"Emm ... dia kayaknya tertarik dengan cerita Gibran, kalau Gibran ajak Azkia ke Malaysia, Mama ijinkan nggak?" tanyanya balik. Aku sedikit melongo mendengarnya. Kugigit bibir bawah ini sejenak. Terus mencerna. Aku tak mau sampai salah ngomong. Kalau aku sampai salah ngomong, aku takut dia tak mau cerita apa-apa lagi denganku. Aku tak mau itu terjadi. "Kalau Mama ya suka-suka aja sih, kalau Azkia ikut kita. Karena Azkia sudah Mama anggap, seperti anak kandung Mama sendiri. Tapi kan nggak tahu, orang tuanya boleh apa nggak, Azkia kita ajak main ke Malaysia, kalau nggak boleh gimana? Kita nggak bisa memaksakan kehendak, Sayang," jelasku. Bibirnya terlihat mengulas senyum kemudian kepalanya manggut-manggut. Mungkin dia sudah merasa lega. Karena aku merasa welcome dengan ceritanya. "Iya, Ma, boleh minta tolong lagi nggak, Ma?" tanyanya lagi. Kening ini melipat. Dia sudah mulai semakin terbiasa dan mau meminta tolong lagi denganku. Aku suka itu. Karena memang itu yang aku harapkan, hubun
Read more