Home / Pernikahan / Kami Bisa Tanpamu Mas / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kami Bisa Tanpamu Mas: Chapter 41 - Chapter 50

106 Chapters

Bab 41 | Usaha Rima

“Pokoknya nanti pas mbak Gia sudah resmi bercerai, Rima mau ajak dia ke salon untuk merawat dirinya, biar nyesel tuh Jazirah berokokok!”“Anak kecil sok tau dasar!!” godaku, membuat bibir Rima mengkrucut, lucu sekali.“Awas aja kalau nanti mbak Gia sudah perawatan dan kecantikannya yang selama ini tertutupi beneran bersinar, jangan nyesel lho! Rima mau jodohin mbak Gia sama dosen Rima yang masih muda, bye!!” Rima beranjak meninggalkanku yang masih mencerna ucapan terakhirnya. Apa katanya tadi? Dia mau menjodohkan Gianira dengan dosennya? Alamak!! Mengapa feelingku mendadak tidak enak, ya?!=====================================================Aku mengejar Rima hingga ke dalam kamarnya, entah mengapa sepertinya aku kemakan candaan satu-satunya adik yang kumiliki tersebut. Bukan, bukan karena aku cemburu, hanya saja … aku juga tidak mengerti dengan yang tengah kurasakan. Aku sangat mencintai almarhum istriku, ibunya Tiara, hanya dialah wanita yang mampu mengisi ruang kosong dihatiku,
Read more

Bab 42 | Hilang Fokus

Setelah dirasa pembicaraan selesai, Gianira memutuskan untuk undur diri dari kami, membuat hatiku sedikit tenang karena dia tidak akan jadi pusat perhatian lagi bagi Dhanis. Namun baru saja aku bernafas lega, tiba-tiba suara yang keluar dari mulut Dhanis membuatku mendadak ingin pingsan.“Rim, saya setuju di jodohkan dengan Gianira!” ucap Adhanis yang disambut senyuman lebar dari mulut adikku.=====================================================Entah perasaan apa yang tengah menimpaku, sehingga ucapan yang baru saja temanku katakan mampu membuat seluruh persendianku lemas, kepala rasanya berputar dan timbul gejolak dari perut menuju kerongkonganku. Mengapa semua terlihat seperti menjadi pertanda jika semesta mendukung adikku menjodohkan mereka sih? Apa semulus ini jalan cintanya Gianira dengan Adhanis? Ah entahlah, kurasa ini hanyalah sebuah kebetulan semata.Aku menenggak habis minuman dingin yang Gianira suguhkan tadi, tidak kusisakan setetespun, tenggorkanku benar-benar kering. R
Read more

Bab 43 | Si Mulut Pedas

Hingga tiba-tiba ada getaran yang kurasakan bersumber dari kantong celanaku, rupanya ponselku berdering, nama Rima Cantik terpampang di layar ponselku, jangan tanya siapa yang memberikan nama tersebut, karena sudah pasti jawabannya adalah dia sendiri yang menyimpan nomernya dengan nama itu di ponselku. Cekatan aku menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan dari adik perempuanku yang beberapa hari ini membuatku marah. Baru saja aku ingin menumpahkan kekesalanku, tiba-tiba Rima lebih dulu berujar membuat aku kehilangan kata-kata. =====================================================Aku segera memacu kendaraan roda duaku dengan perasaan kesal setengah mati, orang yang aku tunggu-tunggu di parkiran pasar hingga berpuluh menit, nyatanya sedang menikmati makan siangnya di rumah makan Bumbu Dapur. Rima tadi menelpon karena ingin menanyakan apa aku, ibu dan anak-anak mau nitip makanan juga untuk dimakan di rumah atau tidak. Tergesa aku terus melajukan motorku hingga tiba di parkiran ru
Read more

