Bab415"Cinta ...." aku berteriak histeris, ketika melihat Kevin mengangkat tubuh Cinta yang terlukai lemah."Darah," pekikku ketika melihat di lantai."Kenapa Cinta bisa begitu, bi Sum?" tanyaku pada asisten rumah tangga."Jatuh dari tangga, Bu. Non Cinta nangis- nangis tadi," jelas bi Sum. Ya Allah, rasanya tubuhku semakin lemah di buatnya. Berbagai cobaan dalam hidup semakin menghantam diri ini.Aku menyusul Kevin ke dalam mobilnya dengan langkah terseok- seok. Sedangkan tante Helen sudah ada di dalam mobil memangku tubuh lemah Cinta yang sudah tidak sadarkan diri.Aku duduk di samping Kevin.Di perjalanan, aku layaknya orang bodoh dan linglung. Tidak satu pun dari mereka yang aku dengarkan saat bicara, aku seperti boneka hidup rasanya kini.Mobil terparkir, Kevin kembali mengambil Cinta dari pelukan tante Helen. Dengan tertatih- tatih, dia membawa tubuh Cinta yang cukup besar itu.Para petugas kesehatan membantunya, Cinta di bawa masuk ke ruang UGD.Kami bertiga menunggu dengan c
Bab416"Allahu akbar," batin Elea meringis, saat kata- kata serangan penuh kebencian di lontarkan anak perempuannya.Alih- alih memberikan semangat, Cinta malah semakin mematahkan hati Elea."Aku juga mendengar jelas ucapan tante Delima tadi. Rupanya Mamah ini adalah wanita kedua Papah! Benar- benar memalukan, tidak kusangka, Mamah tega menjadi pelakor di kehidupan wanita lain. Setelah suami Mamah diambil balik, Mamah nggak terima? Syok dan apalagi?" teriak Cinta semakin hilang kendali."Aku malu, benar- benar malu memanggil kamu Mamah. Andai saja bisa aku meminta pada Tuhan, aku ingin meminta Papah yang hidup, bukan Mamah," lanjutnya, membuat Elea semakin tersentak hancur."Cinta, kendalikan diri kamu! Jangan bicara sekasar itu," pinta tante Helen."Biarkan saja, Bu. Tidak ada wanita baik- baik, yang mengambil suami orang. Tidak ada yang bisa di banggakan, dari seorang pelakor sepertinya," tunjuk Cinta pada Elea."Dimana harga dirimu? Tanpa rasa malu kamu bersahabat dengan wanita, ya
Bab417"Tidak perlu emosi, sebaiknya kamu urusi saja urusan kamu. Lagi pula, kita sudah tidak perlu saling berhubungan.""Dimana Jelita?" tanya Asmara.Kevin terkekeh."Nyaris 4 tahun lamanya, sejak kamu meninggalkan kami, tidak pernah 1 kali pun, kamu mencari dan menghubungi Jelita. Tiba- tiba hari ini, kamu nyari dia, untuk apa? Kamu sudah tidak ada di hati kami," tegas Kevin, membuat dada Asmara berdebar.Perasaan sesak menyusup di relung hatinya. "Vin sudahlah, jangan ribut di sini, nanti hanya membuat kita malu," bisik Elea. Dua perawat datang menghampiri mereka dan mengatakan akan membawa Cinta ke ruang perawatan.Asmara hanya terdiam, ketika Kevin dan Elea pergi meninggalkannya.Elea menuju keluar rumah sakit, sedangkan Kevin masuk ke ruang UGD.Melihat Cinta yang keluar dari ruangan itu, Asmara mencibir."Mampus!! Sekalian saja nyusul Bapaknya." Ucapan Asmara cukup jelas di dengar Kevin dan Helen.Begitu juga dengan Cinta. Helen tidak bersuara, dia bersikap seakan tidak menge
Bab418 Elea terduduk di depan makam Arya, dia menangis tersedu- sedu, sambil mengungkapkan kekecewaan hatinya. "Mas, apa yang terjadi sebenarnya? Apakah kamu beneran tega diam- diam menikahinya lagi, kenapa harus begini, Mas?" lirih Elea, sambil memeluk nisan yang bertuliskan nama Arya. "Berhentilah terus meratap, El." Suara berat nan dingin itu mengejutkan Elea, dia pun menoleh ke asal suara tersebut. "Kevin, kenapa kamu di sini?" tanya Elea dengan mata yang basah air mata. "Ayo ke rumah sakit, Cinta saat ini butuh kamu, El." "Nggak, Vin. Dia nggak butuh aku, dia benci aku." Elea kembali menangis, meratapi perasaannya yang semakin sakit, kala mengingat betapa kejamnya hinaan Cinta tadi. "Dia hanya marah, ayo pulang, kasihan Arya lihat kamu seperti ini." "Apakah aku begitu hina, sehingga dia begitu tega menyakiti hati ini, Vin? Aku tahu yang aku lakukan di masa lalu tidaklah benar. Tapi asal kamu tahu Vin, Delima yang merusak rumah tanggaku lebih awal. Jika tidak, mungkin hingg
