Semua Bab Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua: Bab 141 - Bab 150

689 Bab

Dipukuli

Bab141"Zaenal ada apa?" Suara Bu Rokayah terdengar nyaring di depan pintu."Tidak ada apa- apa," sahut Zaenal dengan malas."Cepat beresi itu! Sebelum semua kuhancur," titah Zaenal, sembari mendorong bahu Erina. Dengan tergopoh, wanita itu berjalan ke arah serpihan pecahan kaca cermin itu.Tidak dia sangka, kehidupan di kampung yang dia bayangkan sederhana, ternyata menyesakkan dada.Erina pikir dia bisa tanpa Ibunya, tanpa kakaknya. Ternyata dia salah, kehidupan yang sekarang dia jalani, seolah menelanjangi harga dirinya.Jika dulu apa- apa dia punya, dan tinggal minta pasti di kasih. Kini? Apa- apa yang dia inginkan, dia seolah harus menjadi pengemis dulu, kadang pun tetap tidak di kasih Ibu mertuanya."Maaf ya, Nak," ucap Erina pada anak yang sedang dia kandung, ketika apa yang dia ingin, tidak kunjung ke sampaian.Melihat punggung Erina yang nampak lamban membersihkan serpihan kaca itu, Zaenal seakan naik pitam.Dia pun meraih asbak yang berada di nakas dan melemparkannya pada be
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-31
Baca selengkapnya

Berkunjung

Bab142"Assalamualaikum," ucap Elea, yang datang berkunjung ke kediaman mertuanya itu."Walaikumsallam," jawab Bi Siti, sembari membuka lebar daun pintu.Mereka saling lempar senyum, Bi Siti meraih buah tangan yang Elea bawakan."Dimana Ibu, Bi?" tanya Erina, yang datang bersama Suami dan anaknya."Ibu di taman belakang, Non. Non El, kasihan Ibu, sudah dua bulan ini sering murung, kayaknya lagi kangen sama non Erina," terang Bi Siti."Ya Allah, Mas." Elea memandangi suaminya."Kita susul Ibu dulu," kata Arya. Keduanya pun bergegas ke belakang rumah menuju taman bunga tanaman Helena.Berbagai bunga cantik menghiasi taman belakang itu, di lengkapi meja dan kursi taman pula, juga beberapa lampu kecil."Nenek!" seru Elea, seolah yang bersuara itu adalah Cinta yang sedang dia gendong.Helena tersenyum sumringah, ketika melihat kedatangan mereka."Cucuku," ucapnya sembari berdiri dan meraih tubuh si mungil Cinta yang kini berusia 1 tahunan."Bu, bagaimana kabarnya? Sehat ajakan!!" Suami Ele
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-31
Baca selengkapnya

Datang Kembali

Bab143"Tenang oke! Ceritakan pelan- pelan, ada apa?" tanya Helena."Di depan ada non Erina, wajahnya penuh luka," papar Bi Siti."Astagfirullah, anakku," pekik Helena. Tubuh wanita itu bergetar hebat. Arya langsung bangkit dan berlari ke rumah.Sedangkan Elea memegangi bahu Helena. Wanita itu nyaris pingsan, meski hanya mendengar penuturan Bi Siti."Bi, bawa Cinta ke kamar," titah Elea, di sambut anggukan patuh oleh Bi Siti dan meraih Cinta dari gendongan Helena.Gadis mungil nan cantik itu pun berada di gendongan Bi Siti. Elea memapah Helena yang nampak gemetaran."Apa yang terjadi padanya," lirih Helena."Bu, jangan panik dulu! Biar kita lihat dahulu keadaan Erina," bisik Elea, mencoba menguatkan Helena.Arya mencari keberadaan Erina, hingga terlihat wanita yang dia cari itu berdiri di dekat pintu tanpa berani masuk.Tubuhnya dari kejauhan terlihat begitu kurus, meski dia sedang memunggungi."Erina," panggil Arya. Erina berbalik badan, dan bersitatap dengan Arya yang berjalan mende
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-31
Baca selengkapnya

