Beranda / Romansa / Dilangkahi Adik / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Dilangkahi Adik : Bab 71 - Bab 80

106 Bab

Bawa Dia ke Polisi!

Selama dalam perjalanan menuju Jakarta, aku terus-terusan dibuat tak tenang ketika mengingat lagi tentang beban hidup yang tengah dijalani oleh Alia saat ini.Kamu harus kuat, Alia. Kamu harus kuat!Darren dan Arman bergantian mengendalikan kemudi saat merasa itu diperlukan ketika mobil yang kami naiki, membelah tol Cikopo-Palimanan.Beruntung, tak ada kendala berarti selama perjalanan. Membuat kami sampai di Jakarta sesuai dengan estimasi.Hampir tengah malam, kami bertiga sampai di Jakarta. Membuatku merasa lega saat bisa kembali ke rumah, dengan hati yang lebih lapang.Seolah mengabaikan waktu yang sudah merangkak hampir tengah malam, seluruh keluargaku—termasuk Bik Minah, menyambut kepulanganku dengan penuh sukacita.Aku merasa bersyukur saat merasa dendam dan kebencian tak lagi menguasai hati.Mungkin benar memang, memaafkan awalnya terasa berat. Namun, pada akhirnya semua akan berjalan indah andaikan kita ikhlas menerima takdir yang didapatkan.***Paginya, aku yang sejak semala
Baca selengkapnya

Apakah Aku Berdosa?

"Nggak usah repot-repot menyeret dia ke kantor polisi, De. Gue udah telpon polisi soalnya. Tunggu saja, mereka bakal ke sini sebentar lagi."Kedatangan Mas Danar yang secara tiba-tiba, terasa sangat mengejutkan. Membuat suamiku yang semula tengah memfokuskan pandangan ke arah kamar, menoleh sambil tersenyum tipis melihat kepulangan lelaki yang juga merupakan salah satu sahabatnya."Wanita iblis ini memang paling tahu saat yang tepat untuk menganiaya dan mengintimidasi Alia, De," ujar Mas Danar dengan raut wajah yang terlihat sedikit garang ketika sepasang matanya menatap tajam ke satu arah. Ke arah dalam kamar Alia lebih tepatnya.Aku tak tahu bagaimana Tante Melly berekspresi, karena aku sendiri tak melihatnya secara langsung. Namun, yang jelas kutangkap, suaranya terdengar menggelegar saat menanggapi olok-olokan sang keponakan."Tutup mulutmu, Danar! Berani kau macam-macam denganku, sekarang juga tanggung akibatnya!"Jantungku berdegup lebih cepat saat melihat Darren dan Mas Danar t
Baca selengkapnya

Hari Terakhir Dalam Hidupnya

Seketika air mataku luruh tak terbendung mendengar pertanyaan darinya yang seperti berputus asa dengan keadaan ini."Jangan pernah berpikir seperti itu, Al." Meski aku tahu betapa berat apa yang dialaminya sekarang, aku mencoba menyalurkan energi positif untuknya yang sedang berputus asa."Tapi aku capek, Ndah.""Percayalah, Alia, badai pasti berlalu."Alia tersedu kembali ketika aku mengusap lagi punggungnya.Sejenak kemudian, aku dan Alia kompak menoleh ke arah pintu saat menyadari ada yang mengetuk pintu kamarnya."Si-siapa?" tanya Alia di sela-sela isak tangisnya."Aku." Kudengar suara seorang pria menyahut. Membuat mataku membelalak lebar dengan napas memburu saat menyadari suara siapa orang yang saat ini berdiri di balik pintu.Galang?Mau apa dia?Berani sekali dia tunjuk muka setelah membuat kekacauan ini."Mau apa kamu ke sini, ha?!" balas Alia dengan suara lantang."Aku ingin bicara, Al." Dari balik pintu, Galang membalas pernyataan gadis yang telah diperlakukan sewenang-wen
Baca selengkapnya

Apa Kau Mulai Jatuh Cinta, Alia?

