Angin sejuk dari AC menderu seiring Sully menyadari napasnya kian memburu. Bibir Wira sangat lembut dan empuk. Tadinya dia belum memejamkan mata. Tadinya dia juga mengira kalau Wira hanya mengecupnya sekilas. Nyatanya Wira menyesap bibirnya cukup lama. Dua tangan Wira menangkup wajahnya. Membuatnya menengadah sampai ia harus mencengkeram kaus pria itu demi menjaga keseimbangan tubuh. Saat itu Wira yakin bisa menjaga kewarasannya. Melumat bibir Sully hanya untuk menyadari bahwa dirinya memang tersinggung karena wanita itu membandingkannya dengan sosok pria yang bahkan belum ia lihat. Apa memang dirinya setak menarik itu sampai-sampai Sully mengatakan banting setir kalau sampai menyukai dirinya? Satu sisi dirinya melarang tersinggung dan mengabaikan Sully. Sisi lainnya malah ingin menunjukkan pada wanita itu soal siapa dan bagaimana dirinya. Wira mendengar napas Sully mulai cepat dan rintihan halus keluar dari sela-sela bibirnya. Lumatan bibirnya memang cukup lama. Seakan mereka sedang
Ketika Wira meninggalkannya usai mereka saling memagut bibir, Sully melihat sorot berbeda di mata pria itu. Ciuman itu adalah cara Wira agar ia menjauh. Sorot mata boleh menipu, tapi deru napas tak bisa menyaru. Begitu isi kepala Sully. Ia sudah bisa memperkirakan kalau Wira akan terus sibuk dengan berbagai hal.Memang awalnya itu sudah kesepakatan mereka. Bersandiwara menikah dan kemudian mereka sibuk mengurus urusan masing-masing. Harusnya dia senang karena Wira memberinya ruang dan tak merusuhinya dengan tuntutan apa pun. Tapi tetap saja dia tak mau diabaikan.Siang itu dia berencana akan membuat dua video endorse yang masih terhutang. Satu merek produk suplemen pembesar payudara dan satunya beberapa produk dari toko online yang menjual soft lense impor dari Bangkok. Sully sudah sudah duduk bersimpuh di lantai menghadapi kaca tinggi dan sebuah alat catok yang dicolok dengan kabel sambung. Dan pikirannya yang berkelana ke mana-mana soal Wira membuat tangannya meraih alat catok deng
Jalanan Girilayang berbukit-bukit. Naik-turun dengan permukaan tak rata. Sepanjang jalan banyak lubang melesak cukup dalam dengan genangan air yang membuat pejalan kaki harus buru-buru kalau ada deru motor yang akan melintas. Wira dilahirkan oleh seorang wanita Jawa cantik yang meninggalkan keluarga kayanya untuk hidup mengikuti pria keras kepala yang ia cintai. Kata bapaknya, ibunya adalah seorang anak Raden. Keterampilannya banyak. Menjahit, bercocok tanam, membuat kue, juga memasak semua jenis makanan pengisi lambung keluarga. Tak sampai di situ, saat keluarga sedang membutuhkan pemasukan tambahan, ibunya juga memasak kue-kue untuk dititipkan pada tetangga yang berdagang ke pasar. Pernah suatu kali banyak sawah yang mengalami gagal panen. Pak Gagah yang murah hati membagi-bagikan gabahnya yang tak seberapa untuk persediaan beras tetangga. Pria itu meminta istrinya untuk maklum dan berbesar hati. Dan wanita cantik keturunan ningrat itu pun memaklumi suaminya dengan memilih cara ma
Sully sama sekali tak pernah membayangkan kalau perjalanan melihat-lihat Desa Girilayang pertama kali akan ia lakukan di atas boncengan motor Pak Gagah. Awal naik ke boncengan Pak Gagah, Sully sempat bingung di mana meletakkan tangannya. Sully langsung mencoret kemungkinan ia akan berpegangan di pinggang Pak Gagah. Sedangkan kalau ia berpegangan di bahu, ia akan membuat ‘mertuanya’ seperti tukang ojek langganannya. Kalau tidak berpegangan, ia khawatir akan terjungkal di jalanan berlubang. Bisa-bisa Pak Gagah tak menyadari kalau ia terjatuh dan tertinggal di belakang. Akhirnya Sully mempercayakan tangannya di pegangan boncengan. Motor Pak Gagah berbentuk seperti belalang tempur. Hanya terlihat seperti sisa rangka motor. Siapa sangka suara motor itu bisa merusak gendang telinga dan asap knalpotnya mampu menghitamkan lubang hidung hingga pelosok terdalam. Sully berpikir soal siapa yang membuat motor seorang pria tua berpenampilan seperti itu. Jalan menuju kebun Ajeng ternyata cukup ja