Kuat

Bab144"Astagfirullah, Ibu kenapa?" pekik Elea lagi, setelah melihat Helena yang tergeletak di lantai.Arya langsung berlari, bergegas menghampiri Ibunya.Dengan sigap, Arya menggendong Helena ke ruang keluarga. Sedangkan Elea meminta Erina untuk mengeluarkan minyak kayu putih, untuk membantu menyadarkan Zaenal."Ya Allah Er, kenapa kamu jadi begini?" lirih Elea, melihat wajah Erina."Berat yang kami jalani di sana, dihina dan di remehkan keluarga mereka. Mas Zaenal tertekan tinggal di sana, begitu pula denganku, perdebatan kecil memacu emosinya hingga melampiaskannya padaku, Kak.""Ya Allah sayang," lirih Elea, pedih hatinya melihat nasib Erina.Bagaimana pun luka yang pernah Elea rasakan, tidak sepedih yang kini Erina rasakan.Setega- teganya Andre, dia tidak pernah menyakiti fisik Elea. Tapi Erina, menjadi korban kekerasan fisik suaminya sendiri."Tapi Mas Zaenal sudah minta maaf, dia memohon ampun padaku, Kak. Bahkan mas Zaenal mencium kakiku, mengurus luka- lukaku dengan baik. Di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-31
Baca selengkapnya

Tegas

Bab145Helena membawa masuk tas berisi pakaian Erina, juga Zaenal.Setelah 1 tahun pergi, Helena merasa miris dengan tas yang dikenakan putrinya itu.Tas sobek- sobek, buruk sekali warnanya, tidak jauh berbeda dengan tas yang di bawa Zaenal.Entah hidup seperti apa yang anaknya jalani di kampung suaminya, hingga melihat penampilan serta tas bawaan Erina, Helena pedih melihatnya.Helena terisak, kala membuka isi tas yang Erina bawa. Hanya ada beberapa lembar daster lusuh, yang lebih mirip dengan kain lap di rumahnya.Setahu Helena, saat ikut pergi ke kampung Zaenal, Erina menggunakan koper sebagai tasnya.Dan yang Helena juga tahu, Erina tidak memiliki baju daster lusuh- lusuh dan murah itu."Bu," panggil Bi Siti, yang sedari bingung melihat majikannya itu terus menangis memandangi baju pakaian Erina."Hhmm ...." Helena seakan tidak mampu menyahut panggilan Bi Siti."Jangan terus menangis, nanti Ibu sakit. Kasihan jika non Erina melihat Ibu, dia pikir Ibu sakit hati melihat kedatangann
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-31
Baca selengkapnya

Si Masa Lalu

Bab146"Kak, bolehkah saya minta tolong?" tanya Zaenal padaku.Aku mengernyit. "Apa?" tanyaku. Zaenal menarik napas. "Boleh minta tolong bawa Erina pulang, dia harus istirahat, perjalanan dari kampung cukup jauh, tapi dia tidak ada tidur sama sekali. Saya tidak mau dia sakit, kasihan calon bayi kami," serak suara lelaki itu terdengar menyayat hati.Entah apa yang dia rasakan, kesedihan begitu kentara di wajah keduanya."Mas aku nggak mau! Aku mau jagain kamu," tolak Erina."Tapi kamu harus istirahat," ucap suaminya lagi. "Oke," jawab Erina dengan wajah nampak kesal. Tapi membuat aku tercengang, dia tiba- tiba naik ke brankar suaminya dan merebahkan diri di samping."Astaga, Erina," gumamku sembari menggeleng- gelengkan kepala.Mas Arya nampak sibuk memainkan ponselnya, tanpa perduli sedikitpun dengan kegaduhan kami."Berasa jadi obat nyamuk kalau begini, mending kita pulang, yuk!" ajakku pada suami. Suami melirik ke brankar Zaenal sekejab, kemudian beralih menatapku."Yuk, lihat pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-31
Baca selengkapnya

Peringatan

Bab147"Bolehkan! Masa nggak boleh, kami cuma pengen ngobrol doang," kata wanita itu lagi, sembari menatapku penuh harap."Mas, apakah kamu mau ngobrol berdua dengannya?" tanyaku pelan, dadaku sudah mulai terasa sesak ini.Kutahan- tahan emosiku, sebab ini di tempat keramaian, aku tidak ingin karena wanita di masa lalu ini, aku mempermalukan diri."Lain kali saja ya, Num," sela suamiku. Hah? Lain kali? Jadi ada niatan di hati suamiku untuk berduaan, mengenang cinta di masa lalu? Begitukah?"Janji ya, Ya." Wanita itu berusaha mengulas senyum.Aku menatap suamiku, lelakiku itu nampak salah tingkah."Mas," panggilku, dia pun menatap ke arahku. Tatapan tajam kulayangkan, pertanda hatiku tidak baik- baik saja."Apakah kamu ada niatan untuk reuni masa lalu? Kamu nggak mikir perasaan aku, Mas?" tanyaku, masih dengan suara pelan, meski didada sedang bergemuruh."Kenapa sih dia? Masa gitu saja nggak boleh. Kami memang tidak berjodoh, setidaknya kami masih bisa berteman kan," ucap wanita itu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-31
Baca selengkapnya

