Bab411Hingga pagi menjelang, aku tidak juga bisa tidur. Tubuhku teramat lemah, rasanya bukan hanya tenagaku yang hilang, tapi semangat ini juga ikutan hilang."Ya Allah, aku merindukannya." Aku bergumam seorang diri, sembari mengusap- usap tempat tidur yang biasa di rebahi suamiku. "Bagaimana kamu di sana, Mas? Apakah kamu sedang melihatku di sini? Maaf, jika aku menjadi lemah, cengeng dan pandai dalam mengeluh. Aku masih sulit berlapang dada, aku masih merasakan sesak dan sakitnya kehilangan. Maafkan aku, Mas," lirihku. Lagi- lagi air mata menganak sungai, ya Allah, betapa aku hambamu yang lemah.Tidak lama kemudian, pintu kamarku di ketuk dari luar."El ...." Suara tante Helen terdengar. Aku menoleh ke arah pintu."Kamu sudah bangun?" tanya tante Helen dari luar."Masuk, Tan. Pintu nggak aku kunci," jawabku dengan suara lemah. Aku bangun dan menyandarkan tubuh di dipan.Pintu kamar terbuka, tante Helen tersenyum padaku, dengan segelas susu putih di tangannya."Pagi, Nak. Ayo minum
Bab412"Maaf, El. Aku tahu ini berat buat kamu, maaf juga jika ...." Delima kembali menjeda kalimatnya, membuatku semakin bingung."Ada apa? Katakan saja, jangan ragu," ujarku mencoba meyakinkannya.Delima menunduk, dengan setetasan air mata, yang mulai membasahi pipi."Aku terlambat datang, karena saat kepergiannya, kondisiku tengah drop juga," lirih Delima.Aku tersenyum kecil."Tidak apa- apa, jangan risaukan hal itu, karena aku tidak mempermasalahkannya," jelasku.Wajah Delima masih menunduk."El, ada sesuatu yang harus kamu tahu, apakah kamu bisa berjanji padaku? Untuk tidak marah?" pintanya dengan suara serak.Ada apa sih? Kenapa tingkah Delima begitu membingungkan?"Delima, katakan saja, ada apa?" tanyaku lagi, sembari memegang tangannya yang terasa dingin.Delima mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk, dia mulai menatapku dengan tatapan penuh kegetiran."El, maafkan aku dan Arya, ya ....""Hah? Maksudnya gimana sih ini? Bisa nggak kamu memperjelasnya, jangan begini, aku
Bab413"El, kamu nggak usah histeris begini, aku hanya ingin kamu tahu dan tolong, aku begini karena memang itu adalah hak aku, aku juga istrinya. Bahkan, dia adalah suamiku dulunya, sebelum kamu diam- diam menjadi istri keduanya. El, tolong kamu mengerti, aku tidak sedang mengajak kamu untuk berdebat. Aku begini hanya karena mempertahankan hak aku ....""Inalillahi, astagfirullah, Delima. Aku pikir aku tulus baik sama aku, ternyata di balik semua itu, kamu pun tega mengambil keuntungan. Aku memang bersalah, Delima. Aku salah karena baik sama kamu ....""El, selama ini aku tulus baik sama kamu. Jika aku jahat, aku nggak mungkin diam saja, saat Arya minta aku merahasiakan pernikahan kedua kami. Kami berdua menjaga perasaan kamu selama ini, El. Arya laki- laki yang baik dan bertanggung jawab. Aku tahu, cintanya hanya untuk kamu. Sebab itu, aku tidak pernah menuntut apapun. Bahkan, dia tidak pernah tidur di rumahku, dia juga jarang mau menyentuh diri yang sudah tua ini. Kamu beruntung El
Bab414"Mengapa kalian begitu murka pada orang lemah sepertiku? Tidakkah kalian mikir dengan jernih, bahwa semua yang terjadi bukan murni kesalahanku? Bagaimana pun juga, Arya adalah suamiku lebih dulu! Dan wanita itu adalah wanita kedua, wanita yang menjadi alasan hancurnya rumah tangga kami ...."Aku menatap getir pada Delima, wanita yang selama ini kupikir sudah berubah, sudah menjadi baik dan tulus padaku bersahabat. Orang yang aku pikir sudah berdamai dengan masa lalu kami, ternyata kembali menorehkan luka lagi.Bahkan luka kehilangan belum kering aku derita, dan kini kehadiran Delima dengan segala pengakuannya, bak menaburkan garam di atas lukaku.Perih sekali, dan rasanya aku mau mati mendengar semua ungkapannya."Suka tidak suka, faktanya memang begitu! Arya adalah suamiku dari awal, dan selamanya akan tetap menjadi suamiku. Demi menjaga perasaanmu, aku rela menjadi wanita simpanannya, demi cinta suamiku yang begitu besar padamu," tegas Delima lagi, seakan menekankan kata suam