Sesaat yang lalu saat Wira baru tiba di kebun Ajeng bersama Saptono dan Hendro, anggota kelompok tani yang juga masih melajang, sekitaran tempat itu sudah ramai. Wira yang tadi datang ke rumah Saptono berjalan kaki, mendatangi kebun itu dengan berboncengan bersama Saptono.“Apa kubilang … sudah ramai, toh? Mas Wira pemuda pujaan seluruh penjuru desa pulang kampung setelah bertahun-tahun merantau. Apalagi pulangnya bawa istri. Semua wanita yang penasaran, pasti mau ketemu.” Saptono terkekeh-kekeh menonjok pelan lengan Wira.“Mau ketemu bagaimana? Aku sudah resepsi dan semua tetangga datang. Mau lihat apa lagi hari ini? Istriku juga enggak ikut,” kata Wira, membuka bungkusan plastik yang dibawanya dari rumah tadi. Tangannya lalu mengeluarkan golok yang terbungkus sarung kulit dan memiliki tali untuk diikatkan ke tubuhnya sewaktu memanjat nanti.“Aku tadi jumpa Ratna sama temannya boncengan naik Hoonda. Aku klakson malah teriak ‘Salam sama Mas Wira.’” Hendro kemudian tergelak. Sedangkan
Kalimat-kalimat yang diluncurkan Oky ada benarnya. Sully juga baru pertama kali melihat seseorang memanjat pohon kelapa yang sangat tinggi dan lurus menjulang ke langit. Tak sadar tangannya menyatu di pangkuan. Tergenggam erat dan basah oleh keringat karena ngeri melihat Wira memanjat terlalu cepat. Sekejab saja kebanyakan wanita yang berada di sana bertepuk tangan. Wira terlihat sedang mengayunkan goloknya menebas ranting kelapa sampai buahnya jatuh berdebum ke tanah.Kalau kebanyakan wanita memuji Wira, hal berbeda terjadi dengan kumpulan laki-laki. Hanya beberapa pemuda yang mengatakan soal kecakapan Wira itu. Selebihnya melontarkan perkataan dengki yang tertangkap telinga Sully. “Halah, kalau begitu saja aku, sih, bisa.”“Wajar kalau dia sesigap itu. Yang dikerjain juga pohon kelapa mbakyu-nya.” Dan yang paling mencolok di telinga Sully adalah perkataan, “Memang doyannya pamer dari dulu. Karena tahu disukai banyak wanita.” Sully menoleh ke kiri untuk melihat siapa yang mengatak
Wira cepat-cepat menangkap tangan Sully yang berusaha mendahuluinya. “Jangan marah. Nanti dilihatin orang,” kata Wira pelan.Sully menghentikan langkah dan melihat tangan Wira di pergelangan tangannya. “Ya, Mas gitu … Jangan pegang-pegang,” kata Sully, menyentak tangan agar Wira melepaskan. Karena tangan Wira bertahan di pergelangan tangannya, Sully melanjutkan langkah.“Iya…iya. Saya panggil Sulis aja,” kata Wira.Sully kembali menoleh Wira dengan sorot mata tajam menusuk.“Mas panggil Sulis aja,” koreksi Wira.Sully kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Ternyata Saptono sudah berada di motornya dengan Hendro di boncengan.“Mmmm … diajak ngomong sama Fariz sebentar aja langsung dipegangi enggak dikasih lepas.” Saptono terkekeh-kekeh memandang Wira yang baru tiba dengan wajah kaku dengan tangan masih menggandeng Sully.“Besok jam sebelas malam aku ke rumahmu,” kata Wira pada Saptono. Mengalihkan fokus Saptono dari genggaman tangannya pada Sully.Saptono memanggil Wira mende
