Home / Romansa / Kala Cinta Menyapa / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kala Cinta Menyapa: Chapter 71 - Chapter 80

104 Chapters

71, Patah Hati

DI tepi hutan Arilangga menunggu. Setia bersama matahari yang semakin tinggi lalu perlahan bergerak turun. Seandainya bisa, dia ingin terus di sini menunggu bersama matahari untuk memenuhi janji mereka. Seandainya bisa, dia ingin menahan matahari agar hari tidak berganti. Namun ternyata tidak bisa. Tidak ada yang bisa menghentikan matahari yang semakin kelelahan. Seperti tidak ada yang mampu menghibur Airlangga. Semakin mendekati sore, Airlangga semakin gelisah. Dan ketika matahari hilang dari langit, harapan pun hilang dari dirinya. Putus asa. Hidupnya sehitam malam, segelap hitam. Semua yang dia khawatirkan benar terjadi. Semua yang membuatnya gelisah semakin membuatnya gelisah. Saat yang dia takutkan benar terjadi, tidak ada lagi penghiburan yang bisa dia lakukan untuk dirinya sendiri. Sendiri. Dia benar-benar merasa sendirian sekarang. Saat semua terjadi, saat Ells tidak ada lagi, saat itulah mimpi buruknya keluar menjadi kenyataan. Patah hati … Set
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more

72, Lamaran

ELLS terbangun dengan tubuh hancur lebur, hati porak poranda, dan perasaan kacau balau. Bergelung meringkuk, dia menyadari tubuh telanjangnya kedinginan. Menggigil. Namun bukan cuma karena dingin udara. Ini lebih karena hatinya membeku. Pagi ini terasa semua lebih kacau. Kerinduannya tak berkurang, terlebih ulah dirinya sendiri semalam membuat semua semakin rumit untuk dirasai hati. . Tok tok tok . Bergegas Ells memakai baju menyudahi gundahnya. Ketukan itu, tiga kali tak berbalas, pintu akan terbuka. Itu perjanjian tidak tertulis di rumah ini. “Masuk…” Pintu berderit mengajak masuk van Loen. Melihat ayahnya, Ells bergelung memunggungi pintu. “Ells … kau tidak keluar kamar seharian kemarin.” Van Loen membelai rambut Ells. Suaranya lembut seperti tidak pernah terjadi apa pun. Paling tidak, dia mau menghabiskan makannya walau dengan susah payah. Begitu laporan Bi Imah. Van Loen terus membelai rambut Ells. “Bukankah Ells dilarang keluar
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more

73, Percakapan di Depan Jendela

HAL buruk apalagi yang akan kualami? Kemarin, aku dikurung, hari ini aku dijodohkan. Sepeninggalan van Loen, Ells hanya bisa menangis dan melamun. Dia semakin patah hati dan patah arang. Bahkan melihat hutan tidak membuatnya merindu, kini hutan membuatnya semakin merana. Ada yang tertinggal di hutan itu. Sesuatu yang baru hadir tapi bergitu bermakna. Begitu dalam mengisi hidupnya. Bayangan kebersamaan mereka tidak pernah hilang dari benaknya. Bayangan itu menghibur menemaninya tapi sekaligus membuatnya merindu menyakitinya. Hari menjelang sore. Matahari semakin rendah, sinarnya semakin redup. Satu hari lagi berlalu bersama rindu. Entah besok akan seperti apa. Entah kabar buruk apalagi yang akan dia terima. Ells tidak ingin membayangkan hari esok ketika hari ini pun habis bersama duka. Dia sedang duduk di depan jendela, melamun dengan air mata berlerai dan pandangan menerawang kosong ketika sebuah sosok mengganggu lamunan itu. Robert. Berdiri di luar, te
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

