All Chapters of Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua: Chapter 401 - Chapter 410

689 Chapters

Masa Lalu

Bab401Lelaki itu pun duduk mendekati Asmara."Ada apa?" tanya Hakim pada Asmara."Mas, tolong kali ini jangan bela Arum terus, dia terlalu nakal dan pembawa masalah."Hakim tercengang mendengar ucapan tajam Asmara."Sejak kapan kamu berani mengata- ngatai anakku?" tanya Hakim dengan suara penuh penekanan bernada emosi.Asmara terdiam sejenak."Tahun ini saja, sudah berapa kasus yang harus kamu tutupi karena ulahnya? Mas, kamu nggak takut reputasi kamu akan hancur karena dia?""Stop!! Arum adalah anakku, kamu nggak berhak melarangku melindunginya. Jangan karena kamu ibu sambungnya, sehingga perasaan kamu kurang sayang padanya.""Mas, ini nggak ada hubungannya dengan statusku! Aku begini karena aku peduli sama kamu dan Arum. Jangan biarkan dia semakin seenaknya, Mas. Itu bisa mencelakai dia di masa depan.""Diam!! Lebih baik kamu pulang dan jangan ikut campur urusan Arum lagi. Aku Ayahnya, aku bisa mengatasi semuanya dengan baik. Kalau bukan karena Evan, mungkin aku tidak akan menikahi
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

Obrolan mereka

Bab402"Ra ...." Suara berat Hakim mengejutkan Asmara dari lamunannya.Asmara hanya menoleh sesaat. Ucapan- ucapan kasar di kantor sekolah tadi, cukup menyakiti hati Asmara."Maaf." Hakim mendekati wanita yang 2 tahun lebih itu sudah di nikahinya.Asmara tetap hanya diam, tidak begitu banyak bersuara."Aku tahu aku bersalah, maaf karena aku terbawa emosi.""Aku sadar diri ini bukan wanita yang baik, di mata kamu, mau pun di mata orang- orang yang sudah tahu segala aibku di masa lalu. Aku, aku juga tidak pantas menjadi Ibu sambungnya Arum. Jadi, jika memang kamu mau ...."Hakim membungkam mulut Asmara dengan kecupannya. Hal ini sering terjadi sebenarnya, Hakim selalu bersikap manis jika ada maunya saja.Asmara berusaha menolak Hakim, namun lelaki itu tidak mau melepaskan Asmara, karena hasratnya yang sudah begitu tidak bisa dia tahan.Asmara kalah tenaga, dan membiarkan Hakim menuntut haknya sebagai suami. Saat Asmara mulai terbuai dengan cumbuan panas Hakim, tiba- tiba pintu kamar me
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Sakit Apa

Bab403"Dan ya sudah, ngapain di pusingkan lagi?""Hadeh, nyebelin banget kamu ya, Mas."Mas Arya terkekeh. Aku menatap lekat wajahnya yang mulai nampak tirus itu, dan sedikit pucat."Mas, kamu nampak pucat beberapa hari ini. Apakah kamu sedang tidak fit?""Masa, biasa aja sih."Aku terdiam, mengamati wajahnya dengan jelas."Mas, kamu sering keluar kota beberapa bulan ini. Apakah pekerjaan di kantor begitu banyak. Padahal sudah ada Erina, kok kamu tetap aja yang paling sibuk."Suamiku itu lagi- lagi tersenyum."Bukan hanya kalian tanggung jawabku, tapi ribuan orang yang bergantung nasib pada perusahaan. Jadi, aku harus bisa selalu memajukan perusahaan, agar kita dan mereka semua, bisa mendapatkan semua manfaatnya.""Sok bijak sekali suamiku ini," ledekku. Mas Arya hanya tersenyum."Umurkan tidak ada yang tahu, aku hanya berusaha dengan baik, agar waktuku tidak sia- sia.""Ngomong apa sih, kok ngawur lagi.""Kan itu faktanya, mana ada manusia yang tahu kapan umurnya akan habis.""Ya ak
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Pingsan

