Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Juragan / Chapter 431 - Chapter 440

All Chapters of Jerat Cinta Sang Juragan : Chapter 431 - Chapter 440

526 Chapters

bab 431

Rara memasuki ruang loker, kembali dia menjadi pusat perhatian, oleh sebab photonya dengan Robi yang diambil diam-diam karyawan di depan perusahaan tadi. Mereka saling berbisik dan mulai menganggap Rara seorang pemain handal, tapi memakai topeng berwajah lugu. Mengingat Robi juga mempunyai wajah tak kalah tampan, juga terlihat begitu menawan dari kakinya yang panjang, serta motor sport yang menjadi tunggangannya menambah nilai plus. Mengira mereka yang melihatnya hanya karena penasaran sebab dia dekat dengan Lee, Rara meninggalkan ruang loker lalu menuju ke ruangan QC. Ada lima belas menit lagi sampai masuk kerja, Rara melupakan yang terjadi kemarin pagi dengan bersikap seolah tidak ada kejadian apa-apa. Saat dia masuk, Nurul melihat padanya, lalu memalingkan muka tak ingin melihat Rara. Rasanya masih sakit melihat Rara dan Lee yang menunjukan kemesraan di depannya. "Assalamua'aikum," salam Rara seperti biasa, lalu melangkah ke meja kerja yang biasa ditempatinya. Ada Ida yang sedan
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

bab 432

"Ehem! Pagi-pagi seger amat, ya? Digombalin oppa," ejek Desi setelah Lee masuk ke dalam ruangannya. Suara kekehan terdengar, namun Rara bersikap seolah jumawa, tersenyum lebar membuat Desi semakin tertawa. "Iya, dong. Seger banget malah. Teteh mau?" ujarnya balas menggoda Desi. "Nggak. Takut diabetes!" Suara tawa pun terdengar. Dari dalam ruangannya, Lee membuka sebentar laptopnya untuk memeriksa CCTV. Terlihat Rara mendongak menatap kamera dua kali tertanggal hari ini. Yang pertama saat dia belum datang, yang kedua barusan setelah dia berbicara dengannya. Lee mengusap gambar itu, lalu kembali fokus pada apa yang akan dikerjakannya. Menghubungi seseorang yang bisa membantunya memenuhi persyaratan pengakuan atas Tuhan. Lee[Saya datang sekitar jam sepuluhan, Pak. Apa Bapak ada di tempat?] Tulis Lee pada pesannya dari nomor ponsel yang dia dapat di internet. Tangannya sudah semakin membaik, hingga dia sudah dengan lincah bisa mengetikan banyak kata di ponsel pintarnya. Meski mas
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

bab 433

Bel istirahat berbunyi, Desi yang akan memanggil Rara yang baru terlihat santai setelah tadi sibuk bekerja, teralihkan fokusnya pada dering telepon yang ada di meja kerjanya. Dengan cepat dia mengangkat, takutnya dari bagian pemasaran yang akan menanyakan barang yang harus dikirim segera. "Halo?" "Teh Desi, ada kiriman buat Rara, nih, di pos. Kurirnya suruh masuk sampai ke pintu bagian produksi atau mau diambil ke pos?" tanya seorang petugas Satpam yang menerima kedatangan kurir, dengan membawa dua box pizza berukuran sedang, juga satu box spageti dalam plastik yang jelas menuliskan dari mana makanan itu dikirim "Wah, suruh ke pintu produksi aja, Pak. Nanti Desi sama Rara tunggu di sana. Makasih, ya?" ujar Desi melambai pada Rara yang menoleh saat namanya disebut Desi. "Oh, baik kalau begitu. Sekarang saya mau minta kurir pergi ke bagian gedung produksi saja." "Iya, Pak." Desi menutup telpon, dengan semangatnya dia menarik Rara yang baru sampai di dekatnya. "Ih, apaan sih, Teh?"
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

