Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Juragan / Chapter 321 - Chapter 330

All Chapters of Jerat Cinta Sang Juragan : Chapter 321 - Chapter 330

526 Chapters

bab 321

"Kalian ke kamar saja, biar lebih leluasa," ulang Fatima, tanpa menatap anak dan menantunya yang kini menunduk malu, disimpannya nampan yang dia bawa di meja ruang tamu. "Tapi kalau mau nyicip kue dulu juga boleh," tambahnya lagi. Aylin mengangkat kepala, menoleh pada Aji yang mengulum senyum meski dia juga nampak salah tingkah. Tak nyaman ternyata terpergok mertua sedang mengisengi anaknya, meski mereka sudah sah juga. Aylin mendengus sebal melihat Aji malah mengedipkan sebelah mata, lalu dengan gerakan kepala, memberinya kode agar mereka ke kamar saja. "Emm, Ma! Ini tadi Aylin--Emm, Seta sih, maksudnya. Tadi Seta beliin baju buat mama sama bibi, buat paman juga. Coba dilihat, apa pas untuk kalian," kata Aylin, yang baru teringat dengan hadiah yang dibeli untuk ibu dan juga paman dan bibinya. Mengalihkan rasa malu oleh sebab iseng suaminya. "Wah, kok repot-repot sih, Seta." Fatima menerima beberapa paperbag yang diangsurkan Aylin, mengintip sedikit isinya pada hadiah yang kata Ay
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

bab 322

Sementara Seruni sudah masuk ke ruang bersalin, pembukaan semakin sempurna. Bahkan dia siap mengejan untuk mengantar satu persatu anaknya ke dunia. Dokter bilang kondisi Seruni sangat fit, untuk melahirkan anak kembar mereka secara normal. Arya terus mendampingi, mengusap keringat yang terus menyembul di kening istrinya, melihat perjuangan Seruni, Arya bertekad untuk tidak lagi menambah jumlah anak mereka. Cukup tiga penerus darah Subrata dari keturunannya, ada Aji yang akan menambah jumlah cucu untuk Tirta dan Sukma ke depannya. "Siap-siap mengejan ya, Bu. Jangan dipaksakan, ikuti saja seperti Ibu ingin buang air besar. Duh, udah bagus sekali ini. Siap ya, Bu. Satu ... dua ... tiga, dorong, Bu!" Aba-aba itu terdengar. Lagi Seruni mendorong sekuat tenaga, ingin segera mengakhiri semuanya dengan cepat, melihat anak-anaknya segera. "Ya, bagus! Istirahat dulu, ambil napas yang panjang. Kalau mau minum dulu boleh," lagi suara dokter dengan sabar memberikan arahan. Seruni menggeleng,
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

bab 323

Sukma pun menurut, hingga dia menekan pengeras suara hingga semua orang bisa mendengar suara isak tertahan Arya. "A, bagaimana keadaan menantu Ayah?" tanya Tirta cemas. Arya yang mendengar suara Tirta semakin sedih saja. "Yah, doakan Seruni, Yah. Anak kami yang kedua akan lahir, tapi Seruni kelelahan." "Astagfirullah." Aylin dan ibunya mulai paham, dari mendengar kata yang semua orang ucapkan, termasuk dari bibir Aji. Sesuatu yang tidak menyenangkan tengah terjadi. Aji bahkan sempat menunduk, menyimpan rasa cemas dalam hati atas kondisi yang dialami Seruni. 'Ya Allah, tolong lindungi dia. Mudahkan persalinannya.' Batinnya mengharap Tuhan sudi mengabulkan doanya, seseorang yang berlumur dosa, yang masih menyimpan rasa pada istri kakaknya. Meski sudah bisa dia lanjutkan hidup, dengan membuka hati untuk sosok lainnya, sosok yang kini dia tatap untuk kembali menumbuhkan rasa cinta agar semakin subur dan besar. "Yang sabar, Arya. Kami bantu doa. Semoga Allah memudahkan persalinanny
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