Bab404"Jangan menangis terus, malu sama umur," lirih suamiku, sembari menatapku dengan tatapan sendunya.Aku yang duduk di sisi ranjang pun tidak kuasa menahan tangis yang sedari tadi terus- menerus keluar."Aku tidak apa- apa, kamu menangis begini seakan- akan aku sudah mati," lanjutnya, membuat perasaanku semakin hancur berantakkan mendengarnya."Mas, kamu sakit apa sebenarnya? Kenapa bisa memuntahkan darah seperti tadi, Mas. Aku takut, takut sekali melihatnya," ungkapku apa adanya."Kenapa kamu harus takut? Bukankah kematian itu pasti." Suamiku berkata dengan suara getir, menambah rasa sesak di dalam dada."Kenapa terus membicarakan kematian? Jangan seperti ini, Mas, kamu membuat aku semakin ...."Mas Arya menutup mulutku dengan 1 jarinya, dia tersenyum dan menarikku untuk jatuh ke dalam pelukannya."Kamu rewel sekali, ini sudah malam, El."Benar- benar mengesalkan, dia begitu mengentengkan perasaanku yang dilanda gundah gulana."Jaga Galih dan Cinta dengan baik, El. Aku yakin, ka
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Kritis

Bab405Pagi jam setengah 5 Erina membangunkanku, aku tertidur di bangku, di depan ruang ICU. Mas Arya, suamiku itu masih terbaring lemah di sana, dan aku tidak bisa menemaninya."Kak, sebaiknya Kakak pulang saja, biar aku yang menemani Kak Arya. Cinta dan Galih butuh Kakak.""Aku nggak mau, Er. Aku mau menemani suamiku meski di depan pintu, aku ingin dia sadar dan melihat aku di sini ada untuk dia.""Tapi Cinta dan Galih bagaimana, Kak? Kasihan mereka," ujar Erina."Kamu saja yang temani mereka ya, Er. Aku masih mau di sini, aku pengen lihat dia sadar," jawabku masih tetap pada pendirian."Baiklah," jawab Erina dengan lemah. Kemudian, dia pun pergi meninggalkan rumah sakit.Aku hanya terdiam, kemudian berdiri di depan pintu. Aku melihat suamiku dari kaca yang ada di pintu. Hatiku sangat sakit, melihat dia yang kini tidak begitu berdaya di sana."Mas, kamu harus kuat dan cepatlah untuk sehat lagi. Aku dan anak- anak sangat membutuhkan kamu, Mas," lirihku. Lagi- lagi aku ingin menangis,
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Meninggal

Bab406Aku menunggu dengan gelisah, di kursi tunggu. Dokter membuka pintu dengan tatapan lesu, kemudian mengatakan hal yang tidak pernah ingin aku dengar."Kami sudah berusaha dengan sebaik- baiknya, tapi ...."Belum selesai dokter itu bicara, aku sudah histeris."Tidak, itu tidak mungkin." Aku mulai menangis, apalagi saat dokter tersebut menundukkan wajah dengan lesu dan berkata dengan lirih."Maaf."Rasa sulit aku percaya semua ini. Ini begitu cepat dan mendadak. Aku paham, setiap yang bernyawa pasti akan mati. Tapi, sungguh aku belum siap dengan kehilangan semacam ini.Aku tidak menampik kenyataan, bahwa kami memang sudah tidak muda lagi. Bahkan, mas Arya sudah nyaris kepala 5. Allahu akbar, berkali- kali kucubit tubuhku, memastikan semua ini bukan mimpi.Dan, berkali- kali juga aku meringis kesakitan, dari yang pelan, hingga yang keras kucubit tanganku. Nyatanya, aku tetap berada di rumah sakit ini, dan semua nyata.Kutatap wajah kaku suamiku, entah harus bagaimana aku menanggapi
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Rumah Duka

Bab407"Bagaimana aku menghadapi anak- anak?" lirihku, "sedangkan aku saja sulit menerima kenyataan ini.""Kak, jangan begini, kasian Kak Arya. Ayo, dia sudah menunggu kita, kita harus segera membawanya pulang untuk di mandikan dan di persiapkan."Aku menunduk sambil menangis terisak. "Suamiku, kenapa kamu pergi begitu mendadak, bahkan aku belum sempat merawatmu," lirihku."Ayo, Kak." Zurnal kembali bersuara. Dengan perasaan hancur, aku turun dari ranjang, dituntun Erina yang terus terisak di sampingku."Na, aku bawa mobil, kamu temani Kak Elea di ambulan ya," pinta Zurnal pada istrinya itu.Erina hanya mengangguk, wajahnya pun terus basah. Sesekali terdengar tarikan berat napasnya.Kami berdua memasuki mobil ambulan, yang membawa jenazah mas Arya.Tiba- tiba tangisku pecah lagi, melihat tubuh yang terbujur kaku di depanku, meski keseluruhan tubuh itu, di tutup dengan kain putih."Suamiku, yang aku cintai, yang aku sayangi, yang akan selalu ada dalam hatiku. Kenapa kamu pergi begini,
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