bab 434

Lee kembali dua jam berselang, tadi dia sempat membeli satu set perhiasan yang tentu saja dipersiapkan untuk Rara. Tak ada rencana, namun saat melewati pertokoan dengan laju kendaraan yang sedikit tersendat, Lee melihat satu toko yang begitu banyak diserbu calon pembeli, karena penasaran Lee pun bertanya toko apa itu. Dari jawaban Kustiwa, Lee jadi tertarik untuk membeli perhiasan di sana. Jadilah sekarang Lee mempunyai satu set perhiasan yang cantik untuk dia berikan pada Rara nanti. Lee menyimpan dulu perhiasan itu ke asrama, lalu baru kembali ke perusahaan begitu jarum jam hampir berada di angka dua. Nanti malam Lee berencana akan menghubungi ustaz Bumi, untuk mengatakan persiapannya menjadi mualaf sudah semakin matang. Memasuki ruangan QC, mata Lee langsung mencari sosok si pujaan hati yang kembali tidak terjangkau oleh penglihatannya. Entah di mana Rara, hanya ada Desi dan Santi yang menoleh ke ambang pintu yang dibukanya. "Sudah pulang, Oppa?" sapa Desi. Lee mengangguk dan m
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

bab 435

Waktu terus bergulir, waktu bekerja sebentar lagi berakhir, Lee juga sudah selesai mengerjakan pekerjaannya. Ratna sudah masuk ke ruangan, lalu bertukar informasi dengan Santi. Saat matanya menangkap kotak pizza yang ada di dekat Rara, gadis itu memekik senang lantas mendekat. "Pizza! Mau dong, Rara. Masih ada?" tanya Ratna menatap penuh harap. "Eh, si Ratna, belum beres ini," omel Santi pada temannya. "Bentar, Ti. Malak dulu," ujar Ratna dengan cengiran khasnya. "Ambil aja, Teh. Ada tiga lagi, kok," ujar Rara. "Asyik, makasih ya, Ra. Tapi, ini ada dua loh, Ra." Ratna menunjukan isi kotak pada Rara. "Eh, perasaan tadi tiga lagi? Ya sudah, ambil aja, Teh. Abisin juga boleh." "Beneran?" Ratna memekik girang. "Iya, ambil aja." "Makasih, Cantik!" Ratna memeluk Rara yang sedang duduk dari belakang, bertepatan dengan pintu ruangan Lee yang dibuka dari dalam. Rara menoleh kaget, karena dari keterangan Desi dan Santi tadi Lee belum kembali, tapi kenyataannya Lee sudah ada di sana en
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

bab 436

"Terima kasih, Sayang," ujar Lee setelah beberapa detik keduanya saling pandang, dengan Rara yang kemudian mengakhiri suasana syahdu di antara mereka. Rona merah jelas terlihat di pipinya, Lee sangat gemas melihat itu, ingin rasanya Lee mengusapnya agar warna itu segera memudar. 'Ah, Rara kamu sungguh membuat aku tidak sabar!' jerit Lee dalam hati. "Apa kita bisa pulang sekarang?" tanya Rara kemudian. "Ah, tentu. Tapi sebentar." Lee meraih sesuatu dari balik bajunya, seuntai kalung panjang ternyata selama ini dipakai Lee, ada bandul cincin cantik tergantung di sana. Lee melepas pengaitnya, lalu cincin bermata biru itu meluncur jatuh ke telapak tangannya yang lebar. "Ini ... adalah cincin keluarga. Cincin yang akan diberikan kepada menantu dari anak laki-laki pertama setiap generasinya. Setelah ibuku tiada, nenek menyimpan cincin ini, tapi dia memberikan cincin ini saat aku bilang akan pergi ke Indonesia." Lee menatap sendu cincin itu, membayangkan si pemilik terakhir yang terpaks
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

bab 437

Lee kembali menyalakan mesin mobil dan melanjutkan perjalanan. "Mau beli sesuatu dulu?" tanya Lee mengalihkan semua fokusnya, saat mobil sampai di depan minimarket dekat gang yang menuju tempat kost Rara. "Ah, iya. Rara memang butuh sesuatu." Rara merasa diingatkan, keperluan cuci dan mandinya sudah mulai habis, mungpung ingat sekalian saja sekarang. "Sebentar, parkir dulu," ujar Lee membelokkan mobil memasuki parkiran minimarket. "Tunggu sebentar ya, Oppa. Nggak akan lama kok," ujar Rara dengan gesit membuka sabuk pengaman dan segera keluar. Lee menggeleng, gadis itu bahkan tidak mengajaknya turun. Tanpa menuruti apa yang Rara katakan, Lee ikut turun menyusul Rara masuk ke minimarket tersebut. "Selamat datang, selamat berbelanja!" sapaan formal terdengar dari pegawai toko tersebut, Lee tersenyum seraya mengangguk menanggapi sapaan petugas kasir tersebut. Tak menghiraukan efek senyumannya, membuat hati gadis berkucir kuda di belakang meja itu memekik senang. Lee mencari keberada
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

