Share

Lira Mabuk

Penulis: Askana Sakhi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ish! Kurang ajar banget, sih!" gerutu Alia seperti ingin menutupi keadaan hatinya yang rasanya dalam kondisi tak aman usai Galang mengecup pipinya.

"Ya, memang." Galang melepas pelukannya dengan pelan.

"Selalu jaga kesehatan, ya, Sayang."

Sebuah kecupan hangat kembali melayang di kening gadis berambut panjang itu.

"Bye."

Galang berlalu. Meninggalkan Alia yang berdiri kaku setelah mendapatkan dua kecupan hangat di pipi dan kening.

"Tenang, Al. Aku nggak lihat apa-apa, kok, tadi." Aku buru-buru membuang muka saat merasa gadis itu mungkin tengah merasa malu saat aku menjadi saksi bagaimana seorang Galang berbuat sedikit agresif padanya pagi-pagi seperti ini.

"Ish, apaan, sih." Kulihat wajah Alia bersemu merah saat aku menggodanya.

"Menurutku … kalian pasangan yang serasi," ujarku kemudian.

"Tolong, berhenti membual, Indah!"

"Enggak. Aku serius."

"Ingat, Indah. Dia mantan berondong Tante Melly dan sekaligus penjahat kelamin," ucap Alia tajam, tapi tetap aku tanggapi dengan santai.

"Tapi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dilangkahi Adik    Di Mana Mereka Bertemu?

    [Share loc, Man.]Kulihat suamiku mengetik pesan demikian sesaat setelah mencoba menenangkan diriku yang sedari tadi belum bisa berpikir jernih setelah mengetahui kabar buruk tentang adikku satu-satunya.[Wait.]Arman membalas singkat pesan yang dikirimkan Darren padanya.Tak berapa lama kemudian, terlihat sepupu Resti membagikan titik lokasi terkini. Membuat suamiku mengangguk-angguk saat mungkin sudah paham betul di mana keberadaan apartemen yang bisa jadi hampir menjadi tempat yang menimbulkan malapetaka untuk Lira, seandainya tak ada satu orang pun yang menolong.Darren pun lantas gerak cepat.Usai memakai pakaian lengkap yang dibalut dengan jaket kulit, suamiku gegas mengeluarkan mobil Pajero sport black edition miliknya menuju ke tempat di mana Arman membagikan keberadaannya saat ini."Kamu nggak usah mikir macam-macam, ya. Tenang, Lira bakal baik-baik saja." Darren mengusap lembut puncak kepalaku sebelum naik dan menyalakan mesin mobil yang belum sampai satu jam berada di garas

  • Dilangkahi Adik    Mommy Tidak Sengaja, De

    "Mungkin … kalau dia sudah menemukan gadis yang tepat, dia juga akan berhenti mendatangi tempat-tempat seperti itu," ujar suamiku sebelum menjatuhkan tubuhnya di bibir ranjang, di sampingku.Aku mengangguk pelan mendengar pendapat yang disampaikan suamiku."Seperti aku contohnya," tambahnya lirih.Aku tersenyum samar."Kamu yakin kalau kamu berhenti mengakhiri hingar-bingar dunia malam karena aku?" tanyaku, yang entah bagaimana ceritanya bisa sukses membuat wajah suamiku menggelap."Bukan karena orang lain?" tambahku yang entah kenapa membuat suamiku terlihat gelagapan saat hendak memberikan jawaban.Ada apa?"Kamu yakin bisa berubah karena aku? Bukan karena orang lain?" ulangku penuh penekanan."Kamu lagi ngomongin apa, sih, Sayang? Please, deh, jangan overthinking, ya, oke?" ucapnya sambil menunjukkan tampang datar usai dirinya menarik napas dengan berat."Kenapa tegang begitu? Aku cuma ingin memastikan, apakah orang lain ini yang membuatmu berubah?" tanyaku sambil mengusap lembut p

  • Dilangkahi Adik    Bukankah Kamu Sudah Menikah dengan Anakku?