74, Kata Hati Lelaki

SETIAP hari, Airlangga menunggu Ells di tepi hutan. Pagi sebelum matahari terbit sampai malam baru dia tinggalkan tepi hitam. Bahkan, sudah tiga hari ini, dia memutuskan untuk tidak kembali ke rumah pohon. Dia berjaga tidak jauh dari titik janji temu mereka. Dia akan langsung tahu siapa yang datang dan apa pun yang terjadi. Sepekan. Namun tidak ada apa pun yang terjadi. Hanya warga desa sekitar yang keluar masuk hutan. Sepekan sudah mereka berpisah. Gelisah dan takut mengisi ceruk hatinya, menemani kerinduannya. Terombang-ambing tanpa kejelasan. Kabar keluarganya pun tak diketahui. Beberapa kali dia melihat warga desa yang dia kenali memasuki hutan, tapi dengan alasan keamanan, dia memilih diam. Tak menegur, tak bertanya. Kecuali jika Paman Tirta, Udayana, atau Rindang yang datang. Terutama Udayana. Dia bisa kuminta mencari tahu sampai ke rumah Ells. Tapi mereka tak pernah muncul. Sepekan. Ke mana Udayana? Sepekan dia tak ke hutan.
last updateLast Updated : 2022-09-19
Read more

75, Mencari Berita [1]

SIANG sedang sangat terik di puncaknya ketika Udayana mendengar kabar itu. Dia baru pulang dari rumah kerabatnya di desa yang agak jauh. Ketika dia melewati kota dia mendengar berita yang membuat tubuhnya mengejang. Nona Daniella anak Meneer van Loen sudah kembali. Sepanjang jalan berkali-kali dia mendengar penduduk membicarakan itu. Jantungnya berderap kencang sekali. Dia sampai harus memaksa kakinya agar tidak melewati rumah pejabat tinggi Hindia Belanda itu. Dan pejabat-pejabat lain. Biar bagaimana pun, dia menghindari bertemu Robert yang sangat mungkin mengenali dirinya. Di bawah sebatang pohon angsana, dia menatap rumah itu dari kejauhan sambil berteduh. Benarkah putri pembesar itu sudah pulang? Apa dia sendiri saja? Apa Airlangga ada di rumah itu? Apa yang terjadi pada mereka? Gadis itu mungkin baik-baik saja, tapi bagaimana dengan Airlangga? Dia tidak peduli kabar gadis itu, dia hanya perlu tahu kabar karibnya saja. Dia terus bertanya-tanya dalam hati
last updateLast Updated : 2022-09-20
Read more

76, Mencari Berita [2]

HARI tentu masih sangat pagi ketika Airlangga meninggakan rumah pohon. Dia berjalan tanpa dikejar apa pun. Langkahnya memang ringan nyaris melayang meski kepala dan hatinya berat. Namun dia tetap berjalan. Di tepi hutan, dia berhenti lalu menatap lurus ke arah rumah Ells, seakan meyakinkan dirinya bahwa Ells benar-benar tidak akan datang. Dia menunggu sampai hari agak siang di sana. Sampai waktu yang dia rasa cukup, barulah dia keluar batas hutan. Untuk mencapai pasar, Airlangga harus melewati rumah Ells. Hatinya berderap mengingat Ells ada di dalam sana. Semakin mendekati rumah itu, jantungnya semakin berdegub. Seakan dia ingin berlari menerobos masuk menjumpai Ells. Ells, Daniella, Sayang. Sedang apa kau di dalam sana, Sayang? Bagaimana kabar anak kita? Apa dia baik-baik saja? Aku yakin kau menjaganya sebaik mungkin. Maaf aku tidak bisa mengurus kalian kemarin. Tunggu aku. Aku akan menemui kalian. Sampaikan salam rinduku pada anak kita. Dan tentu untukmu, Ells. Aku
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

77, Menghibur Diri

BERLARI dan terus berlari hingga habis tenaganya, sesak napasnya. Dia tidak menyangka, dia selemah ini. Cinta yang hadir dengan cara yang menakjubkan, sekarang melukainya. Aku tak siap untuk sesakit ini. Ells menikah. Bunuh saja aku. Jika mati bisa menghilangkan semua sakit, bunuh saja aku! Dia tidak menyangka berita ini yang dia terima. Dia hanya berpikir bahwa Ells tidak dilepas pergi. Tapi menikah dengan lelaki lain, sungguh, dia tidak pernah berpikir ke sana. Ells tidak pernah sama sekali menyinggung lelaki lain sepanjang kebersamaan mereka. Dia bahkan berkali-kali mengatakan tentang kekebasan dari ayahnya dalam hal memilih pendamping. Ini gila! Ini bisa membuatnya gila! Dia terus berlari. Terengah bukan karena lelah. Kepalanya begitu penuh, hatinya begitu sesak. Dia hanya ingin melarikan diri seakan tidak pernah mendengar berita itu. Tapi suara-suara dua wanita itu seakan terus mengikuti langkahnya. Berdenging jelas di telinga.
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

