All Chapters of Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh: Chapter 31 - Chapter 40

137 Chapters

Bab 31

"Baju kamu?" tanyaku sembari melangkah mendekat ke arahnya. Setelah berdiri di sampingnya, aku pun kembali menyerobot paper bag itu lalu memasukkan kembali barang belanjaanku di tempatnya semula. Setelah semuanya masuk, aku pun menatap Mutia lalu berkata,"beli sendiri!" Cepat aku melangkah kembali menuju ke kamar, baru saja beberapa langkah, tiba-tiba kedua gendang telingaku mendengar suara nyaring yang begitu memekkan."Kik!r sekali kamu jadi orang! Harusnya kamu itu sadar, uang itu Yoga yang berikan! Timbang belikan satu baju saja apa mengurangi banyak uang yang kamu rampas dari anakku?! Ingat, Ren! Mutia itu sebentar lagi juga akan menjadi istri Yoga! Jadi orang kok pelit amat, pantas saja mand*l!" maki Ibu yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapanku. Berkali-kali aku menghela napas dalam-dalam, jangan sampai aku bertindak kasar pada perempuan tua berlidah racun ini. "Nanti kamu minta uang sendiri ke Yoga. Kamu belanja sepuasnya. Jangan minta ke orang yang kikir!" ucap Ibu
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more

Bab 32

Pov Rena**Pintu itu ditutup dengan begitu kerasnya oleh Ibu, lantas aku bersama Mas Yoga berjalan keluar kamar, menuju ke ruang tamu– dimana acara ijab qabul itu akan berlangsung.  Saat aku baru saja menginjakkan kaki di sana, kedua mataku menangkap ada keluarga inti suamiku. Seperti kakak ipar bersama anak dan suaminya masing-masing. Aku melempar senyum ke arah mereka untuk menunjukkan jika aku baik-baik saja saat ini. Akan tetapi, hanya Mbak Rika–kakak tertua suamiku lah yang menjawab sapaanku, berbeda dengan Mbak Sumi–kakak kedua suamiku, ia hanya mencebikkan bibirnya.  Memang, selama ini dua saudara itu sangatlah berbeda. Mbak Rika bisa menghargai orang lain, sedangkan Mbak Sumi sikapnya persis seperti Ibu mertua.  Mas Yoga pun meraih pergelangan tanganku tapi aku segera menepisnya.  "Jangan gitu dong, Ren. Nggak enak dili
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more

Bab 33

"Ren, Bapak melepas cengkraman itu denga Ibu pun juga duduk di samping Bapak. Mengelus punggung Bapak seperti sedang memberikan kekuatan pada sosok lelaki yang  Aku pun bergegas memeluk tubuh Bapak, rasanya begitu sakit. Sakit sekali melihat kedua orangtuaku seperti ini. Bahkan, sakitnya melebihi saat aku mendapati kenyataan jika suamiku telah mendua. sudah membersamainya selama puluhan tahun itu. n mendor   Sebenarnya sejak ta "Ya Allah, Bapak. Sabar, Pak. Nyebut ...." di Ibu berusaha menenan Mas Yoga pun lantas beranjak lalu berdiri tepat di belakan Hari ini ... untuk pertama kalinya aku melihat Bapak seluka dan sehancur ini. gku. Sudah sepe Akan tetapi, tiba-tiba tubuh Bapak terguncang dan par*ng itu terlepas dan terjatuh dari tangannya. Setelahnya tubuh Bapak terkulai lalu du
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more

