Home / Romansa / Kala Cinta Menyapa / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kala Cinta Menyapa: Chapter 81 - Chapter 90

104 Chapters

81, Hari Pertama [2] [17+]

CTARRR… . Tersentak ke depan, Airlangga merasakan cemeti mengoyak punggungnya. Perih. Dia berusaha menahan agar wajahnya tidak berkeryit. Namun sengatan cemeti itu memang menyakitinya. Dia mengalirkan sakit dengan mengeraskan bahu. Bersiap untuk sengatan yang lain meski sengatan yang pertama masih terasa sangat sakit. Perih. Kakeknya memang mendidiknya dengan keras. Dan alam menempanya agar tangguh. Tapi raganya tidak pernah merasakan perih seperti ini. Alam memang beberapa kali melukainya. Tapi rasanya sungguh beda. Ternyata, raga manusia yang terisi roh jahat memang lebih kejam daripada alam. Airlangga memejamkan mata, menulikan telinga. Dia hanya menajamkan rasanya saja. Ells, aku datang, Sayang. Temui aku di sini. Secepatnya. Aku begitu dekat sekarang. Temu aku sekarang, Sayang. Aku takut aku tidak bisa bertahan lama. Dia diam ketika tubuhnya ditarik paksa agar berdiri. Dia diam ketika ada dua orang merentangkan tangannya lalu mengik
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

82, Pagi Hari [17+]

ELLS terbangun terkejut. Entah apa yang membangunkannya. Namun tidurnya memang tak lelap. Tak pernah lelap sejak dia jauh dari lelakinya. Dan malam ini dia makin gelisah makin tidak bisa tidur. Dia seperti mendengar suara Airlangga mendesah menyebut namanya. Berbisik begitu dekat. Dia bisa merasakan napas Airlangga mendesau lembut di telinganya. Dia terbangun dengan badan luluh lantak. Sakit sekujur badan. Lebih sakit dari kemarin. Mungkin karena tidur tak lelapnya. Malam sudah sangat larut. Sebentar lagi fajar. Dia tidak berharap bisa tertidur lagi. Tenggorokannya terasa sekering gurun. Perlahan dia bergerak bangun dan mengambil air. Seteguk yang ketika dia telan terasa sakit. Bahkan air putih pun susah dia telan. Dan bau anyir darah itu, kenapa masih ada? Tidak ada lagi makanan di ruangan ini. Dia sudah menyuruh Bi Imah mengosongkan kamarnya dari makanan apa pun. Malam-malam sebelumnya memang Bi Imah selalu meninggalkan makanan meski hanya setangkup roti a
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

83, Hari Kedua [2] [17+]

CTARR… . “AARRGGHHH…” Tersentak, Airlangga terbangun berteriak kaget. Punggungnya perih sekali. Tubuhnya melengkung ke depan menghindari sengatan perih yang mendadak datang membangunkannya. Tangannya yang terentang tersentak mengejang mengepal. Kakinya mendadak tegap menjejak bumi. Tapi setelahnya semua kembali melunglai. . CTARR… . Kali ini suaranya hanya berupa desis yang keluar dari celah gigi yang saling menggerus bergemeletuk. Tubuhnya berusaha mengejang demi terlihat tetap tegar menutupi sakit yang makin menyengat. Wajahnya kaku. Matanya memejam erat sampai sudut-sudutnya berkerut. Kau tidak akan mendengar teriakan kesakitanku jika kau membangunkanku dengan layak, Robert. Tapi tidurnya yang sedikit—setelah percintaan semu—memberi sedikit tenaga. Paling tidak dia bisa berdiri di atas kakinya. Sedikit membantu untuk mengurangi beban di lengannya. Jangankan makan, setetes air pun tak pernah melewati kerongkongannya sejak dia datan
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

84, Hari Ketiga [2]

ELLS terbangun terisak. Dia merasa sedih yang tak tertahankan. Menangis sampai bahunya terguncang hebat. Benar-benar menangis terisak tersedu seperti anak kecil. Dia tidak bisa membiarkan van Loen bertindak seperti ini. Tubuhnya mungkin baik-baik saja. Tapi hatinya sudah tak berbentuk. Mati. Hancur lebur, remuk redam, luka parah, babak belur. Jika beberapa hari kemarin dia sudah tidak bisa menangis, pagi ini, dia tidak bisa menghentikan tangisnya. Aku akan memohon pada Papa. Jika Papa tetap pada pilihannya, jangan salahkan aku jika aku memilih pergi. Jika bumi tak menyatukan kita, kutunggu kau di langit sana. Maafkan aku jika aku pergi lebih dulu. Aku tak bisa membiarkan tubuhku dijamah lelaki lain, Angga. Sakit, Angga. Sakit sekali. Lebih sakit daripada sakit di tubuhnya yang semakin mendera. Sakit di sekujur tubuhnya semakin terasa. Sakit itu bahkan melemahkannya. Terisak, dia teringat kebisuan Airlangga ketika mereka akan berpisah. Termasu
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more

85, Cinta Ells

“APA aku mengganggu, Om?” tanya Robert ketika dia menemui van Loen di ruang kerja. “Tidak. Ada apa?” Mendengar suara Robert, dia menjawab sambil mengangkat wajah dari sebuah berkas yang sedang dia berusaha cerna isinya. “Om sibuk?” tanya Robert lagi. “Tidak, Nak. Om membaca hanya untuk pengalih perhatian saja. Ells makin menjadi-jadi.” “Apa Om baik-baik saja?” Pertanyaan itu membuat van Loen serius menatap Robert. “Apa maksudmu, Rob?” Robert mengedikkan bahu. “Apa Om baik-baik saja? Maksudku, apa Om sehat?” Robert duduk di kursi di sisi lain meja kerja van Loen. Van Loen mendengus. Dia tidak pernah merasa sehat sejak Ells menghilang, dan penyakitnya bertambah ketika Ells pulang dan memohon izin pergi. “Om tidak tahu, Nak.” Mengeluh mendesah. “Kalau sehat artinya masih bisa bernapas, ya, itu berarti Om sehat.” Lagi-lagi Robert mengedikkan bahu. Namun kali ini dia lebih serius menekuri wajah tua van Loen. Dia benar-benar memastikan van
last updateLast Updated : 2022-10-01
Read more

86, Bertemu Lagi

BAU anyir dan amis darah menerpa hidungnya. Itu dia! Dia sudah melihat van Loen. Bersimpuh, di sudut lain, jantung Airlangga berdetak semakin keras. Nyawanya makin di ujung. Sudah terlalu banyak luka dan darah yang mengalir. Tanpa pedang pun dia akan mati perlahan. Namun bukan itu yang membuat detak jantungnya menggila. Ada yang lain. Ells terus mendekat. Dia mengeryit mual tapi meneguhkan hati, tekadnya yang sudah membulat mengabaikan semua halangan. “Pap—“ serunya tak lengkap begitu melihat sosok bersimpuh di depan van Loen. Dia terkesima melihat sosok bersimpuh itu. Sesosok tubuh hancur lebur. Lebam dan luka di sekujur tubuhnya membuat siapapun susah mengenalinya. Kesalahan apa yang dia lakukan sampai menerima hukuman seberat ini? Namun ada sesuatu dari sosok itu yang membuat Ells terpaku berusaha mengenali sampai matanya menyipit dan keningnya berkeryit. Dia terdiam, terpaku, dan tetap berdiri terpaku menatap sosok itu. Airlangga demi
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

87, Kutunggu Kau Di Ujung Pelangi

“ANGGA! PUNGGUNGMU…” Ells berteriak kaget melihat kehancuran di punggung Airlangga. Bergegas, melupakan sakitnya, dia terbang menerjang Airlangga, jatuh tersaruk memeluk tubuh tak berbentuk. “Angga … apa yang sudah mereka lakukan?” Ells menangis. Ekspresinya ketakutan, kesakitan. Bergetar, tangannya bergerak membelai luka menganga. Tulang rusuk belakang Airlangga terlihat. Koyakan dagingnya bergelayut lemah. Terisak, dia membelai koyakan itu, sekadar menutupi sedikit luka itu. “Aku baik-baik saja, Sayang.” Tangan yang masih terikat, menjadi tumpuan tubuhnya. Pandangan mereka bertemu, pandangan kesakitan Ells dan kelembutan Airlangga. Namun justru mata hitam lembut itu yang lebih menyakiti Ells. “Tenanglah, Ells. Semua akan baik-baik saja. Jaga dirimu.” Bisik di bibir tersenyum itu makin tertatih. Tersengal, nyawanya makin di ujung. Walau mata itu tak lagi utuh melihat, tertutup tirai darah yang mengering, cahayanya pun seredup senja, tapi kelembutannya tetap
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more

