"Aisyah..." Aku terkejut saat suara seorang wanita yang sangat aku hafal memanggilku. Sontak aku dan Daniel menoleh ke samping. Hingga tak sengaja netraku bertemu dengan netra Mas Adam. Segera aku alihkan pandangan.Jujur, setiap kali melihat wajah ayah kandung Mukhlas dan Mukhlis membuat sesak di dalam dada. Teringat kembali saat dengan jumawa dia mengusir dan tidak mengakui buah hatinya. Sakit, benci, marah dan itulah rasa yang masih jelas tersimpan untuknya.Aku tahu tak baik menyimpan dendam di dalam hati. Tapi untuk memaafkan dan berdamai dengan keadaan, aku belum sanggup."Dan, kita langsung ke apotik saja yuk," ajakku pada Daniel. Lebih baik pergi dari pada harus meladeni Mas Adam yang akhirnya akan membuat sakit hati."Anak kamu kenapa Ais?"tanya Jesica yang mulai berjalan mendekat ke arah kami."Semalam Mukhlas demam tapi sebelum subuh Mukhlis ikut demam," ucapku datar."Cepat sembuh ya sayang, kasihan bunda kalau kalian sakit." Jesica memegang mukhlas dan mukhlis bergantian.
Read more