tidak mencintai dia lagi, dan menceraikannya karena mulutnya yang busuk itu!" kata Bi Ramlah dengan semangat."Nggak usah la
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-13
Baca selengkapnya

303. Serangan Bi Ramlah dan Ibu (Bagian A)

PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)303. Serangan Bi Ramlah dan Ibu (Bagian A)Ternyata yang datang ke rumah Ibu adalah Mbak Ruli dan juga Mas Badra, di belakang mereka ada juragan Karta dan di belakangnya lagi ada Pak Anwar. Mereka berempat datang ke sini dengan wajah yang terlihat sulit aku artikan.Setelah memarkirkan motornya di halaman, mereka langsung berjalan ke arah teras dan Mbak Ruli tersenyum kecil ke arahku. Masih senyum yang sama, terlihat manis dan juga bersahabat. Tapi entah kenapa, aku bisa melihat sesuatu yang lain ada di sana."Oalah, pagi-pagi sekali sudah berada di sini. Memang, ya, kalau menantu dan juga mertua seperti kalian ini patut dicontoh. Akur dan juga tidak neko-neko," kata Mbak Ruli sambil terkekeh kecil."Lah, ya iya, Rul. Namanya juga menantu dan mertua itu memang wajib akur. Sama seperti kamu dan juga mertuamu, kan akur, loh. Adem ayem, damai, enak dipandang mata," sahut Bi Ramlah sambil ikut terkekeh.“Terus Bibi ngapain ke sini pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-13
Baca selengkapnya

304. Serangan Bi Ramlah dan Ibu (Bagian B)

304. Serangan Bi Ramlah dan Ibu (Bagian B)"Wah kamu bener banget, An. Memang seharusnya kita itu jangan malu-malu. kalau mau tobat sama gusti Allah. Juragan Karta aneh sih, orang mau tobat dan berubah menjadi lebih baik lagi kok, malah dipojokkan seperti itu. Juragan Karta nggak asik, ah," sahut Bi Ramlah tiba-tiba.Nah, ini yang kusuka dari Bi Ramlah. Dia itu cepat tanggap, dan sepertinya kami akan menjadi pasangan yang ter-the best dalam memojokkan seseorang.Buktinya saja, juragan Karta langsung kicep saat mendengar ucapan Bi Ramlah yang mendukung ku tadi. Saat mataku melirik ke arah Mas Aji aku bisa melihat dia sedang menahan tawa, dengan mengalihkan pandangannya ke halaman dan pura-pura terbatuk kecil.Hendak sekali rasanya bibirku mengeluarkan dengusan kesal, untuk apa dia tertawa seperti itu? Apa dia itu tidak sadar kalau empat orang yang ada di sini sekarang ini ingin menyerangnya habis-habisan? "Amran mana, Sri? Kok, tidak ada di sini?" tanya juragan Karta tiba-tiba kepada
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-13
Baca selengkapnya

305. Serangan Bi Ramlah dan Ibu (Bagian C)

305. Serangan Bi Ramlah dan Ibu (Bagian C)“Kalian itu sebenarnya ke sini mau ketemu sama Aji atau sama ketemu sama Lisa? Kalau kalian mau ketemu sama Lisa, Lisa nggak ada di sini. Dia ada di rumah kedua orang tuanya yang ada di kecamatan sebelah. Tapi kalau kalian mau ketemu sama Aji, ngomongnya yang jelas! Kalian itu sebenarnya keperluannya apa!" sambar Bi Ramlah tiba-tiba.Mbak Ruli terlihat kehabisan suara karena mendengar sahutan yang dilontarkan oleh Bi Ramlah. apalagi Bi Ramlah mengucapkannya dengan kata-kata yang terdengar sangat tegas dan juga tidak mau dibantah.“Ya, kami ke sini sebenarnya mau ketemu sama Lisa. Tapi karena satu dan lain hal, kami akhirnya berniat untuk menemui Aji." Pak Anwar menyahut dengan sopan."Oh, kalau kayak gitu, sebenarnya kali ini kami mau ketemu sama Lisa. Begitu?” tanya Bi Ramlah dengan cepat. “Tapi … kok, bisa pindah haluan sama Aji tiba-tiba? Ini ada apa ya?" tanya Bi Ramlah lagi, tentunya dengan wajah ketus andalannya."Begini, Bi … sebenarny
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-13
Baca selengkapnya

