PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)303. Serangan Bi Ramlah dan Ibu (Bagian A)Ternyata yang datang ke rumah Ibu adalah Mbak Ruli dan juga Mas Badra, di belakang mereka ada juragan Karta dan di belakangnya lagi ada Pak Anwar. Mereka berempat datang ke sini dengan wajah yang terlihat sulit aku artikan.Setelah memarkirkan motornya di halaman, mereka langsung berjalan ke arah teras dan Mbak Ruli tersenyum kecil ke arahku. Masih senyum yang sama, terlihat manis dan juga bersahabat. Tapi entah kenapa, aku bisa melihat sesuatu yang lain ada di sana."Oalah, pagi-pagi sekali sudah berada di sini. Memang, ya, kalau menantu dan juga mertua seperti kalian ini patut dicontoh. Akur dan juga tidak neko-neko," kata Mbak Ruli sambil terkekeh kecil."Lah, ya iya, Rul. Namanya juga menantu dan mertua itu memang wajib akur. Sama seperti kamu dan juga mertuamu, kan akur, loh. Adem ayem, damai, enak dipandang mata," sahut Bi Ramlah sambil ikut terkekeh.“Terus Bibi ngapain ke sini pa
304. Serangan Bi Ramlah dan Ibu (Bagian B)"Wah kamu bener banget, An. Memang seharusnya kita itu jangan malu-malu. kalau mau tobat sama gusti Allah. Juragan Karta aneh sih, orang mau tobat dan berubah menjadi lebih baik lagi kok, malah dipojokkan seperti itu. Juragan Karta nggak asik, ah," sahut Bi Ramlah tiba-tiba.Nah, ini yang kusuka dari Bi Ramlah. Dia itu cepat tanggap, dan sepertinya kami akan menjadi pasangan yang ter-the best dalam memojokkan seseorang.Buktinya saja, juragan Karta langsung kicep saat mendengar ucapan Bi Ramlah yang mendukung ku tadi. Saat mataku melirik ke arah Mas Aji aku bisa melihat dia sedang menahan tawa, dengan mengalihkan pandangannya ke halaman dan pura-pura terbatuk kecil.Hendak sekali rasanya bibirku mengeluarkan dengusan kesal, untuk apa dia tertawa seperti itu? Apa dia itu tidak sadar kalau empat orang yang ada di sini sekarang ini ingin menyerangnya habis-habisan? "Amran mana, Sri? Kok, tidak ada di sini?" tanya juragan Karta tiba-tiba kepada
305. Serangan Bi Ramlah dan Ibu (Bagian C)“Kalian itu sebenarnya ke sini mau ketemu sama Aji atau sama ketemu sama Lisa? Kalau kalian mau ketemu sama Lisa, Lisa nggak ada di sini. Dia ada di rumah kedua orang tuanya yang ada di kecamatan sebelah. Tapi kalau kalian mau ketemu sama Aji, ngomongnya yang jelas! Kalian itu sebenarnya keperluannya apa!" sambar Bi Ramlah tiba-tiba.Mbak Ruli terlihat kehabisan suara karena mendengar sahutan yang dilontarkan oleh Bi Ramlah. apalagi Bi Ramlah mengucapkannya dengan kata-kata yang terdengar sangat tegas dan juga tidak mau dibantah.“Ya, kami ke sini sebenarnya mau ketemu sama Lisa. Tapi karena satu dan lain hal, kami akhirnya berniat untuk menemui Aji." Pak Anwar menyahut dengan sopan."Oh, kalau kayak gitu, sebenarnya kali ini kami mau ketemu sama Lisa. Begitu?” tanya Bi Ramlah dengan cepat. “Tapi … kok, bisa pindah haluan sama Aji tiba-tiba? Ini ada apa ya?" tanya Bi Ramlah lagi, tentunya dengan wajah ketus andalannya."Begini, Bi … sebenarny
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)306. Menolak bertanggung jawab (Bagian A)"Apaan sih! Kenapa kalian, kok, terkejut seperti itu? Orang lain yang bercerai, tapi malah kalian yang berteriak seperti orang kesurupan," ujar Bi Ramlah sambil mencibir kecil."Bagaimana bisa, Bi? Bagaimana bisa mereka bercerai? Bukannya mereka baik-baik saja? Aji! Ini tidak benar, kan? Bi Ramlah berbohong kan?!" Mbak Ruli bertanya terburu-buruDia lalu menatap Mas Aji dengan pandangan tajam dan menuntut jawaban, sedangkan kakak iparku itu hanya menaikkan bahunya tidak peduli."Iya, memang apa yang dikatakan oleh Bi Ramlah adalah suatu kebenaran. Aku dan juga Lisa sudah bercerai tadi malam tepatnya," kata Mas Aji dengan gamblang."Apa? Jadi, ini semua adalah kenyataan?" Mbak Ruli kembali berteriak histeris."Lah, apa kamu pikir aku dari tadi bohong, Rul? Ya, nggak lah! Mana mungkin perceraian sepasang suami istri aku jadikan bahan untuk sebuah kebohongan, aku juga masih punya hati kali!"