Bab415"Cinta ...." aku berteriak histeris, ketika melihat Kevin mengangkat tubuh Cinta yang terlukai lemah."Darah," pekikku ketika melihat di lantai."Kenapa Cinta bisa begitu, bi Sum?" tanyaku pada asisten rumah tangga."Jatuh dari tangga, Bu. Non Cinta nangis- nangis tadi," jelas bi Sum. Ya Allah, rasanya tubuhku semakin lemah di buatnya. Berbagai cobaan dalam hidup semakin menghantam diri ini.Aku menyusul Kevin ke dalam mobilnya dengan langkah terseok- seok. Sedangkan tante Helen sudah ada di dalam mobil memangku tubuh lemah Cinta yang sudah tidak sadarkan diri.Aku duduk di samping Kevin.Di perjalanan, aku layaknya orang bodoh dan linglung. Tidak satu pun dari mereka yang aku dengarkan saat bicara, aku seperti boneka hidup rasanya kini.Mobil terparkir, Kevin kembali mengambil Cinta dari pelukan tante Helen. Dengan tertatih- tatih, dia membawa tubuh Cinta yang cukup besar itu.Para petugas kesehatan membantunya, Cinta di bawa masuk ke ruang UGD.Kami bertiga menunggu dengan c
Bab416"Allahu akbar," batin Elea meringis, saat kata- kata serangan penuh kebencian di lontarkan anak perempuannya.Alih- alih memberikan semangat, Cinta malah semakin mematahkan hati Elea."Aku juga mendengar jelas ucapan tante Delima tadi. Rupanya Mamah ini adalah wanita kedua Papah! Benar- benar memalukan, tidak kusangka, Mamah tega menjadi pelakor di kehidupan wanita lain. Setelah suami Mamah diambil balik, Mamah nggak terima? Syok dan apalagi?" teriak Cinta semakin hilang kendali."Aku malu, benar- benar malu memanggil kamu Mamah. Andai saja bisa aku meminta pada Tuhan, aku ingin meminta Papah yang hidup, bukan Mamah," lanjutnya, membuat Elea semakin tersentak hancur."Cinta, kendalikan diri kamu! Jangan bicara sekasar itu," pinta tante Helen."Biarkan saja, Bu. Tidak ada wanita baik- baik, yang mengambil suami orang. Tidak ada yang bisa di banggakan, dari seorang pelakor sepertinya," tunjuk Cinta pada Elea."Dimana harga dirimu? Tanpa rasa malu kamu bersahabat dengan wanita, ya
Bab417"Tidak perlu emosi, sebaiknya kamu urusi saja urusan kamu. Lagi pula, kita sudah tidak perlu saling berhubungan.""Dimana Jelita?" tanya Asmara.Kevin terkekeh."Nyaris 4 tahun lamanya, sejak kamu meninggalkan kami, tidak pernah 1 kali pun, kamu mencari dan menghubungi Jelita. Tiba- tiba hari ini, kamu nyari dia, untuk apa? Kamu sudah tidak ada di hati kami," tegas Kevin, membuat dada Asmara berdebar.Perasaan sesak menyusup di relung hatinya. "Vin sudahlah, jangan ribut di sini, nanti hanya membuat kita malu," bisik Elea. Dua perawat datang menghampiri mereka dan mengatakan akan membawa Cinta ke ruang perawatan.Asmara hanya terdiam, ketika Kevin dan Elea pergi meninggalkannya.Elea menuju keluar rumah sakit, sedangkan Kevin masuk ke ruang UGD.Melihat Cinta yang keluar dari ruangan itu, Asmara mencibir."Mampus!! Sekalian saja nyusul Bapaknya." Ucapan Asmara cukup jelas di dengar Kevin dan Helen.Begitu juga dengan Cinta. Helen tidak bersuara, dia bersikap seakan tidak menge
Bab418 Elea terduduk di depan makam Arya, dia menangis tersedu- sedu, sambil mengungkapkan kekecewaan hatinya. "Mas, apa yang terjadi sebenarnya? Apakah kamu beneran tega diam- diam menikahinya lagi, kenapa harus begini, Mas?" lirih Elea, sambil memeluk nisan yang bertuliskan nama Arya. "Berhentilah terus meratap, El." Suara berat nan dingin itu mengejutkan Elea, dia pun menoleh ke asal suara tersebut. "Kevin, kenapa kamu di sini?" tanya Elea dengan mata yang basah air mata. "Ayo ke rumah sakit, Cinta saat ini butuh kamu, El." "Nggak, Vin. Dia nggak butuh aku, dia benci aku." Elea kembali menangis, meratapi perasaannya yang semakin sakit, kala mengingat betapa kejamnya hinaan Cinta tadi. "Dia hanya marah, ayo pulang, kasihan Arya lihat kamu seperti ini." "Apakah aku begitu hina, sehingga dia begitu tega menyakiti hati ini, Vin? Aku tahu yang aku lakukan di masa lalu tidaklah benar. Tapi asal kamu tahu Vin, Delima yang merusak rumah tanggaku lebih awal. Jika tidak, mungkin hingg
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond