"Emang, ya, gampang banget bapak-bapak kalau ngomong, anak satu aja belum lahir, udah pengen nambah! Ish, kurang kerjaan banget perasaan!" ucapku dengan nada geram. Membuat Darren terbahak-bahak melihat kekesalanku."Kalau kamu yang ngidam nggak apa-apa, emang dikira ngidam, tuh, enak, apa?" Aku masih tertarik memperolok dirinya yang sewenang-wenang ingin menjadikanku tempat pencetak anak."Ya ampun. Kamu marah, Sayang? Ya udah, minta maaf, deh, kalau gitu. Tapi syaratnya, kita 'main' dulu, ya, sekali lagi?" ujarnya sambil mengerling nakal ke arah ranjang. Tempat yang menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya aktivitas penyatuan cinta dua manusia yang tengah dilanda gelora malam tadi."Ish! Gitu amat perasaan syaratnya, enggak-enggak, aku nggak setuju. Lagian, aku harus masak, bantuin Uti! Enak aja minta jatah terus!" Aku berusaha mengalihkan pembahasan dan memperolok dirinya saat menyadari Mbah Uti pasti sudah sibuk di dapur jam segini."Oh … belum pengen lanjut sekarang yang hot-hotnya?
Read more