307. Menolak bertanggung jawab (Bagian B)"Maaf, Bu Sri. Dengan jelas di grup WA yang Mbak Lisa buat kemarin memang dikatakan di situ kalau Mas Aji-lah penanggung jawab dari uang tabungan anak-anak yang sudah dia gunakan," ujar Pak Anwar dengan penuh kehati-hatian. "Saya bisa menunjukkan isi percakapan kami, dan tentu saja statement Mbak Lisa yang mengatakan hal yang barusan saya katakan," kata Pak Anwar lagi, sambil memegang ponselnya yang baru saja diambil dari saku. "Cukup, cukup, War! Kalau kamu mau memberitahu tentang isi grup tersebut, tidak usah saja. Kebetulan saya sudah melihatnya dan saya juga sudah bisa menyimpulkan, kalau Lisa memang benar-benar keterlaluan. Dia mengkambingkan hitamkan anak saya dengan sebegini rupa, dan menyuruh kalian untuk menagih uang tabungan itu kepada Aji!" kata Ibu dengan tenang. "Tapi yang perlu kalian ingat adalah, tadi malam Aji sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi dengan Lisa. Dia sudah menjatuhkan talak dan tentu saja Aji tidak perlu
308. Menolak bertanggung jawab (Bagian C)Jujur saja aku dan juga Mas Abi mengira, kalau Mas Aji akan memilih rujuk kepada Lisa ketika emosinya sudah mereda. Tetapi sangat jauh dari perkiraanku, Kakak iparku itu malah ingin mendaftarkan perceraian mereka ke pengadilan agama cepatnya. "Sebenarnya apa yang terjadi antara kamu dan juga Lisa, Ji?" tanya Mas Badra tiba-tiba. "Apa yang terjadi di antara kami tidak patut aku bicarakan dengan orang lain, Mas. Tetapi yang pasti, aku minta maaf yang sebesar-besarnya, aku tidak bisa membayar sesuatu yang tidak aku lakukan!" kata Mas Aji dengan tegas."Lalu kamu harus bagaimana? Ke mana lagi kami harus meminta, jika kamu saja tidak mau bertanggung jawab akan hal ini?" Mbak Ruli menyahut dengan kesal."Ya, kamu datangi Lisa, lah. Kok malah datengin Aji! Jangan marah-marah di sini, Rul! Nggak mempan sama kami!" Bi Ramlah menyahut tak kalah kesal."Bibi ngomong begitu karena bukan uang anak Bibi yang ditilep oleh manusia jahanam itu! Kalau uang an
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)309. Kedatangan keluarga Lisa (Bagian A)Bi Ramlah langsung berdiri dan berkacak pinggang, dia yang memang duduk di sebelahku membuat aku menjadi ikut tersentak kaget. Apalagi saat Bi Ramlah langsung menyingsing lengan bajunya, karena memang saat ini dia sedang memakai kaos lengan panjang."Wah, kebetulan sekali dia kesini. Berani juga ternyata dia datang datang dan menampakkan batang hidungnya itu, biar aku habisi dia!" kata Bi Ramlah dengan gigi yang terkatup rapat."Bi, jangan begitu!" kataku sambil menarik lengannya. "Biar saja! Dia memang pantas untuk diberi pelajaran. Aku tidak akan segan-segan sekarang ini, biar dia tahu kalau dia sudah membuat masalah dengan orang yang salah!" kata Bi Ramlah sambil menepis tanganku."Heh, Lisa! Berani juga kamu datang ke sini, ya!" kata Bi Ramlah dengan teriakan yang super melengking.Kalian tidak salah dengar, dan juga mungkin kalian sudah bisa menebak kalau yang datang ke sini adalah L
310. Kedatangan keluarga Lisa (Bagian B)"Maksud kamu apa, Mbak? Kok, sebegitunya menuduh kami? Kami juga tidak akan pernah mau menyuruh Mas Aji untuk menceraikan Mbak Lisa, Mas Aji itu melakukan itu semua atas dasar keinginannya sendiri. Mbak kira dia itu orang bodoh yang bisa diatur-atur seenaknya?!" tanyaku dengan nada kesal."Halah, sudahlah, An. Kamu itu nggak usah kebanyakan ngomong! Aku tahu yang ada di dalam otakmu itu apa. Kamu pasti berpikir, kan untuk menyingkirkan aku segera, supaya kamu bisa menjadi menantu satu-satunya di keluarga ini. Iya, kan? Kamu iri, kan, sama aku yang selalu lebih disayang oleh Ibu, apapun keinginanku selalu dikabulkan oleh Ibu dan juga Bapak. Iya, kan? Kamu iri. Iya, kan?!" katanya lagi dengan nada, dan juga kata-kata yang berulang-ulang."Aku nggak iri, buat apa iri sama orang kayak Mbak? Nggak ada gunanya sama sekali," ketusku sambil membuang muka."Orang kayak aku? Maksud kamu itu apa? Ngomong yang jelas! Jangan bersikap seolah-olah kamu itu ad