Rumah Duka 2

Bab408Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, ketika membuka mata, rupanya aku sudah di kelilingi beberapa sanak keluarga yang berdatangan, terutama keluarga Kevin.Ada tante Helen, dan Kevin, juga anaknya, Jelita yang kini sudah cukup besar.Terlihat mereka duduk di dekat jenazah suamiku, sedang membacakan doa."Kamu sudah sadar, Nak." Suara bu RT menyapaku, aku mengangguk dengan tatapan sendu kepadanya."Mau bangun? Sini Ibu bantu," lanjutnya sambil meraih tubuhku yang sangat lemah."Kamu makan dulu ya, kamu sangat lemah dan juga pucat," ujarnya lagi begitu perhatian.Aku mengangguk, aku benar- benar merasa lapar dan gemetaran.Meskipun rasanya tidak berselera, aku tetap harus makan. Jika tidak, bagaimana aku bisa mengurus anak- anakku, jika aku malah sakit.Bu RT berdiri dan menuju ke belakang. Aku mengedarkan pandangan, mencari Cinta, Galih dan Erina. Namun, mereka tidak terlihat sama sekali. Di dekat Kevin hanya ada keluarganya, juga nampak Zurnal ikut duduk di sana."Kamu n
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

Mengantarnya Ke Peristirahatan Terakhir

Bab409Langkah kakiku terasa berat, ketika mengantarkan jenazah mas Arya ke tempat peristirahatan terakhirnya.Sepanjang jalan, masih terdengar isakkan tangis Cinta. Hatiku makin tersayat- sayat, pedih sekali rasanya."El, kamu yang kuat ya," ucap bu RT, berjalan dengan memeluk lenganku.Aku mengangguk lemah. Cinta tidak mau aku dekati sama sekali, dia terus memeluk lengan tante Helen."Allah tahu kamu kuat, dan kamu harus kuat demi dirimu, juga demi kedua anakmu," lanjut bu RT. Prosesi penguburan semakin terasa sangat menyakitkan hati, ketika suara- suara kehilangan itu berkumandang dengan pilu."Papah, anakmu bahkan belum beranjak dewasa, belum menjadi kebanggaanmu, dan kau sudah tega meninggalkan gadis gendut ini di dunia, ya Allah, mengapa harus Papah," lirih Cinta, menangis di pelukan tante Helen.Aku menangis sesegukkan, mendengar kalimat- kalimat yang sangat pedih itu."Kenapa bukan gadis tidak berguna sepertiku ini saja yang pergi lebih dulu? Kenapa harus Papah, kenapa ...."
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

Sakitnya Kehilangan

Bab410"Tidurlah, tidak ada gunanya meratapi kehilangan.""Tahu apa kamu tentang kehilangan? Tentang perasaanku. Bukan cuma hatiku yang hancur, tapi hati anak- anakku.""Jadi menurut kamu, kami nggak sedih, apa kami bahagia? Bukannya aku tidak mengerti perasaan kamu. Tapi lihatlah dirimu sendiri, berantakan sekali. Bahkan jam segini, kamu tetap memilih menangis, menyiksa diri.""Aku tidak perduli. Kenapa harus mas Arya? Kenapa tidak aku saja," lirihku. Aku kembali menangis, menutup wajahku dengan kedua tangan sambil sesegukkan."Rupanya umur bukan tolak ukur menjadi dewasa, tidak heran jika anaknya lemah. Sebab, Ibunya sendiri yang memberikan contoh," cibir Kevin, aku merasa kesal, mengapa dia harus melontarkan kata sekejam itu. Apakah dia pikir aku tidak akan sakit hati?Aku menyeka kasar air mataku."Seandainya perpisahan ini di dasari karena tidak adanya kecocokan lagi, mungkin aku tidak akan selemah ini, tidak akan sehancur ini. Tapi, ini perpisahan melalui kematian, aku tidak bi
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more
PREV
1
...
3940414243
...
69
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status