Aku terus meyakinkan Alia jika dirinya tak perlu merasa bersalah atas apa yang menimpa Tante Melly. Selain itu, aku pun terus menekankan padanya jika semua yang terjadi adalah takdir yang sudah digariskan oleh Sang pemberi kehidupan.Bukankah hidup mati manusia telah dituliskan sejak masih dalam kandungan?Menurut apa yang Darren sampaikan, Tante Melly mengalami kecelakaan saat dia yang melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, tak bisa mengelakkan diri dari tabrakan dengan truk pengangkut barang yang kehilangan kendali saat menghindari insiden crush. Dan naasnya, saat itu, mobil yang dikendarai Tante Melly, tertimpa truk pengangkut barang yang oleng. Membuat wanita itu harus meregang nyawa saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.Ah, siapa yang menyangka, wanita yang beberapa jam sebelumnya masih terlihat dalam kondisi bugar dan baik-baik saja, bahkan sempat mengibarkan bendera perang pada polisi setelah membuat huru-hara di rumah sang keponakan, harus menghadapi maut secepat itu.Be
Baca selengkapnya

Lira Mabuk

"Ish! Kurang ajar banget, sih!" gerutu Alia seperti ingin menutupi keadaan hatinya yang rasanya dalam kondisi tak aman usai Galang mengecup pipinya."Ya, memang." Galang melepas pelukannya dengan pelan."Selalu jaga kesehatan, ya, Sayang."Sebuah kecupan hangat kembali melayang di kening gadis berambut panjang itu."Bye."Galang berlalu. Meninggalkan Alia yang berdiri kaku setelah mendapatkan dua kecupan hangat di pipi dan kening."Tenang, Al. Aku nggak lihat apa-apa, kok, tadi." Aku buru-buru membuang muka saat merasa gadis itu mungkin tengah merasa malu saat aku menjadi saksi bagaimana seorang Galang berbuat sedikit agresif padanya pagi-pagi seperti ini."Ish, apaan, sih." Kulihat wajah Alia bersemu merah saat aku menggodanya."Menurutku … kalian pasangan yang serasi," ujarku kemudian."Tolong, berhenti membual, Indah!""Enggak. Aku serius.""Ingat, Indah. Dia mantan berondong Tante Melly dan sekaligus penjahat kelamin," ucap Alia tajam, tapi tetap aku tanggapi dengan santai."Tapi
Baca selengkapnya

Di Mana Mereka Bertemu?

[Share loc, Man.]Kulihat suamiku mengetik pesan demikian sesaat setelah mencoba menenangkan diriku yang sedari tadi belum bisa berpikir jernih setelah mengetahui kabar buruk tentang adikku satu-satunya.[Wait.]Arman membalas singkat pesan yang dikirimkan Darren padanya.Tak berapa lama kemudian, terlihat sepupu Resti membagikan titik lokasi terkini. Membuat suamiku mengangguk-angguk saat mungkin sudah paham betul di mana keberadaan apartemen yang bisa jadi hampir menjadi tempat yang menimbulkan malapetaka untuk Lira, seandainya tak ada satu orang pun yang menolong.Darren pun lantas gerak cepat.Usai memakai pakaian lengkap yang dibalut dengan jaket kulit, suamiku gegas mengeluarkan mobil Pajero sport black edition miliknya menuju ke tempat di mana Arman membagikan keberadaannya saat ini."Kamu nggak usah mikir macam-macam, ya. Tenang, Lira bakal baik-baik saja." Darren mengusap lembut puncak kepalaku sebelum naik dan menyalakan mesin mobil yang belum sampai satu jam berada di garas
Baca selengkapnya

Mommy Tidak Sengaja, De

"Mungkin … kalau dia sudah menemukan gadis yang tepat, dia juga akan berhenti mendatangi tempat-tempat seperti itu," ujar suamiku sebelum menjatuhkan tubuhnya di bibir ranjang, di sampingku.Aku mengangguk pelan mendengar pendapat yang disampaikan suamiku."Seperti aku contohnya," tambahnya lirih.Aku tersenyum samar."Kamu yakin kalau kamu berhenti mengakhiri hingar-bingar dunia malam karena aku?" tanyaku, yang entah bagaimana ceritanya bisa sukses membuat wajah suamiku menggelap."Bukan karena orang lain?" tambahku yang entah kenapa membuat suamiku terlihat gelagapan saat hendak memberikan jawaban.Ada apa?"Kamu yakin bisa berubah karena aku? Bukan karena orang lain?" ulangku penuh penekanan."Kamu lagi ngomongin apa, sih, Sayang? Please, deh, jangan overthinking, ya, oke?" ucapnya sambil menunjukkan tampang datar usai dirinya menarik napas dengan berat."Kenapa tegang begitu? Aku cuma ingin memastikan, apakah orang lain ini yang membuatmu berubah?" tanyaku sambil mengusap lembut p
Baca selengkapnya

Bukankah Kamu Sudah Menikah dengan Anakku?