    "Kalau sampai terjadi apa-apa dengan anakku, aku janji, aku nggak akan memaafkan Mommy sampai kapan pun," desis Darren saat membaringkan tubuhku di jok seat kedua mobil Pajero sport black edition kesayangannya. Membuat wajah ibu mertuaku terlihat semakin pucat.Rini—salah satu pembantu rumah tangga di keluarga mertuaku, tampak sigap membantu saat mungkin merasa jika pertolongannya diperlukan saat ini. Bagaimana tidak, bahkan mertuaku terlihat bingung, seperti antara ingin membantuku atau tidak ketika aku hendak dilarikan ke rumah sakit. Entah itu karena gengsi, atau justru takut dimarahi oleh anaknya. Aku tak mengerti."Kamu yang tenang, ya, Sayang. Sebentar lagi kita sampai," ucap Darren terus berusaha menenangkan diriku yang tak bisa menyembunyikan rintihan lirih saat kurasakan remasan di perut semakin menjadi.Nyonya Laura yang akhirnya memutuskan untuk ikut, duduk di jok depan saat mendampingi anaknya yang selama dalam perjalanan tampak mengemudi dengan tak tenang. Terlihat seseka

  • Dilangkahi Adik    Kapan Resepsi?

    "Iya. Mommy," balasnya sambil mengangguk berulang kali saat kedua tangannya yang halus, terulur dan menggapai tangan kananku yang bebas dari selang infus."Baik, Mommy, Indah cuma ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah Indah lakukan dulu," ucapku sambil terisak pelan saat merasa sikapku terhadap Darren kala itu sudah sangat keterlaluan. Sehingga sempat membuat Nyonya Laura murka."Kamu nggak perlu meminta maaf, Indah. Justru … Mommy yang harus meminta maaf karena gagal mendidik Darren sampai dia membuat … masa depanmu hancur," ucapnya lantas menangkupkan kedua tangannya di depan dada dengan sudut matanya yang terlihat mengembun. Membuat hatiku semakin tersentuh.Aku menggeleng pelan saat merasa membahas tentang hal itu, bukan lagi menjadi sesuatu yang pantas untuk diungkit dan diperdebatkan.Nasi sudah menjadi bubur bukan?Bukankah bubur juga masih bisa dinikmati, jika ditambah berbagai toping lezat yang menggugah selera?Lantas, apa salahnya melupakan kesalahan dan masa

  • Dilangkahi Adik    Pacar Baru Danar

    Aku diperbolehkan pulang setelah dua hari mendapatkan perawatan secara intensif di salah satu rumah sakit ternama di ibukota ini.Selama dirawat itulah, aku jadi lebih mengenal sosok mertuaku. Wanita cantik berwajah oriental yang awalnya seperti mustahil bisa menerimaku sebagai menantu, nyatanya adalah sosok wanita yang penyayang dan begitu mengagumkan. Bahkan, sesekali waktu, ibu mertuaku tak keberatan menyuapi diriku makan selama aku dirawat. Membuatku merasa jika apa yang terjadi padaku masih seperti mimpi yang bahkan tak pernah hadir dalam tidurku."Pulang ke rumah kita, kan, De?" tanya Mommy, seperti ingin memastikan jika tujuan kami setelah ini adalah rumah mewah mereka yang semegah istana.Darren bertanya padaku melalui sorot matanya. Seperti ingin meminta pendapat, apakah aku setuju atau tidak dengan ide sekaligus tawaran yang dilontarkan Nyonya Laura belum lama ini.Aku mengangguk pelan saat merasa jika sekarang sudah saatnya aku membiasakan diri menjadi bagian dari keluarga

  • Dilangkahi Adik    Resepsi

    "Jadi … kalian beneran pacaran?" tanyaku pelan dan penuh kehati-hatian. Takut suamiku tak benar-benar serius dengan apa yang disampaikannya belum lama ini."Ya … begitulah." Mas Danar yang tiba-tiba muncul bak superhero di ruang tamu, menyahut pelan ucapanku. Membuatku sontak diam membisu mendengar kabar yang memang baru aku ketahui."Bukan cuma pacaran, sih, sebenarnya. Dia … calon istriku," balas Mas Danar sambil menggenggam erat tangan sahabatku sesaat sebelum dirinya mengambil posisi duduk bersebelahan dengan Resti.Sungguh, ini seperti mimpi bukan?Sahabatku akhirnya akan menikah dengan sahabat suamiku?Luar biasa!Jika benar begitu ceritanya, bukankah Resti bakal bergelar sebagai kakak ipar untuk Alia? Sahabat baikku akan menjadi ipar sahabat lamaku?Ya Tuhan. Bisakah ini dipercaya? Benarkah peribahasa yang mengatakan jika dunia itu cuma seluas daun kelor?***Hari ini menjadi satu sejarah baru untukku. Hal yang sebelumnya mati-matian berusaha untuk aku hindari, akhirnya kujalan

