"Assalamu'alaikum..." ucapku dan Daniel serempak.Abi berjalan mendekat, membukakan pintu dan mempersilahkan kami duduk di ruang tamu. Tatapan rindu terlihat jelas saat melihat kedua cucunya. Seketika wajahnya berubah saat melihat Daniel, Abi terlihat begitu tak suka.Abi melangkah masuk ke dalam rumah, mungkin memanggil Umi. Mukhlis masih terlelap di gendongan Daniel begitupun Mukhlas.Tak berselang lama seorang asisten rumah tangga datang dengan membawa dua cangkir teh hangat dan cemilan."Aisyah..." suara seorang wanita yang telah kuanggap sebagai ibuku sendiri.Ku toleh ke samping, Abi mendorong kursi roda Umi diikuti Mas Adam dan Jesica di belakangnya. Hingga tak sengaja netraku dan Mas Adam saling bertemu. Segera kubuang pandangan, karena setiap kali melihatnya hanya sakit yang ku rasa.Melangkah mendekati Umi, dan mencium tangan beliau dengan takzim. Umi memelukku, pelukan seorang ibu terhadap anaknya. Dan aku sangat merindukan sosok Umi."Ini cucu Umi?" netranya mulai berembu
Aisyah masih diam membisu, netranya menatap setiap pasang mata yang ada di sekelilingnya. Rasa tak tega menelusup di dalam sanubari wanita berhijab toska itu.Bayangan kebaikan dan kasih sayang umi menari-nari di pelupuk matanya. Bagaimana mungkin Aisyah tega mengecewakan wanita yang sudah dianggap ibunya.segera bayangan itu berganti saat adam memaki dan melemparkan uang di hadapannya.semua kenangan silir berganti memenuhi angan aisyah.Kini hatinya bingung harus memilih apa, hati kecilnya tak tega mengecewakan umi. Tapi sebagian hati dan logikanya menolak permintaan abi. kini ia dilanda dilema."Bagaimana keputusanmu Aisyah?" tanya umi lembut. Wanita yang telah melahirkan adam itu menatap aisyah penuh harap. Dia tak ingin kehilangan cucu yang baru pertama dia temui.Aisyah menelan paksa saliva yang menempel di tenggorokan. Menyusun setiap kata agar tak ada yang merasa tersakiti dengan ucapannya."Maaf Umi, Aisyah tidak bisa menerima permintaan Abi dan Umi. Bukan maksud mengecewakan k
PLAAK! PLAAK! Dua tamparan mendarat di pipi Adam. Meninggalkan rona merah dan rasa nyeri di pipinya. Aisyah menatap nyalang ke arah mantan suaminya. Rasa sakit dipipi mantan suaminya tak sebanding dengan luka yang sudah Adam torehkan di hatinya."Aisyah!Kamu berani sama aku!" teriak Adam tak terima dengan perlakuan mantan istrinya. Mata melotot seperti hendak menerkam Aisyah hidup-hidup."Dasar lelaki egois. Tidak cukup kamu menyakitiku selama ini. Kamu bawa wanita lain saat aku masih sah menjadi istrimu. Menanti kamu berlaku adil tapi nyatanya itu hanya omong kosong kamu. Aku dulu sudah meminta kamu bertanggung jawab atas kedua putraku. Tapi dengan angkuh kamu melempar uang ke arahku. Mengusirku yang tengah hamil. Apa kamu lupa itu?"teriak Aisyah sambil menunjuk Adam. Sudah habis kesabarannya dengan kelakuan Adam yang tak henti-henti menoreh luka di hati. Hingga sejenak dia lupa jika Umi baru saja terkena serangan jantung.Adam diam membisu. Ucapan Aisyah membuatnya terpojok. Bahkan
Pov AdamKuhentikan langkah kakiku tepat di dekat pintu. Melihat keluar, sebuah mobil yang sangat ku kenal berhenti di halaman rumah. Tak lama seorang lelaki dan perempuan keluar dari mobil itu. Berjalan mendekati tempatku berdiri.Aisyah dan Daniel semakin mendekat. Ada getaran yang muncul kala melihat wanita yang ku sia-siakan mengenakan gamis putih. Dia terlihat begitu menawan. Kenapa selama ini aku tak menyadari jika Aisyah begitu cantik luar dan dalam.Rasa itu berubah menjadi tak suka saat ku lihat Daniel memakai koko berwarna senada dengan gamis Aisyah. Mereka seperti sepasang suami istri. Berjalan sambil bersenda gurau. Dada terasa panas melihat kedekatan mereka.Apa aku cemburu?Ah, tidak-tidak! Mana mungkin aku jatuh hati pada Aisyah. Jelas-jelas cintaku hanya untuk Jesica.Mungkin benar kata orang rumput tetangga lebih indah. Dulu saat Aisyah ku miliki, aku justru sama sekali tak tertarik. Dan kini setelah dia bukan lagi milikku Aisyah terlihat begitu cantik dan menawan.Tu