Bab 44 | Salah Tingkah

Aku pamit untuk makan di halaman belakang kepada Bu Rosmalia, yang kemudian ternyata Tiara juga ingin ikut denganku. Segera ku bimbing mereka untuk keluar dari ruang makan, namun saat aku belum sampai menghilang dari ruang makan, suara Mas Riza kembali terdengar mengatakan hal yang menyakitkan.“Makanya jangan sok ikut campur urusan orang lain!! Kamu tuh cuma bantu-bantu di rumah ini, enggak usah berlagak jadi nyonya besar!!” sentaknya keras, membuat air mataku mendadak jatuh setetes demi setetes. Ternyata rasanya sesakit ini.=====================================================POV AuthorSemua orang terkejut dengan kalimat yang baru saja Riza lontarkan, kemudian memandang penuh rasa iba ke arah Gianira yang masih berdiri mematung di depan pintu yang menghubungkan dapur dengan halaman belakang. Tubuh kurusnya bergetar, menandakan jika dia sedang menangis. Berbalik badan, Gianira yang sudah berlinang air mata perlahan menghampiri Riza yang masih duduk tenang di kursi makan. Pandanga
Read more

Bab 45 | Tidur Bareng

“Gi, minumnya mana?” ucap Riza lagi, membuat lagi-lagi Gianira menghentikan langkahnya.Sambil menarik nafas dan membuangnya dengan perlahan, Gianira kembali masuk dapur dan menyiapkan minuman untuk Riza. “Gi, temenin makan dong!” sekuat tenaga Riza menahan malu saat mengatakan hal tersebut, membuat Gianira melongo dibuatnya.=====================================================Aku tercenung mendengar ucapan konyol yang Mas Riza ucapkan, setelah dia menyakitiku dengan ucapan kasarnya, kini dengan seenaknya dia memintaku untuk menemaninya makan mie instan, malam-malam pula. Aku memilih untuk tidak menanggapi permintaan Mas Riza dan beranjak untuk pergi meninggalkannya sendiri, namun lagi-lagi suara bariton miliknya menginterupsi langkahku.“Gi, kamu enggak mau nemenin saya?” astaga, orang ini habis nelan apa sih? Kok otaknya jadi geser gini.“Saya harus tidur, Mas, besok saya harus bangun dini hari untuk memasak bubur buat jualan,” tolakku tegas, berharap dia bisa melepaskanku untu
Read more

Bab 46 | Tidur di Mana Semalam?

Ya Robb, berikan kesehatan kepada bu Rosmalia beserta keluarganya, jauhkan mereka dari marabahaya, lancarkan segala hajat mereka jika itu dalam kebaikan. Lembutkanlah hati mas Riza agar mau menerima kehadiran Tiara, mau menyayangi anaknya sendiri, ya Robb.” Lirih aku mendengar suara Gianira memanjatkan doa-doanya, membuat hatiku tersentuh, karena dirinya mau repot-repot mendoakan keluargaku.Lagi-lagi benar yang Rima katakan, semua yang Gianira lakukan terhadap keluargaku adalah sebuah ketulusan dari hatinya. Sekali lagi, aku yakin jika Jazirah akan amat sangat menyesal telah melepaskan wanita terbaik dalam hidupnya.=====================================================POV GianiraAku terkejut saat masuk ke dalam dapur, karena melihat Mas Riza sedang duduk di kursi makan seraya memainkan gawainya. Segera ku hampiri dirinya dan bertanya apa ada keperluan yang dia butuhkan, bukankah tadi dia bilang akan melanjutkan tidurnya? Tapi kenapa sekarang balik lagi ke dapur? Aneh benar putra su
Read more

Bab 47 | Perubahan Mas Riza

“Bener, Bro, masa gue salah. Eh buy the way, lu semalam tidur di mana? Kok pas gue kebangun lu enggak ada di kamar?” pertanyaan Mas Dhanis sontak membuat Mas Riza tersedak liurnya sendiri.“Iya, ibu juga semalam tidur di mana? Langit cari di kamar kok enggak ada?” astaga, kali ini aku yang tersedak karena pertanyaan Langit.Semua mata mengarah kepadaku dan Mas Riza bersamaan, membuatku juga Mas Riza seperti merasa sedang di hakimi.=====================================================Pov RizaAstaga apa yang harus aku katakan pada mereka? Masa iya mesti jawab kalau kami tidur bareng di meja dapur, enggak keren banget sih. Aku memandang Gia untuk meminta bantuan, namun sepertinya dia merasakan seperti apa yang kini tengah kurasakan, karena pandangan Gia terlihat gugup dan gesture nya seperti seseorang yang salah tingkah.Ibu memandangku dan Gia secara bergantian, seolah meminta penjelasan atas pertanyaan yang diajukan si kecut Dhanis dan si anak pintar, Langit. Aku berusaha bersikap t
Read more