  • Dilangkahi Adik    Tentang Mantan

    "Mas Arman, tunggu!"Tak lama setelah Arman turun dari atas pelaminan, terlihat Lira menyusul turun lelaki 25 tahun yang tampaknya memang sedang kecewa berat kali ini.Melihat adegan tersebut, terlihat Kayla tersenyum sinis. Membuatku ragu, tentang siapa yang benar dan siapa yang salah di sini.Benarkah semua yang dikatakan Kayla? Jika Lira … semurah itu?Jika benar, kapan Lira melakukan perbuatan menjijikkan dengan calon suami sahabatnya itu? Bukankah belakangan adikku tengah dekat dengan Arman? Apakah mungkin … kejadiannya saat aku masih di Purworejo?Dan kejadian saat Arman tanpa sengaja bertemu Lira di klub malam yang berlanjut sampai ke apartemen itu … bukan kejadian pertama? Hatiku terus menerka-nerka."Selamat, ya, Mbak Indah, semoga pernikahan Mbak Indah bahagia selalu," ucap Kayla menyentak lamunanku."I-iya, makasih, ya," balasku sedikit gugup."Aku hanya berharap, adik Mbak Indah nggak akan putar balik dan berpikir untuk merebut Mas Darren suatu hari nanti, ya," ujarnya pel

  • Dilangkahi Adik    Karma

    "Bagaimana enggak? Secara, dia, 'kan laki-laki yang menjadi cinta pertamaku," ucapku sambil mengulum senyum. Sungguh, mengingat lagi tentang cinta pertama yang terjadi saat aku masih berusia 14 tahun, memang selalu menghadirkan memori indah sekaligus menggelikan yang pastinya tak akan pernah terulang kembali.Mengingat bagaimana aku menerima cintanya—yang mungkin masih bisa dikategorikan sebagai cinta monyet hari itu, membuatku terus menarik bibir. Ya, saat itu kami merupakan teman sekelas. Jadi, ketika teman-teman di kelas tahu kami dekat, sontak semuanya heboh dan tak berhenti meledek.Ya, selalu ada cerita indah di masa sekolah. Begitulah yang aku rasakan."Apa dia … lebih ganteng dari aku?" tanya Darren terlihat begitu penasaran. Sungguh, detik ini aku sangat menikmati bagaimana dia berekspresi. Rasa kesal yang terpancar jelas dari sinar matanya, menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri yang menyelinap ke dalam kalbu.Ya, jujur aku menikmati rasa cemburunya."Eum … gimana, ya? Ganten

Bab terbaru

  • Dilangkahi Adik    Tamat - Rumah Baru

    "Dan kamu tahu, Indah. Pas pertama kali kita ketemu hari itu, aku benar-benar dibuat takjub melihat penampilan barunya yang … ditemani seorang wanita berjilbab di sampingnya," ucap Aluna, membuat otakku kembali merekam kejadian hari itu. Saat rasa cemburu dan prasangka buruk terus mendominasi ketika untuk pertama kali kami bertemu."Apa lagi waktu dia memperkenalkan kamu sebagai istrinya, jujur, aku ikut seneng liatnya, Ndah. Aku bersyukur banget waktu tahu dia udah bisa berdamai sama masa lalunya," tambahnya terdengar tulus.Aku tersenyum getir mendengar bagaimana dia mengungkapkan isi hatinya."Tapi Mbak Aluna tahu, sebenarnya dia … menjebak dan membuatku menikah dengannya karena aku—." Aku menggantung ucapan saat rasa sesak tiba-tiba menerjang ulu hati.Aluna menyorot mataku tajam. Seperti menuntutku memberikan jawaban."Karena aku sedikit memiliki kemiripan wajah dengan Mbak Aluna." Meski terasa berat, akhirnya, kata-kata itu meluncur juga dari bibirku.Aluna menatapku dengan tata

  • Dilangkahi Adik    I Feel You, Aluna

    Aku memang sengaja menyemprotkan parfum khas wanita beraroma manis tapi kalem, sesaat setelah mengenakan pakaian yang sering disebut dengan istilah 'baju haram' ini.Untuk beberapa saat, aku dibuat tak berdaya ketika dia yang sepertinya telah dibakar gairah, terus mencumbu dan menyentuh lembut setiap inci tubuhku."Cantik banget, Sayang," ucapnya sambil menatapku dengan pandangan sayu, sebelum kami kembali terlibat lagi pada sebuah adegan mesra. Saat bibir kami saling bertaut.Seperti yang sudah sering terjadi sebelum-sebelumnya, aku selalu saja tak punya cara untuk menghentikan aksi saat dia menjamah dan membuatku melayang dengan sentuhan-sentuhan yang begitu ampuh membuatku melayang.Untuk yang kesekian kalinya, selama pernikahan kami, aku dan Darren kembali merangkai malam dengan manisnya cinta yang saling tercurah di atas ranjang. Melakukan hubungan suami-istri secara halal sebagai upaya memuaskan batin dan mencari ketenangan."I love you, Mommy." Darren yang masih berbagi selimut

  • Dilangkahi Adik    Wangi dan ....