Bab 34

Aku pun membawa Ibu dan Bapak ke dalam kamarku. Aku meminta kedua orangtuaku untuk duduk di tepi ranjang, sedangkan aku duduk di kursi meja rias yang kursinya kugeser tepat di hadapan mereka. Sejenak kami terjebak dalam keheningan. Hanya suara detak jarum jam yang terdengar menelusup gendang telinga, hingga pada akhirnya ...."Kenapa kamu diam saja, Nduk?" Bapak mengawali pembicaraan kami, sedangkan Ibu hanya menatapku dengan sorot mata yang begitu sayu. Aku pun menundukkan kepalaku sembari memainkan ke sepuluh jemariku. "Maaf, Pak. Rena hanya tak mau membuat kalian kepikiran," jawabku jujur. "Terus apa dengan cara menyembunyikannya seperti ini, Bapak dan Ibu tak merasa kecewa?" tanya Ibu dengan lembut tapi mempu membuat lidah ini terasa begitu kelu. "Nduk, yang kamu hadapi saat ini bukan masalah yang sepele. Tapi masalah yang begitu besar dan rumit. Yoga menikahi perempuan itu di depanmu itu sama saja menginjak-injak harga dirimu," ucap Ibu."Betul, Nduk. Seharusnya kamu bercerit
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 35

Terasa ibu mengelus punggungku,"Nduk, ingat ... kamu ini masih punya orangtua, kamu masih punya tempat untuk bercerita dan bersandar. Jangan simpan bebanmu seorang diri," ucap Ibu dengan lirih namun mampu membuat dada ini terasa begitu sesak.Tak terasa rasa sesak itu semakin menjadi hingga membuat area kedua netraku serasa menghangat, pandanganku pun kembali berkaca-kaca. Andai aku berkedip sekali pun, pasti air mata itu kembali terjatuh."Sudahlah, jangan menangis. Sekarang, jelaskan pada Ibu dan Bapak," ucap Bapak.Aku pun mengangkat wajahku, menatap Bapak yang saat ini memasang wajah sendu.Akhirnya aku pun mulai menceritakan bagaimana awalnya aku bisa mencurigai pengkhianatan yang dilakukan oleh suamiku, hingga aku pun datang ke butik di mana mereka melakukan janji untuk bertemu."Mas Yoga membawa pulang perempuan itu, Bu, ia bilang ke Rena kalau dia adalah kerabat jauh Mas Yoga dari mendiang ayahnya. Padahal Rena sudah tahu, akan tetapi, Rena pura-pura percaya dengan apa yang di
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 36

Bus yang kami tumpangi akhirnya mengurangi laju kecepatannya saat hampir sampai di tempat di mana aku mau turun. Saat kendaraan besar ini sudah benar-benar berhenti, lantas aku pun segera meminta kedua orangtuaku bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah depan. Dengan gerakan pelan dan hati-hati, mereka turun, dan setelahnya baru aku lah yang menyusul. "Kita naik ojek saja ya, Nduk," ucap Bapak yang kubalas dengan anggukan. Kami pun bergegas berjalan menuju pengkolan ojek yang tak jauh dari sini. Hanya perlu beberapa menit untuk berjalan ke arah sana. "Bang, antar kami, ya. Tiga orang," ucapku. Selanjutnya, aku pun mengatakan di mana alamat yang ingin kami tuju setelah mendapatkan tiga orang tukang ojek. Belasan menit kemudian, tiga tukang ojek berhenti tepat di depan rumah. Kepulangan kami disambut oleh Yeni– adik semata wayangku yang berusia lima belas tahun."Pakai uang Rena saja, Bu," ucapku saat melihat Ibu mengeluarkan dompet usang yang di luarnya bertulisan nama
last updateLast Updated : 2022-06-26
Read more

Bab 37

Tok! Tok! Tok! "Ren ...." Aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku saat mendengar suara ibu yang memanggilku. "Iya, Bu, sebentar." Aku merenggangkan otot-otot di tubuhku dengan mengangkat kedua tanganku. Lantas aku pun mengubah posisiku menjadi duduk. Kusingkap selimut tipis yang menutupi tubuhku sebatas dada. Aku menurunkan kedua kakiku. Sempat aku melihat ke arah jam dinding yang menggantung. Ternyata jarum jam menunjukkan pukul empat sore. Tak terasa, ternyata aku sudah tertidur dua jam lamanya. Bergegas aku pun melangkah menuju ke arah pintu lalu membuka daun pintu hanya sebatas bahu. "Udah waktunya sholat ashar," ucap Ibu dengan lirih. "Iya, Bu." Aku kembali menutup pintu setelah Ibu berlalu pergi. Aku membuka tas yang kubawa tadi, mengambil handuk dan juga baju ganti. Setelahnya aku pun melangkah ke luar kamar, menuju kamar mandi yang terletak persis di belakang rumah. Aku menengadahkan kedua tanganku sebatas dada, mengucapkan untaian doa pada sang Maha Kua
last updateLast Updated : 2022-06-26
Read more