bab 324

"Ada nyonya boss," ujar mereka dengan sigap merapikan tempat kerja masing-masing. Bahkan dokter Santi yang sudah selesai membantu proses persalinan Seruni, segera keluar dari ruangannya. "Bu Santoso datang ya, Sus?" tanya dokter Santi pada perawat. "Iya, Dok. Masih di depan," jelas suster menunjuk ke arah bagian depan. "Ruangan beliau sudah siap? Ini datang bilang dulu atau nggak tadi?" "Sidak, Dok. Atau mungkin nggak niat datang tapi sekedar mampir. Tapi ruangan beliau selalu dibereskan kok, jadi sudah siap," terang perawat menjelaskan, dokter Santi pun mengangguk. Hingga suara hentakan sepatu dengan lantai terdengar, mengiringi sosok seseorang yang tadi Soleh dan yang lainnya lihat di depan. "Selamat datang, Bu Santoso," sapa dokter Santi ramah. "Wah, Dokter Santi yang sedang bertugas ternyata," balas seseorang itu tidak kalah ramah. "Iya, Bu, kebetulan.""Iya-iya ... apa kabar semuanya, sehat?" sapanya lagi pada semua yang sedang ada di sana. "Alhamdulillah sehat, Bu." mere
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

bab 325

Rara masih menunggu kedatangan Lee, dari pagi manajer QC itu tidak juga menampakkan diri. Dari cerita beberapa orang karyawan, Lee saat ini tengah ke kantor pusat untuk membuat laporan. Padahal Rara sampai memilih ambil lemburan agar bisa mengembalikan, sekaligus mengambil buku miliknya juga. Namun hingga jarum jam bergeser satu jam dari waktu kepulangan normal, Lee masih juga belum datang. Rara melanjutkan pekerjaan, sesekali melihat pada pintu masuk ruang QC, berharap Lee muncul dari sana. Tadi Desi sempat menegurnya karena Rara tidak membawa buku, alasan itu yang dia berikan saat Desi menanyakan kemana bukunya. Lupa bawa. Padahal bukan itu hal yang sebenarnya. Rara ikut lembur dengan alasan mau belajar dengan fokus, karena kalau sambil bekerja, tentu pikirannya terbagi dua dengan target bagian kerjanya. "Eh, anak baru, ya?" tanya seseorang yang masuk ke ruang QC membawa sample barang. "Eh, iya, A," jawab Rara sopan. "Panggil aku Mawar. Bukan nama sebenarnya," ujarnya membuat R
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

bab 326

"Mau, Oppa. Rara mau!" kata Rara antusias."Ehem! Baiklah. Sekarang coba kamu buka buku kamu, coba pahami yang sudah aku tulis di sana."Bahkan Lee pun sudah mengganti panggilan formal untuknya pada Rara, sedang pada yang lain dia selalu menggunakan kata saya. Entahlah, Lee juga bingung sebenarnya. Kenapa bisa dia begitu cepat tertarik, pada gadis yang terlihat polos di depannya ini.Atau langsung saja Lee mengatakan kalau dia menyukainya Rara? Apa itu tidak akan dianggap terlalu lancang?Apalagi dia pendatang, orang asing. Apa tidak menimbulkan kesan buruk untuknya? Dan akhirnya Rara malah kurang menghormatinya nanti. Ah, pusing! Rara mengikuti perkataan Lee, dibukanya lembaran kertas yang Lee maksud, dan memang benar ada banyak tulisan baru di sana, jelas itu bukan hasil coretan tangannya. "Eh, iya. Ini memang yang sedang Rara pelajari, dan belum paham." Mata Rara semakin berbinar, Lee tentu saja sangat menyukai keindahan itu. "Syukurlah. Ayo, kita praktekkan langsung, biar kam
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

bab 327

Dan ternyata benar. Arya yang dimaksudkan oleh dokter Santi adalah Arya Sena Subrata. Namun hatinya merasa tercubit dengan tanggapan Arya atas pertemuan kembali keduanya, Arya hanya bersikap datar seperti ciri khasnya ... dulu. "Mari, Bu Santoso," ajak dokter Santi saat kembali Metha hanya menatap Arya yang memasuki kamar perawatan Seruni, setelah kedua box bayi yang berisi bayinya masuk lebih dulu. "Ah, i-iya, Dok. Mari," gagap Metha, lalu mulai melangkah mengikuti dokter Santi. "Maaf, Ibu mengenal pak Arya? Maksud saya, lelaki tadi, ayahnya si kembar?" "Iya. Saya mengenalnya. Sangat," jawab Metha dengan pikiran mengembara ke masa yang telah terlewat berpuluh tahun lamanya. "Oh, begitu." dokter Santi hanya mengangguk, dia sudah cukup mengerti dengan jawaban Metha, tanpa harus bertanya yang lainnya. Bukan ranahnya ikut campur urusan pemilik klinik itu. Kedua suster yang mengantarkan bayi tadi sudah keluar, dokter Santi dan Metha tanpa harus mengetuk pintu lagi langsung masuk, d
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