bab 438

"Sstt! Masih rahasia, Bi!" "Ah, sorry-sorry." Robi sedikit mendekat pada Lee. "Ini serius, kan?" tanyanya setengah berbisik. "Sangat! Hari ini aku sudah menyerahkan berkas permohonannya ke masjid di pusat kota, dan rencananya hari Jum'at sekitar jam sepuluhan, aku akan mengucapkan dua kalimat syahadat." Lee menjelaskan dengan penuh keyakinan. "MasyaAllah, alhamdulillah. Aku terharu, Lee." Robi menatap Lee dengan mata berkaca-kaca. "Tapi bukan sekedar karena ingin menikah dengan Rara saja kan, Lee?" "Awalnya ... iya. Tapi semakin aku mencari tahu, aku semakin yakin bukan semata-mata karena ingin menikah dengan kakakmu saja, Bi. Aku merasa nyaman." "Syukurlah. Semoga diberikan kelancaran, Lee," doa Robi tulus. Lee mengangguk, "Kamu mau kan menjadi saksi? Kalau bisa, bapak sama ibu juga, selain ustaz Bumi." Lee menatap penuh pengharapan, orang-orang yang barusan disebutkan namanya selain ustaz Bumi, bisa memenuhi permohonannya. "Aku bisa. Aku akan ajukan cuti atau kalau tidak bisa
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

bab 439

Rara mendadak murung, setelah mengakui perasaannya, juga menerima tanda keseriusan Lee dengan memberikan cincin keluarga, Rara menjadi tidak sungkan menunjukan kalau dia juga tak ingin berjauhan dengan lelaki itu. Meski tetap ada batasan yang dia pegang teguh, sampai Lee benar-benar membuktikan semua omongannya. "Oppa nggak lama kan pulangnya?" lirih Rara memalingkan muka. "Paling cepat dua minggu. Paling lama satu bulan." Lee menjawab sedih, belum pergi saja dia sudah rindu, Rara juga masih terjangkau oleh pandangan matanya, tapi kenapa hatinya sudah terasa sepi? Hampa? Cinta memang sudah membuatnya jadi lemah tak berdaya. Seperti dulu. "Sayang?" "Kok, lama?" Rara menghela napas pasrah. "Sekarang saja nikahnya, mau?" tantang Lee. Rara menoleh cepat, lalu menggeleng. Lee mendengus kasar. "Aku pikir kamu mau bilang iya." "Oppa belum ...." "Sebentar lagi. Doakan aku, ya? Agar semua niat baik kita direstui Tuhan." Rara menatap Lee tak percaya, bukankah Lee tak percaya dengan Tu
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more

bab 440

Robi menunggu Lee mengirimnya pesan, namun hingga jam setengah delapan, lelaki yang tadi bilang akan menghubunginya itu belum juga ada kabar. Rara sedang merajuk, kembarannya itu memilih diam di kamar setelah sholat magrib. Robi sudah mengetuk pintu kamar dan mengajak Rara makan, namun rupanya kekesalan Rara belum hilang atas candaannya tadi tentang Lee. Bahkan saat Robi menggodanya tentang cincin yang melingkari jari manisnya, Rara malah membulatkan mata sambil mengomel tak jelas. Meski begitu Robi yakin, dari Lee-lah cincin itu berasal. Tak ingin bosan menunggu, Robi memilih menelpon Soleh untuk menjelaskan dulu maksud Lee. Tak ingin di dengar Rara tentang isi percakapannya, Robi keluar kosan dan berjalan ke dekat pagar, di mana ada kursi panjang dari bambu. Suara serangga malam juga sesekali suara deru kendaraan, menjadi teman yang mengiringi keheningan malam yang bahkan baru jam delapan kurang. "Halo, Bi," sapa Soleh saat menerima panggilan dari anak lelakinya. "Assalamua'aik
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more
PREV
1
...
4243444546
...
53
DMCA.com Protection Status