78, Pamit

AIRLANGGA terbangun dengan pikiran sejernih air di sendang. Tidurnya lelap sekali membuatnya agak terlambat bangun dari biasanya. Kicau burung dan cahaya matahari yang berhasil menerobos daun, ranting, dan lubang angin yang membangunkannya. Tidur yang lelap membuat tubuhnya segar, seulas senyum terukir di wajahnya. Sebuah senyum kepasrahan. Aku akan menjalankan takdirku sesuai goresan penaNya. Tidak ada yang memburunya. Dia menikmati pagi yang indah. Geliatnya pelan, gerakannya lambat. Dia membuka jendela dan kembali tersenyum melihat langit menembus daun dan ranting. Suara burung semakin ramai. Seekor burung bahkan sangat berani hinggap di ranting yang sangat dekat dengannya lalu berkicau di sana. Membuat Airlangga terkekeh sambil menjulurkan tangannya. Burung itu begitu jinak, dia diam saja dibelai jemari Airlangga. Sampai burung itu merasa bosan lalu kembali terbang. Airlangga merasa kehilangan teman. Tak mau terlarut terlalu lama, dia duduk bersila dan
last updateLast Updated : 2022-09-24
Read more

79, Gelisah

SEJAK pagi, Ells merasa sangat gelisah. Bahkan gelisah itu yang membangunkan dari tidur tak nyenyaknya. Dia tidak tahu apa. Memang kepalanya penuh pikiran yang menggelisahkan, tapi kali ini dia sendiri bingung apa penyebab gelisahnya. Mungkin terlalu banyak yang membuatnya gundah. Gelisah, bahkan cenderung takut. Entah mengapa. Dia butuh Airlangga untuk membuatnya tenang meski Airlangga menakutinya. Sebuah ironi bukan? Sangat aneh. Airlangga menakutinya tapi bisa membuatnya tenang. Di sini, semua tenang, semua berusaha membuatnya tenang, tapi malah menakutinya. Tanpa mengingat itu pun dia selalu mengingat Airlangga. Namun kali ini, gelisah membuat dia merasa dia harus menghilangkan bayangan Airlangga. Karena semakin dia mengingat Airlangga, dia semakin gelisah. Berjalan mondar-mandir sepanjang rumah. Melongok sembarang di semua jendela yang dia temui. Kenapa aku segelisah ini? Rumah kosong. Van Loen tidak di tempat. Hanya ada dia dan pelayan pengur
last updateLast Updated : 2022-09-25
Read more

80, Satu Kali Tanpa Jalan Pulang

TIDAK ada lagi ragu apalagi sembunyi-sembunyi ketika langkahnya makin mendekati rumah Ells. Langkahnya tegak dengan kepala mendongak. Tatapannya lurus dan tajam nyaris tak berkedip menatap ke arah bangunan besar dan kokoh di depannya. Dia berjalan dengan kecepatan normal langsung tegak lurus menuju pos penjaga di pintu masuk. Pintu yang tidak pernah dia lewati. Kali ini demi harga diri dia dan Ells, dia akan melewati pintu itu meski mungkin hanya satu kali. Satu kali tanpa jalan pulang. “Saya ingin bertemu dengan Meneer van Loen,” ujarnya tegas pada penjaga yang duduk menguap lebar di pos jaga depan. “Siapa kamu?” tanya si petugas membentak. Jengkel, istirahat siangnya terganggu. “Saya hanya akan menyebutkan siapa saya pada Meneer van Loen.” Suaranya tetap datar dan tenang dengan sikap tubuh tegak sempurna. “Ada apa, Broto?” Suara lain muncul. Robert yang makin lama makin berlaku seperti tuan rumah di sana. “Maaf, Tuan. Orang ini ingin bertemu dengan Me
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status