Kecuali hal yang sedang dilakukan Sully padanya saat itu. Wira tak pernah merasa wanita itu merepotkannya. Semua pekerjaan fisik dan kerepotan-kerepotan yang dibutuhkan kaum perempuan, sudah biasa ia lalukan untuk ibunya. Terlebih ketika ibunya jatuh sakit. Ia meluangkan waktu tiga bulan lebih mengurus wanita yang melahirkannya itu sampai mengembuskan napas terakhir dalam pelukannya.Kerepotannya pada Sully cuma satu. Ia terganggu kalau wanita itu mulai menempelinya. Tapi itu bukan jenis terganggu sampai ia membenci Sully. Ia hanya tersiksa. Ia juga laki-laki normal yang bisa khilaf.Wira membelokkan sepeda motor ke bagian depan desa. Mulai meninggalkan jalan yang kanan-kirinya berupa kebun dan mulai memasuki pemukiman yang jarak antar satu rumah dan yang lainnya cukup dekat.“Ini bangunan apa, Mas?” tanya Sully dari boncengan. “Ini Balai Desa Girilayang. Biasa warga desa kumpul-kumpul buat acara, atau pemuda-pemudi buat pertunjukan, rapat atau kegiatan sejenis, tempatnya di sini.” W
Halo ....Selamat pagi Boeboo tersayang pembaca juskelapa. Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.Di sini saya mau menginformasikan bahwa novel ISTRI NAKAL MAS PETANI sudah tamat di Bab 280. Apabila kemarin ada penulisan TO BE CONTINUED di akhir bab 280 itu adalah kesalahan penulisan dan error revisi yang terlalu lama. Jangan lupa aplikasinya di-update agar mendapat tampilan terbaru dari GOODNOVEL yang semakin kece ya. Nantinya ISTRI NAKAL MAS PETANI akan diberi bonus chapter di saat kita semua sudah rindu.Kabar gembira giveaway-nya adalah MAS WIRA & SULIS akan memberikan merchandise sederhana untuk 50 orang pertama di peringkat GEMS 1-50. Bagi yang namanya tertera di peringkat tersebut bisa mengirimkan alamat ke :ADMIN JUSKELAPA melalui pesan singkat dengan nomor 0 8 2 2 -5 7 8 5-1 2 3 8 dengan menyertakan tangkapan layar peringkat GEMS (vote).AtauBisa kirim pesan melalui sosial media inssstagram ketik : juskelapa_ di pencarian. Buat yang belum beruntung bisa men
Pak Gagah ikut mengangkat gelas teh dan meneguk isinya hampir setengah. Baru menyadari nikmat bertukar cerita yang selama ini diamatinya pada kaum perempuan ternyata juga bisa ia rasakan. Sungguh Pak Gagah ataupun Pak Mangun tidak pernah menyangka bahwa hal yang mereka anggap sebagai tindakan tercela bisa mereka ubah menjadi sesuatu yang membawa masa depan baik untuk desa. “Kamu memang tidak berniat menjodohkan Bagus dan Ratna, kan, Gah?” Pak Mangun meletakkan cangklong di sudut bibirnya. Pak Gagah menggeleng-geleng. “Tidak…tidak. Aku tahu maksud Effendi menekan Ajeng soal hutang dan sertifikat kebun pasti berkaitan dengan Bagus. Ratna itu mondar-mandir terus di dekat rumah sini. Setiap berpapasan jalan yang ditanya Bagus. Tapi Bagus, kan, di Riau.” Pak Mangun tergelak. “Oh, sekarang aku ingat. Karena Ratna sering ke sini kamu jadi kepikiran ide buat ngomong kalau Bagus dijodohkan dengan Ratna.” “Alasan perjodohan itu ditambah dengan banyaknya petani yang terjerat hutang di Effend
Desa Girilayang itu terletak di kaki Merapi. Awalnya desa itu hanya berisi 12 kepala keluarga dengan 34 jiwa. Kakek buyut Pak Mangun dan Pak Gagah disebut-sebut sebagai orang pertama yang tinggal di desa itu untuk pertama kalinya. Secara geografis Desa Girilayang merupakan sebuah punggung bukit yang diisolasi oleh dua jurang di sisi sebelah barat dan timur. Itu sebabnya sebelum pembangunan jembatan seluruh warga desa harus berjalan memutari bukit dan cukup lama berada di jalan untuk bisa sampai ke kota.Pada sebuah peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia Wira pernah menyampaikan pidatonya yang mengatakan bahwa Desa Girilayang adalah tempat di mana semua warganya menjaga adat istiadat yang merupakan warisan leluhur. Juga melestarikan tempat-tempat wisata sejarah berikut pemandangan alam cantiknya untuk mendongkrak kemajuan desa dalam bidang pariwisata.Semua orang setuju dengan apa yang disampaikan Wira dan setuju dengan apa yang dilakukan Kepala Desa Girilayang terpilih itu u