88, Keputusan van Loen

PILIHAN ada di tanganku. Aku tidak mungkin memasung Ells hanya agar dia tidak menjalankan niatnya. Terima inlanders ini, atau kau kehilangan putri tersayangmu, van Loen. Kalau kau pisahkan mereka, kapan pun itu kau akan berpisah dengan anakmu. Dalam keraguan yang menemaninya, tangannya mencengkeram erat gagang arit yang sedari tadi dia genggam. Pilihan ada di tangan yang menggenggam arit itu. Lalu… . Sret . Tangannya bergerak menebas tali yang mengikat tangan Airlangga dalam satu tebasan. Ikatan terlepas … “Urus putriku baik-baik. Jika dia menderita, arit ini akan langsung menebas batang lehermu.” Membuang arit ke tumpukan rumput, dia berbalik pergi. Meninggalkan Airlangga dan Ells yang terperangah tak percaya. Dan Robert yang sadar, langsung berlari menyusulnya. “Om, apa maksudnya?” “Maaf, Robert. Om tak akan sanggup hidup tanpa Ells. Jika menerima dia berarti Ells tetap hidup, Om memilih itu.” “Bagaimana
last updateLast Updated : 2022-10-04
Read more

89, Jaga Dirimu, Ells

“Astagaaa …” sebuah suara terperangah mengejutkan Airlangga dan Ells. Suara itu terkejut dengan pemandangan di depannya. Sesosok tubuh hancur penuh luka dengan punggung terkoyak sedang membungkuk melayani Ells yang rebah di ranjang. Dia baru saja mengganti baju Ells tanpa peduli dialah yang lebih perlu berganti pakaian. Kainnya sudah robek di sana sini. Airlangga memang sedang mengurus Ells. Dia memaksa Ells untuk beristirahat. Tidak membiarkan Ells membersihkan tubuhnya, dia justru membantu Ells berganti pakaian. Total mengabaikan luka lebam dan menganga di tubuhnya. “Om Karel.” Ells menoleh ke arah suara. “Inikah inlanders yang membuat gempar dunia?” Orang yang dipanggil Om Karel terperangah. “Apa yang terjadi dengan tubuhmu?” Dia bergidik ngeri. “Om … tolong obati Angga…” rengek Ells sambil berusaha bangun untuk duduk, tapi tangan Airlangga menahannya agar tetap berbaring. “Saya baik-baik saja, tapi tolong periksa Ells sekarang. Dia sempat menga
last updateLast Updated : 2022-10-05
Read more

90, Siapa Menjaga Siapa

TAPI Airlangga sudah begitu lemah. Dia tidak sanggup lagi membuka mata. Semua tanda vital di tubuhnya memburuk. Denyut nadinya melemah, wajahnya semakin pias. Napasnya pendek bernapas satu satu. Panik, meraba tubuh Airlangga. Suhu tubuhnya terasa lebih tinggi dari normal. Bi Imah ikut panik. Dia memastikan Airlangga tetap bernapas dengan meletakkan punggung telunjuknya di depan lubang hidung Airlangga. “Non, dia lemah sekali.” “Iya, Bi. Anggaku sakit.” Ells kembali menangis. “Apa yang harus aku lakukan, Bi?” “Panggil saja lagi Tuan Dokter Karel, Non. Biar dia memeriksanya lagi.” Tanpa berkata apa-apa lagi, Ells berlari ke ruang kerja van Loen. Dia menerobos masuk tanpa mengetuk pintu. “Om Karel,” Ells menarik tangan dokter itu. “Angga … Angga …” Dia tidak bisa berkata-kata. “Tolong Angga, Om.” Dokter Karel sigap berdiri diikuti van Loen. Bertiga mereka berderap ke kamar Ells. “Bagaimana, Bi?” tanya Ells cepat pada Bi Imah yang duduk menja
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status