Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Juragan / Chapter 311 - Chapter 320

All Chapters of Jerat Cinta Sang Juragan : Chapter 311 - Chapter 320

526 Chapters

bab 311

Aylin seakan dejavu, langkah kakinya kali ini bahkan lebih gugup dari malam kemarin. Kalau kemarin dia belum yakin Aji akan mengambil haknya, tapi malam ini tentu tidak ada lagi alasan Aji menunda hal itu. Aji bukannya tidak paham dengan ketakutan Aylin, dia pun sama gugupnya. Hanya sebagai laki-laki yang akan mendapatkan apa yang sudah dia bayar dengan mahar dan akad, Aji harus menunjukan kuasanya atas Aylin. Memiliki Aylin seutuhnya malam ini. "Masuklah!" titah Aji saat pintu apartemen sudah dibukanya sedikit. Ragu Aylin menoleh, lalu anggukan kecil yang diberikan Aji, membuat Aylin dengan mantap mendorong pintu itu terbuka lebar. Byur! Siraman kelopak bunga mawar berjatuhan begitu pintu terbuka semua. Aylin mengadahkan tangan, menerima setiap helaian kelopak bunga yang berjatuhan mengenai tubuhnya. Senyuman lebar tersungging manis dari sela bibirnya. "Suka?" tanya Aji sambil memeluk tubuh Aylin dari belakang. Setelah menegang karena sentuhan tiba-tiba Aji, Aylin mengangguk me
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

bab 312

Senyuman tak lepas dari bibir keduanya, saat ini mereka sedang duduk di ruang tengah apartemen. Selepas salat subuh tadi, kembali mereka mengarungi indahnya romansa pengantin baru, menikmati manisnya bulan madu yang hanya mereka berdua saja yang tahu bagaimana indahnya itu. Aji merasa bersalah saat melihat cara berjalan Aylin yang sedikit berbeda, namun harus bagaimana lagi, memang seperti itu prosesnya. Rasa sakit yang dirasakan Aylin, adalah bukti satu kebersamaan yang indah yang telah mereka lewati bersama. Perut mereka sudah meminta isi, namun karena terus memenuhi dahaga cinta, tentunya mereka abai atas kebutuhan tubuh atas hal yang penting lainnya. Aji sudah menghubungi cafe tempat Aylin kemarin bekerja, dia meminta salah seorang pekerjanya yang biasa mengantar pesanan online, untuk mengantar sarapan terlambat mereka. Jarum jam sudah bergeser ke angka sembilan, pantas saja mereka sudah sangat kelaparan sekarang. Berpelukan di sofa depan TV yang menyala, Aylin dan Aji seakan t
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

bab 313

"Uhuk, uhuk!" "Kenapa bisa tersedak, sih?" ujar Cemila merasa iba. Aylin masih berusaha menenangkan diri, tenggorokannya terasa perih. "Ini, Sayang!" Aji mendekatkan segelas air putih, dengan cepat diterima Aylin, dan meneguknya. "Hati-hati," tambahnya cemas. Duduk di lengan sofa untuk mengusap punggung Aylin. "Duduk sini, Seta." Cemila bermaksud berpindah tempat lagi. "Sudah, nggak perlu. Kamu duduk saja, Cemila," tolak Aji, Cemila pun mengurungkan niatnya. "Bagaimana? Sudah enakan?" tanya Aji setelah beberapa saat. Aylin mengangguk, Aji menghela napas lega. "Syukurlah. Lagian kenapa bisa tersedak, sih?" tanya Aji sambil mengusap rambut Aylin, lalu mengumpulnya agar bisa diikat. Mata Cemila awas melihat penampakan leher sahabatnya, matanya jadi ternodai melihat bagaimana bercak itu membuat pikirannya melayang-layang tak tentu. Seganas apa Aji, hingga leher Aylin berhias bekas bibirnya seperti itu? 'Ish, bodohnya aku berada di sini!' Batinnya merutuki diri, niatnya ingin men
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

