Home / Pendekar / Pendekar Golok Melasa Kepappang / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pendekar Golok Melasa Kepappang : Chapter 71 - Chapter 80

140 Chapters

Kabar Tak Sedap

Sigindo bisa membaca gerak pikir para sigindo lainnya. Sejak lama memang, para sigindo di Kerinci Rendah gelisah melihat perkembangan yang ada.Selama ini, sebelum Kedatuan Melayu berhasil ditaklukkan oleh Kedatuan Kedatuan Sriwijaya, mereka hidup tenang, damai, dan makmur. Tapi kini semua telah berubah.Jika sebelumnya Kerinci Rendah merupakan bandar pengepul hasil bumi dari berbagai daerah di Kerinci Tinggi yang dikenal sebagai penghasil utama komoditi ekspor berupa rempah dan hasil bumi lainnya, kini Kerinci Rendah mengalami masa-masa suram akibat kekalahan Melayu dari Sriwijaya. Kekalahan tersebut mengakibatkan pajak yang dikenakan untuk semua barang ekspor yang melewati Melayu dan bandarnya melambung tinggi. Hampir tak masuk akal untuk dibayar.Tak hanya soal pajak, para Sigindo Kerinci Rendah kini juga merasa ancaman Sriwijaya juga mengarah pada sumber daya ekonomi utama mereka, emas dan kedaulatan mereka."Ehm...Tuan-Tuan Sigindo yang aku hormati. Sejujurnya aku paham apa yang
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

Kemenangan dan Kehilangan

Dengan tergopoh-gopoh, Laksmi akhirnya sampai di gubuk tepi danau. Dihadapannya, seorang lelaki tua bertubuh pendek telah menunggunya. Raut muka si lelaki tua tampak tak sabar menunggu kedatangan Laksmi."Aaaah...kali ini kau lambat sekali Laksmi cucuku!""Begitulah Datuk? Ada apa gerangan Datuk tampak begitu cemas?""Laksmi, berkemaslah! Aku tak punya waktu untuk menjelaskannya! Segeralah menyusulkunke kamar waktu! Jangan telat lagi Laksmi!" perintah Datuk tua itu dengan lantang pada Laksmi.Mendengar teriakan si datuk tua, Laksmi mau tak mau mematuhinya. Dengan sigap ia segera masuk ke dalam gubuk dan mengemasi perlengkapannya. Tak sempat sama sekali ia beristirahat barang sebentar. Setelah itu, segera ia menyusul si datuk tua ke sebuah ruangan yang disebut sebagai "kamar waktu".Setibanya dalam kamar waktu, ia mendapati si datuk tua sedang menunggunya dengan posisi duduk bersila. Tanpa banyak tanya, Laksmi segera duduk di samping belakang si datuk tua. Ia mengikuti si datuk tua dud
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

Persiapan Sungai Lintang

Awal tahun 606 Saka. Pinggiran hilir Sungai Batang Lintang mulai hiruk pikuk sejak pagi. Ratusan lelaki hilir mudik dengan dada terbuka. Tampak peluh mereka bercucuran di sekujur tubuh bak air hujan jatuh dari atap.Beratus-ratus kubik tanah dibongkar dan diangkut menggunakan keranjang bambu dari gundukan-gundukan tanah di balik semak belukar. Tanah-tanah itu kemudian disusun jadi benteng pertahanan di sepanjang pinggiran Sungai Lintang.Di tempat-tempat tertentu yang memungkinkan, parit-parit pertahanan digali. Sementara ratusan prajurit lainnya sibuk menebang, memotong, dan membuat tombak-tombak kayu panjang di muka benteng pertahanan.Pembangunan benteng pertahanan berupa tanggul parit bukanlah hal umum yang dilakukan suatu negeri untuk menghadapi perang di zaman itu. Hal ini keluar dari kebiasaan yang biasanya dilakukan di tempat terbuka dan lapang.Strategi membangun benteng pertahanan berupa parit sepanjang Sungai Lintang itu merupakan hasil dari kesepakatan para sigindo Kerinci
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more

Babak Baru

Lidah matahari mulai menggigit. Halaman Istana Kedatuan Sriwijaya terlihat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Kegembiraan mulai tampak melalui senyum indah para penghuninya. Mulai dari pengurus kuda rendahan hingga penguasanya.Pagi beranjak siang itu, Pangeran Indrawarman tampak berkeliling lingkungan istana. Saat berkeliling pagi itu, ia tak henti menyapa seluruh abdi istana yang ditemuinya. Sementara itu, Senapati Madya Arsa setia selalu berada disampingnya bersama beberapa orang prajurit pengawal Datu."Senapati Arsa, aku senang pagi ini. Satu tugasku telah selesai. Kita telah berhasil menumpas pemberontakan Rajaputra Aruna dengan baik!" kata Pangeran Indrawarman pada Senapati Madya Arsa."Amba Senapati.""Tapi jujur masih ada dua hal yang mengganjal dihatiku."Senapati Madya Arsa mengerti arah kalimat Pangeran Indrawarman. Tapi sebagai hamba, dia tak mungkin mendahului tuannya."Ampuni Amba Pangeran. Jika Amba boleh tahu, apakah yang masih mengganjal di dalam hati Tuanku?""Hilan
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Awal Gerilya

Ada raut sedih pada wajah Aditya. Candra tak menduga laporannya barusan akan membuat hal itu terjadi."Kenapa kau Aditya?" tanya Pak Cik melihat perubahan Aditya."Tak ada apa-apa Pak Cik. Aku hanya kaget mendengar berita dari Candra barusan."Pak Cik penasaran. Ia masih mengejar Aditya dengan pertanyaan."Kalau aku boleh tahu, siapakah Sadnya itu? Sepertinya nama itu cukup akrab dengan kalian berdua?""Sadnya adalah salah satu senapati madya yang dimiliki oleh Sriwijaya," jawab Candra."Lalu apa hubungan Sadnya dengan kalian berdua? Bukankah ia adalah musuh bagi kita hari ini?""Kau benar Pak Cik. Jika dilihat dari perseteruan antar negeri, Sadnya adalah musuh kita. Karena ia prajurit Sriwijaya. Tapi, karakter teguh yang dimiliki perwira Sriwijaya yang satu ini membuat kami berdua bersimpati padanya. Walaupun kami berdua tak mengenalnya secara pribadi," lanjut Candra menjelaskan siapa Sadnya dan hubungannya dengan mereka berdua.Mendengar pembicaraan mulai melebar pada Sadnya sebagai
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Kegelisahan Sang Pangeran

Pangeran Idrawarman duduk termangu di ruang utama Istana Kedatuan Melayu. Raut mukanya sedang kurang nyaman. Berulang kali ia menarik nafas panjang. Entah apa yang sedang mengganggu pikirannya saat ini.Kegundahan Pangeran Indrawarman itu tak berlangsung lama. Permaisuri Sobakencana tak lama kemudian telah muncul dan duduk tak jauh dari putranya."Ananda Pangeran, Ibu Ratu lihat setelah selesai kita menumpas Rajaputra Aruna, kau lebih sering melamun. Apa sebenarnya yang membuat kau demikian gundah anakku?"Pangeran Indrawarman tak langsung menjawab pertanyaan Ratu Sobakencana. Ia diam beberapa dan saat dan menarik nafas panjang."Hhhh...Ibu Ratu bisa membaca hati Amba.""Pangeran, kau anakku. Dari rahimku ini kau kukandung dan kulahirkan. Dari payudaraku ini kau kususuim dari kedua tanganku ini, kau kubesarkan. Anakku, aku kenal betul sifatmu. Kau tak bisa menyembunyikan kegelisahanmu dari ibumu ini. Ceritakanlah padaku. Siapa tahu itu bisa menemukan jalan keluar. Setidaknya meringank
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

Bajak Laut, Duri Dalam Daging

"Pangeran, kini aku akan menceritakan kenapa Kedatuan Srwijaya harus mengirim ekspedisi penaklukkan ke Pulau Bangka. Secara geografis daerah Pulau Bangka, merupakan dataran yang berhadapan langsung dengan Selat Bangka yang bermuara juga sungai-sungai di Mukha Upang, Sungsang, dan Saleh dari daratan Swarna Dwipa. Disekelilingnya, di sebelah barat, Utara, dan timur masih tertutup hutan rawa pantai. Disebelah selatan tanahnya agak berbukit-bukit. Bagian yang tertinggi disebut Bukit Besar dengan ketinggian sekitar 125 meter di atas permukaan laut. Di sebelah utara, membentang dari timur laut menuju barat mengalir Sungai Mendo yang bermuara di Selat Bangka setelah sebelumnya membelah daerah rawa-rawa," ujar Ratu Sobakencana panjang lebar. Karenanya keluasan pengetahuan sang ibu, pewaris takhta Kedatuan Sriwijaya ini dibuat terkagum-kagum.Ratu Sobakencana melanjutkan ceritanya."Dengan letak mengapit Selat Bangka bersama-sama Swarna Dwipa, kau bisa bayangkan betapa strategis posisi Pulau B
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

Mendekati Tara

"Aku setuju dengan usulanmu Aditya. Memang sudah saatnya kita lebih maju lagi," ujar Pak Cik menanggapi ucapan Aditya."Bagaimana denganmu Candra?""Aku selalu siap sobatku!""Baiklah sekarang kita langsung berbagi tugas!" ujar Aditya tanpa basa-basi. "Berdasarkan semua laporan hari ini, menurutku paling tidak ada empat hal utama yang harus kita lakukan.""Apa saja itu Aditya?" tanya Pak Cik."Pertama, kita harus tetap mencari informasi sebanyak-banyaknya dari pihak Sriwijaya. Terutama tentang informasi ekspedisi penaklukkan ke Kerinci Rendah, Pulau Bangka, dan Palas Pasemah. Aku sendiri yang akan bertanggung jawab atas hal ini. Kedua, harus ada salah satu dari kita yang fokus merembeskan dan membangun kekuatan prajurit Melayu untuk mengepung Istana Kedatuan Melayu yang saat ini dikuasai Sriwijaya. Tapi tindakan ini harus terukur dan boleh gegabah. Karena ini menyangkut keselamatan Datu Melayu dan keluarganya. Untuk tugas ini, siapa yang bersedia bertanggung jawab?" tanya Aditya pada
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

Rencana-Rencana Hebat

"Sekarang giliranku," Aditya meneruskan menyampaikan rencananya. "Sebelum lupa, aku hanya mengingatkan. Semua yang kita lakukan bersifat organik. Artinya, semua, satu sama lain saling berkaitan. Maka apabila ada satu rencana yang gagal, ini akan sangat mempengaruhi keseluruhan operasi militer kita. Maka dari itu, aku mengingatkan kita semua untuk berhati-hati. Jangan sampai ceroboh dan gegabah dalam mengambil keputusan dan bertindak! Sampai di sini paham?""Paham!" jawab Pak Cik dan Candra."Baik. Aku akan sampaikan rencana-rencanaku dalam operasi gangguan keamanan di pedalaman. Setelah pertemuan ini, langkah pertama yang kulakukan adalah pergi ke wilayah-wilayah target tentunya. Aku memerlukan pemetaan kondisi geografis dan pemetaan sebaran kekuatan militer Sriwijaya di pedalaman. Selain itu, aku juga harus benar-benar mendapatkan gambaran utuh mengenai kondisi masyarakat Melayu pedalaman di bawah penjajahan Sriwijaya. Semua data ini harus aku padukan. Khusus data sebaran kekuatan mi
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

Merdeka Atau Berkalang Tanah

Tak butuh waktu lama. Kebisuan itu segera dipecahkan oleh Pak Cik. Mula-mula Pak Cik terhenyak mendapat pertanyaan yang cukup sulit dijawab dari Candra. Tapi pengalaman keprajuritan dan penguasaannya terhadap alam negeri Melayu, menyebabkan Pak Cik percaya diri untuk menjawab pertanyaan Candra."Luar biasa! Aku tak menyangka mendapat pertanyaan yang begitu baik Candra. Terimakasih, karena pertanyaan ini mengingatkanku agar tak teledor membangun jalur telik sandi darat.""Lalu bagaimana jawabanmu tentang masalah itu Pak Cik?" Candra kembali bertanya."Jalur darat dari Melayu hingga Kerinci Rendah sudah pasti melalui bentang alam berupa rimba raya, jurang, dan sungai-sungai. Khusus untuk rimba raya, aku dan para sigindo di Kerinci Rendah bersepakat tidak membangun jalan sama sekali. Walaupun itu berupa jalan setapak. Yang dilakuan hanyalah memberi tanda seperti cakaran harimau pada kulit kayu-kayu tertentu. Dengan begitu, tak ada jalan sama sekali yang bisa dijadikan penanda jalur telik
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status