"Kalau sampai terjadi apa-apa dengan anakku, aku janji, aku nggak akan memaafkan Mommy sampai kapan pun," desis Darren saat membaringkan tubuhku di jok seat kedua mobil Pajero sport black edition kesayangannya. Membuat wajah ibu mertuaku terlihat semakin pucat.Rini—salah satu pembantu rumah tangga di keluarga mertuaku, tampak sigap membantu saat mungkin merasa jika pertolongannya diperlukan saat ini. Bagaimana tidak, bahkan mertuaku terlihat bingung, seperti antara ingin membantuku atau tidak ketika aku hendak dilarikan ke rumah sakit. Entah itu karena gengsi, atau justru takut dimarahi oleh anaknya. Aku tak mengerti."Kamu yang tenang, ya, Sayang. Sebentar lagi kita sampai," ucap Darren terus berusaha menenangkan diriku yang tak bisa menyembunyikan rintihan lirih saat kurasakan remasan di perut semakin menjadi.Nyonya Laura yang akhirnya memutuskan untuk ikut, duduk di jok depan saat mendampingi anaknya yang selama dalam perjalanan tampak mengemudi dengan tak tenang. Terlihat seseka
Baca selengkapnya

Kapan Resepsi?

"Iya. Mommy," balasnya sambil mengangguk berulang kali saat kedua tangannya yang halus, terulur dan menggapai tangan kananku yang bebas dari selang infus."Baik, Mommy, Indah cuma ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah Indah lakukan dulu," ucapku sambil terisak pelan saat merasa sikapku terhadap Darren kala itu sudah sangat keterlaluan. Sehingga sempat membuat Nyonya Laura murka."Kamu nggak perlu meminta maaf, Indah. Justru … Mommy yang harus meminta maaf karena gagal mendidik Darren sampai dia membuat … masa depanmu hancur," ucapnya lantas menangkupkan kedua tangannya di depan dada dengan sudut matanya yang terlihat mengembun. Membuat hatiku semakin tersentuh.Aku menggeleng pelan saat merasa membahas tentang hal itu, bukan lagi menjadi sesuatu yang pantas untuk diungkit dan diperdebatkan.Nasi sudah menjadi bubur bukan?Bukankah bubur juga masih bisa dinikmati, jika ditambah berbagai toping lezat yang menggugah selera?Lantas, apa salahnya melupakan kesalahan dan masa
Baca selengkapnya

Pacar Baru Danar

Aku diperbolehkan pulang setelah dua hari mendapatkan perawatan secara intensif di salah satu rumah sakit ternama di ibukota ini.Selama dirawat itulah, aku jadi lebih mengenal sosok mertuaku. Wanita cantik berwajah oriental yang awalnya seperti mustahil bisa menerimaku sebagai menantu, nyatanya adalah sosok wanita yang penyayang dan begitu mengagumkan. Bahkan, sesekali waktu, ibu mertuaku tak keberatan menyuapi diriku makan selama aku dirawat. Membuatku merasa jika apa yang terjadi padaku masih seperti mimpi yang bahkan tak pernah hadir dalam tidurku."Pulang ke rumah kita, kan, De?" tanya Mommy, seperti ingin memastikan jika tujuan kami setelah ini adalah rumah mewah mereka yang semegah istana.Darren bertanya padaku melalui sorot matanya. Seperti ingin meminta pendapat, apakah aku setuju atau tidak dengan ide sekaligus tawaran yang dilontarkan Nyonya Laura belum lama ini.Aku mengangguk pelan saat merasa jika sekarang sudah saatnya aku membiasakan diri menjadi bagian dari keluarga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status