bab 314

Jam kerja sudah berakhir, setelah memberitahukan tugas yang belum diselesaikannya pada karyawan shift selanjutnya, Rara bersiap meninggalkan ruangan QC, gerakannya sedikit tergesa saat mendengar teriakan Lia yang memanggil namanya "Ra, cepetan, Ra!" seru Lia begitu melihat Rara keluar dari ruangan QC. Dia adalah orang yang bersama-sama Rara masuk melamar ke perusahaan tersebut, dari sanalah hubungan pertemanan mereka mulai terjalin. "Iya sebentar," jawab Rara, tanpa menoleh ke arah berlawanan yang akan dilaluinya. Tanpa Rara sadari dari arah yang berlawanan, nampak Lee berjalan tergesa sambil menunduk, tangannya membawa buku seperti milik semua karyawan yang bekerja di bagian QC. Tanpa bisa dihindari, keduanya pun bertabrakan tepat di depan bagian depan pintu QC. Brak! "Aww!" "Aduh!" Buku yang dibawanya terlempar, begitu juga dengan buku milik Rara. "Aduh, maaf!" ujar Lee dengan menyesal, dia melihat pada seseorang yang telah ditabraknya, dan sedang dia pegang erat tangannya
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

bab 315

Rara keluar dari kamar, di tempat kost Robi saat ini dia sendiri, karena Robi masuk kerja siang, dan akan pulang jam sebelas malam nanti. Setelah mandi, solat, dan makan, Rara bersiap mempelajari lagi cara kerja di QC, membawa buku yang dia kira miliknya ke depan TV. Menghempaskan bokongnya perlahan di karpet, masih belum menyadari buku yang saat ini dipegangnya, bukan miliknya sendiri, Rara lantas membuka buku itu. Rara tersentak kaget, saat melihat tulisan yang ada di sana jelas bukan tulisannya. Bahkan apa maksud dari tulisan tersebut, Rara jelas tidak paham. Dalam kolom nama jelas tertulis si pemilik buku itu. 이 생 호"Akh! Kenapa harus tertukar dengan buku punya mister Lee, sih?" decak Rara kesal sendiri. "Bagaimana kalau dia marah besok? Duh, gimana ini?" Rara bingung dengan apa yang harus dilakukannya. "Tapi kayaknya nggak bakalan marah, deh. Kan nggak sengaja," gumam Rara menenangkan dirinya, meski tetap saja kekhawatiran itu ada. "Apa aku tanyain sama teh Desi, minta nomo
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

bab 316

Sedang Aji mengajak Aylin mengunjungi keluarganya ke hotel. Saat matahari mulai condong ke peraduannya, Aji menggandeng istrinya memasuki lobi, lalu terus menaiki lift menuju kamar ayah dan ibunya berada. Aylin terlihat cantik dalam balutan gamis berwarna merah muda, senada dengan kerudung yang dipakainya. Meski jelas tak menyembunyikan gurat lelah di wajah itu. Setelah menunggu beberapa saat, pintu kamar Tirta pun terbuka. "Aji?" seru Tirta tak percaya akan apa yang dilihatnya. "Siapa, Yah?" tanya Sukma yang ikut menoleh ke arah pintu. "Aji sama Aylin, Bu! Masuklah, Nak!" kata Tirta dengan senang atas kunjungan tak terduga sepasang pengantin itu. "Aji sama Aylin?" Sukma menderap langkah mendekat. "Sehat, Yah?" tanya Aji sambil menyalami, Aylin mengikuti apa yang suaminya lakukan pada Tirta, meski dia hanya menyapa dengan memanggil Tirta saja. "Ayah," sapanya dengan sopan. "Baik-baik, Nak. Ayah baik, masuklah, temui ibu kalian," jawab Tirta mengusap pundak Aylin lembut, bingu
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

bab 317

"Tadi, Wa, niatnya mau numpang makan terus mau nginep bareng ayah juga," terang Aji, lalu bergantian menyalami Mukta yang baru keluar kamar."Bohong, mana boleh nginep di kamar kami, A. Tadi aja dah nempel-nempel terus sama istrinya, yang ada nanti kamar malah dikuasai mereka," sergah Sukma cepat sambil tertawa. "Hmm, nggak bagus itu," kekeh Denni menggoda pengantin baru yang hanya Aji saja paham artinya, karena Aylin hanya mengangguk, dan mengulum senyum. "Aylin sehat, Nak?" sapa Mukta menatap wajah Aylin sedikit pucat. "Alhamdulillah sehat, Wa," jawab Aylin tanpa mengerti kemana maksud pertanyaan terselubung Mukta. "Ah, syukurlah. Hanya jangan terlalu capek," sindir Mukta melirik pada Aji yang pura-pura tak mengerti. "Baru semalam aja udah kelihatan pucat gini, Ji," sambung Mukta, Sukma mengangguk setuju dengan perkataan istri iparnya itu. "Kecapean, Teh," kata Sukma mengusap tangan menantunya. Sedang Aji mengusap wajah malu. Begini rupanya jadi pengantin baru. Digodain terus
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