Pov AdamAda apa lagi ini? Batinku bertanya-tanya. Tak biasanya Abi seperti ini. Menatap Daniel seperti hendak menyampaikan hal yang penting.Apa jangan-jangan meminta sahabatku itu untuk meninggalkan Aisyah? Bukan sahabat tapi mantan sahabat.Ah, pasti Abi ingin aku dan Aisyah rujuk kembali. Terima kasih Abi."Ada apa bi?" tanyanya masih bisa ku dengar dari teras.Sabar Dan, tunggu kejutan dari Abi agar kamu berhenti mendekati Aisyah. Dia itu milikku. Dan selamanya akan menjadi milikku. ha ha ha"Tolong jaga Aisyah Dan, jangan pernah sakiti hati dan perasaannya.Abi percaya kamu pasti bisa membahagiakan Aisyah dan cucu-cucu Abi."ucap abi walau sama-sama terdengar.Ya Allah, hatiku ambyar mendengar ucapan Abi untuk Daniel. Kenapa Abi justru mendukung Daniel bukan aku yang anak kandung Abi sendiri.Kesal dan kecewa, itu yang tengah ku rasakan. Aisyah kembalilah padaku!Ku acak rambut, frustasi.Kurebahkan tubuh di atas ranjang tepat disebelah Jesica yang tidur membelakangiku. Jesica mem
Pov AdamKuhentikan langkah kakiku tepat di dekat pintu. Melihat keluar, sebuah mobil yang sangat kukenal berhenti di halaman rumah. Tak lama seorang lelaki dan perempuan keluar dari mobil itu lalu berjalan mendekati tempatku berdiri.Aisyah dan Daniel semakin mendekat. Ada getaran yang muncul kala melihat wanita yang ku sia-siakan mengenakan gamis putih. Dia terlihat begitu menawan. Kenapa selama ini aku tak menyadari jika Aisyah begitu cantik luar dan dalam.Rasa itu berubah menjadi tak suka saat kulihat Daniel memakai koko berwarna senada dengan gamis Aisyah. Mereka seperti sepasang suami istri. Berjalan sambil bersenda gurau. Dada terasa panas melihat kedekatan mereka.Apa aku cemburu?Ah, tidak-tidak! Mana mungkin aku jatuh hati pada Aisyah. Jelas-jelas cintaku hanya untuk Jesica.Mungkin benar kata orang rumput tetangga lebih indah. Dulu saat Aisyah ku miliki, aku justru sama sekali tak tertarik. Dan kini setelah dia bukan lagi milikku Aisyah terlihat begitu cantik dan menawan.
Pov Adam"Ada apa,Bi?" tanyanya masih bisa ku dengar dari teras.Sabar Dan, tunggu kejutan dari Abi agar kamu berhenti mendekati Aisyah. Dia itu milikku. Dan selamanya akan menjadi milikku. ha ha ha"Tolong jaga Aisyah Dan, jangan pernah sakiti hati dan perasaannya.Abi percaya kamu pasti bisa membahagiakan Aisyah dan cucu-cucu Abi."ucap abi walau sama-sama terdengar.Ya Allah, hatiku ambyar mendengar ucapan Abi untuk Daniel. Kenapa Abi justru mendukung Daniel bukan aku yang anak kandung Abi sendiri.Kesal dan kecewa, itu yang tengah ku rasakan. Aisyah kembalilah padaku!Ku acak rambut, frustasi.Kurebahkan tubuh di atas ranjang tepat disebelah Jesica yang tidur membelakangiku. Jesica memang selalu seperti itu tiap merajuk. Padahal dia tahu, aku hanya salah menyebut nama. Karena pikiranku saat itu hanya terisi Umi dan Aisyah. Harusnya dia tahu, aku sedang berkabung. Menghiburku kek, bukan justru merajuk seperti anak kecil begini.Kucoba pejamkan mata, namun bayang-bayang Aisyah bersama
Aku berhenti tepat di depan bangunan bernuansa klasik modern. Lalu aku melangkahkan kaki memasuki bangunan dengan nuansa indah itu."Assalamu'alaikum...," ucapku dan Daniel serentak."Waalaikumsalam," jawab Mbak Bella sambil berjalan ke arah kami."Si kembar bagaimana Mbak? Apakah merepotkan Mbak Bella?" tanyaku tak enak hati.Rasanya canggung jika harus meminta tolong Mbak Bella menjaga kedua putraku. Bukan hanya karena dia kakak Daniel tapi juga mantan atasanku. Rasanya tak sopan jika mantan bawahan meminta tolong kepada atasannya.Meski aku tahu Mbak Bella tak akan pernah mempermasalahkan. Karena kakak kandung Daniel ini sangat merindukan hadirnya tangis bayi, namun Allah belum memberikannya amanah."Mereka aman terkendali,Ais."ucapnya sambil tersenyum."Kalau begitu Aisyah pulang sekarang saja ya Mbak, takut kemalaman."berjalan menuju kamar si kembar di tidurkan."Kata siapa kamu boleh pulang?"Kusatukan kedua alis, tak mengerti maksud perkataan Mbak Bella. Kenapa aku tak boleh pu