“Maksud saya ... nanti dilihat Bapak,” kata Wira, memperbaiki kalimatnya. “Aku menantunya,” jawab Sully. “Dilihat tetangga enggak enak.” Wira menoleh sekeliling mereka. “Kalau enggak dilihat tetangga, enak? Gitu?” Sully semakin mengeratkan pelukannya. “Badan Mas ternyata sekeras ini, ya. Mas masih perjaka, ya?” Sully menggaruk-garuk pelan pinggang Wira. Wira berdiri kaku dengan kedua tangan yang tergantung canggung di kedua sisi tubuhnya. “Jangan ngomong yang aneh-aneh,” tegur Wira, menoleh kanan-kirinya gelisah. “Ehem!” Suara deham Pak Gagah yang disengaja, membuat Sully seketika melepaskan tangannya dari Wira. “Bidan pengantin datang bawa perlengkapan buat besok pagi.” “Iya, Pak. Sebentar lagi kami ke kamar,” sahut Wira. Sully mengalihkan perhatian pada jemuran pakaian yang hendak diambilnya tadi. “Masih basah,” gumamnya. Tapi kalau menjemurkan pakaian lagi, itu berarti ia mengurungkan niat pergi dari sana. Sully meraup semua pakaiannya dan menyisakan jaket Wira di jemuran. “
Last Updated : 2022-06-24 Read more