306. Menolak bertanggung jawab (Bagian A)

PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)306. Menolak bertanggung jawab (Bagian A)"Apaan sih! Kenapa kalian, kok, terkejut seperti itu? Orang lain yang bercerai, tapi malah kalian yang berteriak seperti orang kesurupan," ujar Bi Ramlah sambil mencibir kecil."Bagaimana bisa, Bi? Bagaimana bisa mereka bercerai? Bukannya mereka baik-baik saja? Aji! Ini tidak benar, kan? Bi Ramlah berbohong kan?!" Mbak Ruli bertanya terburu-buruDia lalu menatap Mas Aji dengan pandangan tajam dan menuntut jawaban, sedangkan kakak iparku itu hanya menaikkan bahunya tidak peduli."Iya, memang apa yang dikatakan oleh Bi Ramlah adalah suatu kebenaran. Aku dan juga Lisa sudah bercerai tadi malam tepatnya," kata Mas Aji dengan gamblang."Apa? Jadi, ini semua adalah kenyataan?" Mbak Ruli kembali berteriak histeris."Lah, apa kamu pikir aku dari tadi bohong, Rul? Ya, nggak lah! Mana mungkin perceraian sepasang suami istri aku jadikan bahan untuk sebuah kebohongan, aku juga masih punya hati kali!"
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-14
Baca selengkapnya

307. Menolak bertanggung jawab (Bagian B)

307. Menolak bertanggung jawab (Bagian B)"Maaf, Bu Sri. Dengan jelas di grup WA yang Mbak Lisa buat kemarin memang dikatakan di situ kalau Mas Aji-lah penanggung jawab dari uang tabungan anak-anak yang sudah dia gunakan," ujar Pak Anwar dengan penuh kehati-hatian. "Saya bisa menunjukkan isi percakapan kami, dan tentu saja statement Mbak Lisa yang mengatakan hal yang barusan saya katakan," kata Pak Anwar lagi, sambil memegang ponselnya yang baru saja diambil dari saku. "Cukup, cukup, War! Kalau kamu mau memberitahu tentang isi grup tersebut, tidak usah saja. Kebetulan saya sudah melihatnya dan saya juga sudah bisa menyimpulkan, kalau Lisa memang benar-benar keterlaluan. Dia mengkambingkan hitamkan anak saya dengan sebegini rupa, dan menyuruh kalian untuk menagih uang tabungan itu kepada Aji!" kata Ibu dengan tenang. "Tapi yang perlu kalian ingat adalah, tadi malam Aji sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi dengan Lisa. Dia sudah menjatuhkan talak dan tentu saja Aji tidak perlu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-14
Baca selengkapnya

308. Menolak bertanggung jawab (Bagian C)

308. Menolak bertanggung jawab (Bagian C)Jujur saja aku dan juga Mas Abi mengira, kalau Mas Aji akan memilih rujuk kepada Lisa ketika emosinya sudah mereda. Tetapi sangat jauh dari perkiraanku, Kakak iparku itu malah ingin mendaftarkan perceraian mereka ke pengadilan agama cepatnya. "Sebenarnya apa yang terjadi antara kamu dan juga Lisa, Ji?" tanya Mas Badra tiba-tiba. "Apa yang terjadi di antara kami tidak patut aku bicarakan dengan orang lain, Mas. Tetapi yang pasti, aku minta maaf yang sebesar-besarnya, aku tidak bisa membayar sesuatu yang tidak aku lakukan!" kata Mas Aji dengan tegas."Lalu kamu harus bagaimana? Ke mana lagi kami harus meminta, jika kamu saja tidak mau bertanggung jawab akan hal ini?" Mbak Ruli menyahut dengan kesal."Ya, kamu datangi Lisa, lah. Kok malah datengin Aji! Jangan marah-marah di sini, Rul! Nggak mempan sama kami!" Bi Ramlah menyahut tak kalah kesal."Bibi ngomong begitu karena bukan uang anak Bibi yang ditilep oleh manusia jahanam itu! Kalau uang an
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-14
Baca selengkapnya

309. Kedatangan keluarga Lisa (Bagian A)

PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)309. Kedatangan keluarga Lisa (Bagian A)Bi Ramlah langsung berdiri dan berkacak pinggang, dia yang memang duduk di sebelahku membuat aku menjadi ikut tersentak kaget. Apalagi saat Bi Ramlah langsung menyingsing lengan bajunya, karena memang saat ini dia sedang memakai kaos lengan panjang."Wah, kebetulan sekali dia kesini. Berani juga ternyata dia datang datang dan menampakkan batang hidungnya itu, biar aku habisi dia!" kata Bi Ramlah dengan gigi yang terkatup rapat."Bi, jangan begitu!" kataku sambil menarik lengannya. "Biar saja! Dia memang pantas untuk diberi pelajaran. Aku tidak akan segan-segan sekarang ini, biar dia tahu kalau dia sudah membuat masalah dengan orang yang salah!" kata Bi Ramlah sambil menepis tanganku."Heh, Lisa! Berani juga kamu datang ke sini, ya!" kata Bi Ramlah dengan teriakan yang super melengking.Kalian tidak salah dengar, dan juga mungkin kalian sudah bisa menebak kalau yang datang ke sini adalah L
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2930313233
...
54
DMCA.com Protection Status