    "Jadi … pernikahan Mas Arman otomatis batal?" tanyaku saat ikut merasa prihatin dengan apa yang dialami oleh laki-laki yang selama ini terkenal kocak dan humoris itu."Ya … kemungkinan besar, sih begitu, Ndah." Terdengar Resti menghembuskan napas dengan kasar setelahnya."Kasihan. Padahal dia cowok yang baik dan nggak neko-neko," ujarku lirih."Iya. Pokoknya, doain aja, ya, Ndah, biar dia dapat pengganti yang lebih baik setelah ini." Terdengar ada pengharapan besar dari bagaimana sahabat baikku berucap."Aamiin."Begitu mengakhiri percakapan dengan Resti, aku dibuat sedikit gugup saat menyadari jika ternyata ada dua pasang mata yang menyaksikan obrolanku dengan Resti yang berlangsung belum lama ini."Mama? Lira?"Terlihat Lira menatap sendu saat mungkin telinganya juga bisa mendengar kabar lelaki yang dicintainya batal menikah. Sementara di sisi lain, Mama yang berdiri di samping putrinya, hanya tersenyum sinis mendengar kabar tidak mengenakkan dari Arman. Anak dari lelaki yang menja

  • Dilangkahi Adik    Si Sadboy

    Aku yang tengah duduk diam di sofa kamar setelah makan malam usai, dibuat kaget saat Resti tiba-tiba mengirimkan pesan."Gimana? Kamu udah baikan dan maafin dia?"Aku tak langsung membalas.Resti mengirim pesan lagi."Kalau semudah itu memaafkan, ya … pasti bakal bikin dia ketagihan buat main di belakang kamu, dong."Membaca pesan kedua itu, hatiku mendadak terasa panas dengan kepala yang terasa mengepulkan asap.Akhirnya, aku yang tak ingin memendam rasa penasaran itu sendirian, menelepon sahabat baikku dan lantas menceritakan tentang semua kejadian yang berlangsung sore tadi. Tentang kedatangan Aluna bersama suami dan anaknya. Juga tentang bagaimana mereka meyakinkan aku jika Darren tak memiliki hubungan apa pun dengan wanita 25 tahun berwajah teduh itu."Terus sekarang, suamimu ke mana? Kok kamu bebas banget nelpon aku dan bisa secara detail memerinci kejadian sore tadi?" tanya Resti setelah aku mengakhiri cerita."Dia sedang ada meeting penting sama klien, katanya sih, begitu," b

  • Dilangkahi Adik    Benarkah Dia Tak Mengelabuiku?

    "Maaf, urusan aku di kantor masih banyak tadi, jadi baru sempat datang sekarang." Kudengar pria itu berbicara sambil menatap ke arah suamiku.Darren tersenyum ramah menanggapi."Nggak masalah, Bro. By the way, makasih udah mau menyempatkan waktu datang ke sini."Pria berjambang tipis yang tak juga melepas pegangan tangan anak laki-laki Aluna, terlihat mengangguk pelan sambil tersenyum. Sementara Aluna yang berdiri di sampingnya, tampak menunjukkan sorot mata bahagia entah untuk alasan apa.Apakah dia bahagia karena bisa berjumpa lagi dengan suamiku? Mantan kekasihnya?Aku yang berdiri di sini—di samping suamiku, terdiam mematung menatap para tamu yang masih membuatku tak mengerti dengan maksud kedatangan mereka.Benarkah pria ini memang suami Aluna? Bukan orang suruhan suamiku yang diwajibkan mengaku sebagai suami mantan kekasihnya?"Oh iya, silakan masuk."Tamu-tamu itu mengangguk ramah dan lantas melangkahkan kaki memasuki ruang tamu."Oh iya, sampai lupa. Kenalin ini Indah, istriku

  • Dilangkahi Adik    Apakah Dia Suami Aluna?