Bab419"El, lebih baik kita makan dulu. Dari tadi, kamu pasti belum ada makan," ucap Kevin.Elea masih terdiam."Ayo, jangan di masukkan ke dalam hati ucapan Cinta, dia hanya sedang marah sama kamu."Kevin masih berusaha membujuk Elea. Tapi wanita itu tidak menyahut, Elea berjalan meninggalkan ruangan Cinta dan berjalan ke belakang rumah sakit.Di halaman belakang, terdapat tanah yang cukup luas. Tiba- tiba Elea mendudukkan dirinya di atas tanah tersebut, kemudian dia tumpahkan tangisnya."Ya Allah," lirihnya. Tangis Elea pecah, terdengar sangat memilukkan.Kevin tidak berani mendekat, hanya bisa melihat Elea dari kejauhan, membiarkan wanita itu menumpahkan isi hatinya melalui tangisannya. Mungkin dengan begitu, Elea akan sedikit merasa lega.Jiwanya kini meraung- raung, merasakan perihnya kehilangan, di khianati, dan juga dibenci anak sendiri.Elea tidak tahu harus berkata apa, sebab dia tidak tahu kenapa Cinta menuduhnya berbohong. Padahal Erina yang mengatakan itu, atas inisiatifny
Bab420"Aku ingin pulang saja, tolong antar aku," pinta Elea pada Kevin."Nanti biar bi Sum saja, yang mengurus Cinta di sini. Jika aku tetap memaksakan diri, aku tidak sanggup terus mendapat hinaannya, hinaan dari anakku sendiri," lirih Elea sambil terisak."Yaudah ayo, jangan menangis lagi. Kamu wanita kuat, menangis hanya akan membuat kamu menjadi semakin lemah." Kevin dengan berani, menyeka air mata di wajah Elea."Sebelum pulang, kita makan dulu ya. Ingat, perjalanan kamu masih panjang, selama nyawa masih di kandung badan, maka kamu tidak boleh patah semangat."Kevin berusaha memberi semangat untuk Elea. Dia pun cukup bersedih melihat keadaan wanita itu. Elea mengangguk, dan mereka menuju kantin rumah sakit. Di sana, mereka mulai memesan makanan, sebelum akhirnya pulang ke rumah.Di perjalanan, Kevin mendapat panggilan telepon."Ya, bagaimana hasilnya?""Luar biasa, sesuai dugaan kita.""Oh ya? Baiklah, kalau bisa kumpulkan bukti sebanyak mungkin.""Baik bosku. Tolong dananya di
Bab421"Eh ngomong apaan lu tante Delima? Kok bawa- bawa aku?" tanya Erina pada Delima dengan wajah kesal bercampur bingung."Aku nggak bohong kok! Kamu memang menjadi saksi pemberian sertifikat rumah ini, sama jadi saksi pernikahan kedua kami."Erina semakin melongo."Kapan woy? Nikah sama siapa?" Erina masih nampak kebingungan."Udah deh jangan berlagak bego! Mah, langsung saja kasih liat foto dia," ujar menantu Delima, istrinya Andre."Mana? Foto apaan sih?" Lagi- lagi Erina masih saja bingung.Elea hanya diam, sedangkan Kevin menatap santai ke arah mereka semua."Ini foto- foto pernikahan kami." Delima melemparkan foto- foto itu ke hadapan Erina.Mata Erina membulat, sambil meraih foto- foto yang berserakan di atas meja tersebut."Tante Delima menikah dengan kak Arya? Dan, ada aku juga di sana? Ini gila apa ya?" pekik Erina."Halah, munafik kamu! Nggak usah takut sama Elea, akui saja kalau kamu juga setuju pernikahan Mamahku dengan suaminya dulu. Lagian, siapa suruh ngerebut suami
Bab422Seorang laki- laki berpakaian rapi telah memasuki ruang tamu Elea. Lelaki itu membawa tas hitam di tangannya, membuat Delima menatap dia dengan waspada."Hallo, pak Kevin," sapa lelaki itu. Semua mata mengarah kepadanya, Kevin mempersilahkan lelaki itu duduk."Perkenalkan, saya Hendra, pengacara keluarga almarhum pak Arya. Saya rasa, bu Elea mengenali saya, kan."Elea tersenyum."Tentu saja," sahutnya dengan tenang."Pak Hendra, asisten saya sudah menyerahkan beberapa bukti penting untuk Bapak uruskan. Saya harap, ini akan menjadi kejutan berharga itu mereka yang ada di depan kita ini," ujar Kevin.Delima merasakan sesuatu yang tidak beres. Begitu juga dengan Andre."Maksudnya ini gimana ya?" tanya istrinya Andre.Wanita itu juga merasakan hal buruk akan terjadi padanya."Kami memiliki bukti kejahatan Anda dan keluarga, Ibu Delima."Delima melongo mendengar ucapan Hendra."Maksudnya ini apa? Kalian mau menjebak kami ya?" tuduh Delima, menutupi kegugupannya."Bukannya sebaliknya
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond