“Kenapa mba?” tanya Dean setelah Clarita tak kunjung menlanjutkan ucapannya.“Aku tak punya uang sepeserpun, De.”Dean tersenyum, ia menurukan tas jinjing yang ia bawa. Kemudian sebelah tangannya meraih sebelah tangan Clarita yang menggantung bebas. “Mba, ada Dean. Mba tenang aja ya. Toh Dean kan memang lagi nyari kos baru. Jadi Mba gak usah mikirin hal itu ya.”“Tetapi, De. Tetap saja mba gak enak.” Clarita mendongak manik matanya membalas tatapan teduh Dean.Dean tersenyum lebar dan berkata, “Dienakin saja mba kalau gitu. Oh iya, kita belum sarapan, Mba. Gimana kalau kita –““Gak usah, De. Mba gak lapar kok. Kalau De mau makan, De duluan aja. Em … .” Clarita mengedarkan pandangannya mencari tempat yang pas untuk dia menunggu. “Nah mba nunggu di sana aja ya,” ujar Clarita seraya menunjuk kursi taman yang berjejer di sepanjang jalan.“Apa sih, Mba. Kalau mba gak makan, De juga gak makan. Lagipula mba tuh harus makan. Kan mba lagi menyusui."Setelah melalui perundingan yang alot, akhir
Baca selengkapnya