    Begitu membuka pintu, terlihat sosok lelaki yang kuakui memiliki paras tampan dengan pakaian kasual yang melekat di badan, tersembul di sana.Dan seketika itu pula, terlihat suamiku memalingkan wajahnya sebentar dengan senyum yang terlihat memudar.Hei! Benarkah dia memang mengharapkan orang lain yang bertandang siang menjelang sore kali ini? Kenapa terlihat kecewa begitu?"Siang, Calon Kakak Ipar." Dengan gayanya yang entah kenapa terlihat menjengkelkan, Fabian menorehkan sebuah senyuman sebelum mengangguk sebentar. Menunjukkan sikap yang terkesan ramah pada suamiku, yang disebut sebagai calon iparnya."Siang." Jelas sekali suamiku membalas kaku sapaan itu. Mungkin hatinya masih berkecamuk saat menyadari jika tamu yang datang tak sesuai dengan apa yang diharapkan."Apa Lira ada di rumah?""Ya, ada. Silakan masuk." Nada bicaranya masih sama seperti sebelumnya. Kaku.Apa dia benar-benar berharap kalau memang Aluna yang datang? Jika iya, kenapa harus ke sini? Tempat ini?Mungkinkah suam

  • Dilangkahi Adik    Siapa yang Datang?

    Aku terdiam kaku. Tak tahu harus menjawab bagaimana pertanyaan itu. Ya, harus aku akui, luka dan rasa sakit itu tak akan mungkin cepat sirna meski aku sudah berusaha sekuat tenaga menguburnya dalam-dalam."Bahkan, seandainya kematianku yang kamu inginkan untuk menebus rasa bersalah dan membuktikan rasa cintaku padamu, aku siap, Indah." Aku menepuk pundaknya pelan. Merasa apa yang diucapkannya terlalu mengada-ada."Bisa nggak, sih, kamu ngomongnya jangan ngelantur begitu? Memangnya kamu pikir aku siap membesarkan anak ini seorang diri?" tanyaku saat rasa pilu di hati tiba-tiba menelusup masuk tanpa permisi. Ya, meskipun awalnya benci, nyatanya dia telah menambatkan jauh hatiku padanya. "Kamu … bisa menikah lagi dengan orang lain yang jauh lebih baik dariku, Arman misalnya."Aku merasakan kepalaku mendadak berasap saat mendengar ucapannya yang semakin melantur tak jelas."Hentikan omong kosong ini! Istirahatlah, badanmu masih terlalu lemah."Darren mengangguk pelan lantas kembali meme

  • Dilangkahi Adik    Katakan Padaku Bagaimana Cara Menebus Kesalahan

    "Mas … kamu …." Suaraku lirih. Hampir tak terdengar ketika tangan kananku yang belum lama ini memastikan kondisinya, belum terangkat dari sana."Aku baik-baik saja, Indah," jawabnya pelan dengan mata setengah terpejam.Aku merutuk dalam hati. Bukannya dia jago beladiri? Kenapa baru tidur di lantai semalam saja sudah langsung KO seperti ini?"Mas … ayo." Aku menarik tangannya. Tak mau kondisinya jadi lebih parah jika tetap membiarkannya dalam posisi seperti ini. Tidur di atas lantai granit tanpa alas dan juga tanpa bantal. Seperti apa yang menjadi pintaku sebelumnya.Dia bergeming."Ini belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rasa sakit yang kamu alami akibat perbuatanku waktu itu, Indah," ucapnya di sela-sela rintihan yang masih terdengar. Kulihat bibirnya bergetar dengan tangan yang terus menggigil kedinginan."Sudahlah jangan bawel, ayo, masuk kamar sekarang." Aku yang tak ingin berdebat, setengah memaksa saat memintanya bangun.Akhirnya dia menurut juga. Meski terlihat sedik

  • Dilangkahi Adik    Apa Aku Pantas Disalahkan?

    Untuk sesaat terlihat Resti menatapku dengan pandangan miris sebelum kedua matanya terfokus lagi ke arah jalan di depan kami.Tak ada perbincangan apa pun setelahnya. Kami sama-sama diam dengan jalan pikiran masing-masing.***Sampai di rumah, aku yang tahu Darren mengekor mobil Resti sejak keluar dari area restoran tadi, buru-buru menarik langkah menuju kamar. Tak ingin peduli tentang bagaimana seluruh anggota keluarga melihat ketidakharmonisan pernikahanku dan suamiku yang baru seumur jagung.Aku merasa cukup beruntung saat berhasil mengunci pintu kamar sebelum dia berhasil mengejarku."Indah … tolong dengarkan penjelasan aku dulu, Ndah." Seolah mengesampingkan rasa malu di hadapan kedua mertua dan adik iparnya, Darren mengetuk-ngetuk pintu kamar sambil memohon.Aku yang masih kesal, mencoba abai dan tak peduli padanya yang pasti akan memberikan sejuta alasan andaikan aku melunakkan hatiku sedikit saja.Tidak! Cukup sudah aku berbaik hati dan menaruh pikiran positif padanya yang ter

DMCA.com Protection Status