Sully keluar kamar dengan maksud menemui Oky. Di dapur, ia malah bertemu Pak Gagah lebih dulu. Pria itu duduk di kursi makan dengan cangkir teh di tangannya. “Bagus baru selesai beresin kayu bakar dari subuh tadi. Belum ada ngeteh, apalagi sarapan. Saya sudah terbiasa mengurus diri sendiri sejak istri saya meninggal. Bagus juga terbiasa mandiri. Tapi sekarang beda. Bagus sudah punya istri. Jadi, memang seharusnya dia diladeni. Setidaknya ada secangkir teh setiap pagi.” Perkataan Pak Gagah yang tanpa tedeng aling-aling membuat Sully membeku di tempatnya. Uang lima juta yang tersimpan di dompet kain tentu saja tidak diberikan cuma-cuma, pikirnya. “Iya, Pak.” Sully tak tahu harus mengatakan apa selain langsung mengiyakan. “Pagi tadi Bagus sudah masak nasi. Itu bumbu dapur semuanya lengkap. Kamu bisa bikin nasi goreng atau apa terserah kamu. Di lemari ada telur. Kalau ada kurang apa-apa yang mau dibeli, bisa dititip ke Bagus. Warung jauh dari sini,” jelas Pak Gagah. “Iya, Pak,” sahu
Last Updated : 2022-07-04 Read more