Bab 48 | Gagalnya Rencana Rima

“Kamu lupa sudah nampar saya?”“Gimana?”“Kan kamu kemarin siang nampar saya pakai lidah,” ucapnya dengan senyuman geli, membuatku salah tingkah karena ucapannya.“Hayoo apa nih yang pakai lidah – lidah segala, bisikin dong!!” suara Rima yang tiba-tiba membuat aku dan Mas Riza terlonjak kaget bersamaan.=====================================================POV RizaHuasem kecut, punya adik cuma satu saja meresahkan sekali. Hatiku dongkol setengah mati saat lagi-lagi Rima mengganggu ku ketika bersama dengan Gianira. Padahal aku selalu berbuat baik kepadanya, memberikan semua yang dia butuhkan tanpa ada penolakan, namun sikap resenya kepadaku seolah tidak pernah hilang, malah semakin parah, membuatku merasa terdzolimi.Kalau saja ayah tidak menitipkan pesan kepadaku untuk selalu menjaga dan melindungi anak itu, pastilah aku akan melawan tiap kali dia menjahiliku. Ayah sangat menyayangi Rima, bukan berarti ayah tidak menyayangiku, hanya saja ayah lebih protektif jika itu berhubungan deng
Read more

Bab 49 | Perdebatan

“Ta-tapi, ke-kenapa?” ucapnya lirih saat sudah bisa menguasai rasa terkejutnya.“Seperti yang kamu bilang, Gianira memiliki kepribadian yang baik, dia cantik, bertutur kata lembut, sayang sama anak-anak, dia rela dimaki Riza hanya untuk memperjuangkan kebahagian Tiara yang bahkan bukan anak kandungnya, itu membuat hati Mas tersentuh, sepertinya Mas cinta Gia beneran dan Mas akan berjuang untuk mendapatkannya juga,”“Mas …”“Maafin mas, Rim,”=====================================================Butuh waktu beberapa saat untuk Rima akhirnya menyadari jika yang dikatakan Dhanis barusan adalah sebuah kenyataan yang harus diterimanya. Rencana yang dia susun akhirnya tidak sepenuhnya berhasil, karena kini, walaupun dia sudah mengetahui jika kakaknya menyukai Gianira, namun dia juga tidak bisa menutup mata, jika Adhanis bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh.Segala yang Adhanis miliki, mulai dari karier, jabatan di kampus maupun di perusahaan jasa advokatnya, wajah dan postur tubuh yang s
Read more

Bab 50 | Masak Bersama

Dadanya berdegup dengan kencang, nafasnyapun memburu cepat, saat melihat Gianira dan sahabatnya berbincang dengan saling melempar senyum. Riza memandang penuh marah, entah kepada siapa, karena dirinya pun sadar jika Gianira bukanlah miliknya, tidak seharusnya dia merasakan hal seperti itu, namun hatinya tidak bisa berbohong, dia tidak menyukai pemandangan saat Gia dan Dhanis berbincang santai.Riza merasa cemburu, karena selama ngobrol dengannya, Gia tidak pernah sekalipun menampakan ekspresi santai seperti saat dia berbicara dengan sahabatnya.=====================================================Gianira tampak kewalahan menghadapi banyaknya pembeli, sungguh, dirinya tidak menyangka jika usaha bubur yang baru digelutinya selama dua hari ini menarik antusiasme warga desa dengan cukup tinggi. Suara denting karena terpantulnya sendok dengan mangkuk dari pembeli yang memakan bubur ditempatnya, membuat senyum Gianira tidak berhenti berkembang, walaupun lelah, namun kalimat syukur senan
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status