Bab 38

"Jangan kamu berikan dia pinjaman, Ren!" Pekikan seseorang itu seketika membuatku langsung menolehkan kepala ke arah sumber suara. Aku dikejutkan melihat Ibu yang berdiri di ambang pintu pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah sedang berdiri dan memasang wajah yang begitu bengis. "Astaga, Tini ... aku ini Mbak-mu, Tin," ucap Bude Romlah dengan nelangsa. "Kenapa baru sekarang kamu menganggap kita seorang saudara? Kemana aja, Mbak, kamu sejak dulu? Di saat susah seperti ini kamu baru mengucapkan hal itu," pekik Ibu dengan suara bergetar. Baru kali ini aku melihat Ibu seperti ini. Aku pun bergegas bangkit dari tempat dudukku lalu berjalan mendekat ke arah di mana Ibu berdiri. Aku mengusap punggung Ibu, berharap mampu sedikit memberikan ketenangan di dalam dirinya. "Sabar, Bu ...," lirihku. Aku melihat Bude Romlah saat ini menundukkan kepalanya. "Sabar? Sudah sejak lama ibu sabar, Ren," ucap Ibu tertahan. Sungguh, kali ini aku dibuat terkejut karena melihat sikap ibu yang jauh
last updateLast Updated : 2022-06-27
Read more

Bab 39

Jarum jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aku merebahkan tubuh di atas ranjang sembari tangan yang memainkan ponsel. Aku membuka aplikasi berlogo telepon berwarna hijau. Rentetan story what'sapp mulai aku buka satu per satu. Hingga tibalah berganti story what'sapp yang diunggah oleh nomor milik Mas Yoga. [Kalau memang jodoh, sekali pun sudah milik perempuan lain, pada akhirnya akan bersatu juga.]Story pertama itu aku baca. Story itu tertulis dan dilengkapi oleh foto Mas Yoga dan Mutia yang saat itu sedang duduk bersandingan. Terlihat saat itu Mas Yoga menjabat tangan seorang penghulu. Di akhir caption tersebut, ada rentetan emoticon hambar hati. Akhirnya kubuka status yang kedua. [Aku akan memberikan sesuatu yang tak bisa diberikan oleh istri pertamamu.]Deg!Seketika jantung ini seperti berhenti berdegup kencang saat membaca story kedua itu. Dari sini aku bisa yakin jika story itu diunggah oleh Mutia menggunakan nomor Mas Yoga. Apa maksudnya?Apa ia sengaja
last updateLast Updated : 2022-06-27
Read more

Bab 40

"Mbak Rena, denger-denger Yoga menikah lagi ya?" tanya salah satu tetanggaku saat kami sedang berkerumun mengelilingi gerobak tukang sayur. Aku hanya menjawab pertanyaan itu dengan seuntai senyum. Sebab, aku belum menemukan jawaban yang pas untuk pertanyaan mereka. "Memang lelaki itu seperti itu, Mbak. Saat susah ditemani mati-matian, giliran enak dikit, eh, lupa daratan," ketusnya lagi. Sedangkan aku meneruskan gerakan tanganku yang sedang memilih sayuran yang akan kuoleh menjadi sayur sop untuk menu makan siang. "Ya begitu lah, Jeng ... makanya kita harus pandai rawat tubuh, biar suami kita nggak melirik perempuan lain," ucap yang lain menimpali. Aku hanya tersenyum ke arah mereka, tanpa berniat menjawab walau hanya sepatah kata pun. "Ya gitu lah kalau istri nggak bisa kasih keturunan buat suami, yang ada suami akan kaw!n lagi!"Ah, sepertinya Mbak Ria ini tidak ada kapoknya sama sekali. Dia terus saja menunjukkan ketidaksukaannya terhadapku."Makanya Ibu-ibu, kalau suami kita
last updateLast Updated : 2022-06-28
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status