Pesan Di Ponselnya

Bab148"Iya ...." Jawaban mas Arya nampak terlihat tidak bersemangat. Apa yang terjadi di dalam pikirannya kini? Apakan kehadiran wanita itu sangat berpengaruh?Ya Allah, entah mengapa hatiku menjadi was- was, apalagi wanita itu nampak nekat. "Jagalah rumah tangga hamba, Ya Allah. Biar bagaimana pun, hamba takut kegagalan, hamba juga tidak siap dengan perpisahan," gumamku dalam hati.Mobil melaju dengan perlahan, dan mas Arya tidak berbicara sama sekali seperti biasanya. Aku pun hanya diam, sembari mengawasi tingkah lakunya.Hingga sampai di halaman rumah Ibu, kami keluar dari mobil dan bergegas menghampiri Ibu yang sedang duduk di depan rumah bersama Cinta dan Bi Siti.Usai mengucapkan salam, mencium tangan Ibu, kami pun ikut duduk."Bagaimana kondisi Zaenal?" tanya Ibu mertua."Sudah sadar dan diobati sama dokter," jawabku, sedangkan mas Arya kembali sibuk dengan ponselnya, seakan dia tuli dengan pembicaraan kami.Kehadiran wanita yang bernama Hanum itu, seakan membuatku semakin ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-31
Baca selengkapnya

Maaf

Bab149"El jangan begini," pintanya mengiba, saat melihatku diam tanpa suara."Arya ini ada apa? Apa yang terjadi? Mengapa Elea begitu syok lihat ponsel kamu?" tanya Ibu mertua dengan bingung melihatku berulang kali."El salah paham, Bu.""Nggak, aku nggak salah paham," jawabku. "Salah paham kamu, El. Aku nggak bermaksud apa- apa sama Hanum," jelas Mas Arya."Hanum," kata Ibu, seakan mengingat nama itu."Wanita di masa lalu mas Arya, Bu." Aku menjelaskan tanpa diminta."Ada apa dengan dia? Kenapa gara- gara dia kalian begini? Jangan tambahi masalah, harusnya kita fokus pada Erina," pinta Ibu dengan wajah memohon.Aku terdiam, mas Arya pun sama. Kulirik Cinta, yang tersenyum kepadaku. Ya Allah bayi mungilku, apa jadinya kalau aku berpisah dengan mas Arya karena masa lalunya? Astagfirullah.Berulang kali aku beristighfar dalam hati, tanpa mau bersitatap dengan mas Arya."Arya jemput Erina dulu," katanya tiba- tiba, setelah melihat ponselnya. Wajahnya nampak terlihat aneh dan seakan bur
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-01
Baca selengkapnya

Peringatan 2

Bab150"Andai maafmu bisa menyembuhkan rasa sakit hatiku, maka aku pun ingin melukai kamu, Mas. Setelah itu, aku cukup minta maaf, dan semua selesai," gumamku dalam hati."Keluarga Zaenal sudah tahu? Apakah semua bisa di proses hari ini?" tanya Ibu lagi. Apa yang terjadi? Aku semakin penasaran.Terdengar mas Arya menarik napas."Zaenal benar- benar mengejutkan. Andai saja pihak rumah sakit lambat melihat, mungkin Erina dan bayinya tidak selamat," jelas mas Arya, membuatku sangat terkejut."Apa yang terjadi dengan lelaki itu," lirih suara Ibu."Maaf, Bu. Kalau dari sorot matanya saat tadi pertama datang, laki- laki itu nampak kosong. Bisa jadi, dia mengalami depresi," sahut Bi Siti.Aku pun semakin diliputi rasa penasaran, dan gegas membuka mata dengan perlahan, seolah aku baru sadar dari pingsan."Sayang, kamu sudah sadar," seru mas Arya, yang tersenyum senang menatapku.Aku membuang pandangan, aku tidak ingin melihatnya, hatiku masih sangat kecewa."El, maaf. Mas tadi buru- buru," i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
69
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status