bab 328

Metha geram sendiri, niatnya untuk menunjukkan pada Arya siapa dia kini, gagal sudah. Dengan sedikit menghentakan kaki, Metha memasuki ruangan pribadinya, bahkan asistennya sendiri tidak diberikan kesempatan untuk masuk menyusulnya.Brak!Pintu dihempas dengan kasar. Dokter Santi dan Gina, asisten Metha, saling pandang tak mengerti. Namun kembali bingkai kayu itu terbuka dengan cepat."Siapkan kamarku, Gina! Kita menginap di sini. Besok baru kembali ke kota," ujar Metha dan tanpa menunggu jawaban Gina, dia kembali menutup kasar pintu itu."Ba--"Brak!Gina dan dokter Santi menggeleng melihat tingkah orang yang selalu terlihat berwibawa itu, baru kali ini mereka melihat sisi lain seorang Metha yang terlihat ... labil?Tapi, untuk alasan apa? Kenapa wanita yang selalu bersikap ramah dan baik hati itu, tiba-tiba jadi seperti anak kecil yang marah karena keinginannya tidak terpenuhi?"Nyonya kamu kenapa?" gurau dokter Santi, beriringan mereka berjalan menuju mess untuk para pekerja klinik
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

bab 329

Tok ... tok!"Selamat sore Bapak, Ibu, maaf menganggu, mau antar makan malam untuk Ibu Seruni." seorang suster masuk membawa nampan, senyuman terukir di wajahnya dengan manis."Silakan, Suster." Seruni menjawab."Sus, apa bisa si kembar di sini bersama kami?" tanya Arya setelah perawat itu menyimpan nampan di atas lemari kecil samping tempat tidur Seruni."Oh, boleh, Pak. Nanti saya akan bawakan dengan teman saya.""Dengan saya saja, Sus. Sekarang boleh?""Bisa, Pak. Mari," ujar perawat tersebut meminta Arya mengikutinya."Sayang, aku tinggal sebentar untuk bawa si kembar, ya? Kamu makan dulu, habiskan. Ya?" ujar Arya yang diangguki Seruni.Setelah membantu Seruni duduk dengan nyaman, juga meletakkan nampan berisi makanan di atas pangkuannya, Arya berjalan cepat keluar kamar, satu kecupan sempat dia labuhkan di kening istrinya sebelum melangkah tadi.Langkah Arya tersendat, saat dia melihat sosok yang tadi sempat membuatnya tak nyaman, keluar dari ruangan yang akan dilewatinya.Tatapa
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

bab 330

"Maaf," ujar Seruni menyadari kekeliruannya. Arya hanya mengangguk. "Selamat malam, Ibu. Bagaimana keadaannya?" sapa dokter Rudi ramah, Arya sudah duduk di tepi brankar. "Alhamdulillah, sehat, Dok," jawab Seruni menatap sekilas pada dokter Rudi. "Alhamdulillah, apa ada keluhan? Bapak bilang Ibu minta pulang, ya?" tanya dokter Rudi dengan menjaga jarak. "Iya. Apa bisa, Dokter?" "Kalau Ibu tidak ada keluhan, boleh. Tapi kita periksa dulu, ya? Si kecilnya masih mimik itu?" tanya dokter Rudi dengan senyum yang tak lepas tersungging. Arya menghela napas panjang, tak nyaman juga ternyata dengan adanya dokter lelaki itu. Untung saja saat persalinan, dokter Santi yang sedang bertugas. "Sebentar, Dok." Seruni mencoba melepaskan bibir bayinya, dan nampaknya memang si kecil hanya iseng saja, hingga dengan mudah Seruni berhasil melepasnya. "Sudah selesai, Dok." "Suster, tolong diambil bayinya," ujar dokter Rudi, sang perawat pun dengan patuh mengambil bayi yang berada dalam gendongan ibun
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more
PREV
1
...
3132333435
...
53
DMCA.com Protection Status