bab 318

"Ajarin aku bahasa Indonesia," rengek Aylin begitu mereka sudah kembali ke apartemen. Tadi Tirta langsung meminta Aji dan Aylin kembali ke apartemen begitu selesai makan, meski sempat ditahan dulu oleh Raja yang harus membawa dulu hadiah untuk pernikahan Aji di kamarnya.Lagi-lagi Aji menerima selembar cek dari keluarga Denni, meski nominalnya tidak sebanyak yang diberikan oleh Denni padanya. Aylin sendiri juga tercengang melihat angka yang tertulis di selembar kertas itu. Dia sejenak berpikir, sekaya apa sebenarnya keluarga dari suaminya. Dia belum melihat cek dari Denni, karena memang Aji belum menunjukannya. "Ya harus, Sayang. Karena kamu akan tinggal di sana, jadi kamu harus bisa bahasa indonesia, atau paling tidak bahasa inggris kamu makin lancar." Aji memijit hidung mancung istrinya pelan, lalu membuka lemari mencari baju ganti. "Tapi sepertinya ibu tidak bisa bahasa inggris ya, Sayang?" tanya Aylin. "Iya. Bisa sih, sedikit kayaknya nggak sepertinya uwa Mukta secara beliau or
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

bab 319

Arya membantu Seruni berdiri, berjalan perlahan keluar rumah. Perlengkapan untuk persalinan sudah masuk ke mobil tadi. "Hubungi ibu, Sayang. Minta siap-siap kalau tiba-tiba kita hubungi biar segera nyusul ke klinik," titah Arya setelah mereka ada di dalam mobil, lalu perlahan kendaraan roda empatnya bergerak meninggalkan rumah. Seruni menurut, merogoh saku baju gamisnya mengambil ponsel. Dengan sesekali meringis, dia menghubungi Lastri. "Halo, Runi," sapa Lastri yang sedang membereskan rumah, Soleh sendiri sudah pergi bekerja di ladang Arya seperti biasa, meski pekerjaannya jelas sudah berbeda, dengan saat dia masih hanya berstatus pekerja Arya saja. "Bu, Runi mau ke dokter," kata Seruni dengan tenang, berbanding terbalik dengan hatinya yang mulai takut. Meski bukan kelahiran pertama, tetap saja Seruni merasa tegang. Apalagi sekarang ada dua bayi yang akan dia lahirkan. Itupun, kalau benar sakit perut yang dia rasakan sekarang, adalah ciri akan kelahiran anak kembar mereka. "Kamu
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

bab 320

"Bu," Seruni menyapa Lastri yang mengusap kepalanya. "Maafin Runi ya, Bu. Maafin kesalahan Runi," lirih Seruni menahan air matanya."Sudah, yang sabar. Kamu nggak pernah punya salah sama Ibu, kamu selalu jadi anak terbaik Ibu," jawab Lastri, dikecupnya kening Seruni."Terima kasih, Bu, bapak mana?" "Bapak nanti nyusul, Sayang," jawab Arya menyela. "Kamu sudah makan, Runi?" tanya Lastri. "Tadi sudah sarapan, Bu. Sshht," desis Seruni saat merasakan lagi kontraksi yang semakin rapat terasa. Melihat itu, Arya meminta Arun untuk turun dari brankar. "Arun sayang, Arun main sama bi Zahra, ya? Kasian ibu. Bisa?" Aruna menatap wajah ibunya yang meringis, lalu dengan cepat mengangguk. "Iya, Ayah." Arun beranjak bangun, dia mendekatkan kepalanya ke perut Seruni. "Dedek bayi, jangan bikin ibu sakit, ya? Cepet keluar, nanti main sama kakak Arun," ujarnya sambil mengusap sayang perut ibunya, lalu segera turun setelah mencium pipi Seruni. "Arun sayang Ibu." Semua orang yang melihat itu terse
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more
PREV
1
...
3031323334
...
53
DMCA.com Protection Status