"Sepertinya dia juga suka sama aji.""Sepertinya?'' a Arya semakin gencar bertanya. Bukan, cenderung mencari tahu sih menurutku. Nada bicaranya itu, ketus! ''Iya, karena kan Aji belum banyak bicara sama dia. Hanya titip kata aja, kalau Aji suka dan minta dia nunggu. Gitu aja, sih." A Arya mengangguk. Wajahnya semakin terlihat tenang. Bahkan kalau nggak salah lihat, dia seperti puas dengan jawabanku. "Syukurlah.''''Maksudnya, A? Kok, syukurlah?''''Eh, ya iya, syukur kalau kamu tidak pacaran. Iya, itu. Kan, bagus?'' a Arya sedikit gugup. "Terus, apa gadis itu pernah ada komunikasi dengan kamu?" "Nggak. Duh, sebentar, A. Ada telepon masuk.'' Kata-kataku tertahan saat merasakan getaran dari saku celana, di mana ponselku berada. A Arya mengangguk dan melangkah mendekat pada mang Ade, yang datang dengan membawa satu kantong plastik cabe yang sudah disusun rapi. Nama Andra terlihat di layar. Hmm, baru ingat menghubungi nih, anak. Aku tunggu dari tadi, dia malah baru nelpon sekarang.
Last Updated : 2022-10-28 Read more