Morning sickness yang dialami Sully berlangsung sampai kehamilannya menginjak usia delapan bulan. Sully mulai kuat terhadap bau-bauan dan bisa makan dalam porsi yang lebih banyak. Jika sebelumnya ia sulit menelan air dingin, masuk bulan kedelapan Sully sudah bisa memanjakan lidahnya dengan es teh manis. Seluruh keluarga besar Pak Gagah ikut senang dengan perubahan baik itu. Sully yang ceria sudah kembali. Pagi hari Sully ikut mendampingi anak-anaknya mandi dan makan. Kerjanya tak hanya bergulung di ranjang saja. Sully sudah mulai rajin seperti biasa. Ia juga mulai menggoda Wira dengan meremas bokongnya atau menggaruk perut pria itu. Wira menyambut bahagia godaan-godaan Sully. Sudah cukup lama pemenuhan kebutuhan batinnya berdasar mood istrinya itu. Menunggu belas kasihan Sully yang mau memberikan dengan sukarela tanpa mulut mengerucut. Memasuki bulan kedelapan mereka sudah kembali bercinta dengan hangat. Kehamilan yang terbebas dari morning sickness, tiga anak laki-lakinya sehat, pa
Kedatangan keluarga Pak Gagah yang hanya berjarak seminggu sebelum pesta pernikahan Oky membuat Pak Anwar menyusun agenda sepadat mungkin untuk mengajak besan berkeliling kampunghalamannya.Hal pertama yang dilakukan Pak Anwar adalah mengajak Pak Gagah melihat kebun kelapa Sully yang dibelikan Wira. Dalam perjalanan menuju kebun itu tak lupa Pak Anwar menunjukkan jalan hasil pengaspalan yang didanai oleh Wira.“Lihat seberapa panjangnya jalan menuju ke kebun kelapa ini, kan? Nah, ini semua Bagus yang mengaspal. Warga yang sudah lama mengharapkan perbaikan jalan bisa ikut menikmati yang dilakukan Bagus. Apa yang dilakukannya ini membawa banyak kebaikan. Bahkan warga yang tidak kenal Bagus secara pribadi malah mengenal namanya. Pernah sekali waktu saya ke kebun kelapa, ada seorang pria yang baru pulang merantau menanyakan soal jalan yang bagus. Orang tuanya langsung mengatakan jalan ini diaspal menantunya Pak Anwar. Namanya Bagus.” Pak Anwar terkekeh-kekeh senang saat menceritakan kisah
Rombongan itu benar-benar ramai. Tiga generasi melalui perjalanan panjang berpindah-pindah moda transportasi. Pak Gagah yang sudah lama tidak melancong jauh bangun paling pagi dibanding yang lain. Pria tua itu mengecek semua bawaan mereka untuk kesekian kalinya.Perjalanan hari itu dimulai dengan Asmari dan seorang supir dari pabrik yang diminta mengantar ke bandara.“Asmari ikut juga, kan, Gus? Masa Hendro resepsi Asmari enggak ikut?” Belum apa-apa Pak Gagah sudah protes karena Asmari yang belakangan dekat dengan Hendro tidak terlihat memiliki tentengan.“Asmari ikut, Pak. Nanti setelah mengantar kita ke terminal keberangkatan dia titip mobil di parkir inap bandara. Asmari berangkatnya satu pesawat bersama Pretty dan ibunya.” Wira baru saja melepas Asmari untuk meletakkan mobil di parkir inap. Pak Gagah yang sedang menggendong Bima pun sepertinya masih punya banyak waktu untuk memperhatikan orang sekitar.“Bapak capek? Bima bisa diletak dulu di stroller. Gantian sama Tika. Dari tadi
Dan bukan Sully namanya kalau segala yang ia lakukan tidak menimbulkan kehebohan orang sekeliling. Malam itu setelah mengutarakan keinginannya dengan cara merajuk, Wira menyanggupi semua hal yang akan dilakukan oleh istrinya itu agar mereka mendapatkan seorang bayi perempuan.Pertama-tama mereka berdua mendatangi praktek Dokter Masayu untuk berkonsultasi. Sully santai saja saat mengutarakan keinginannya. Raut dan gesture-nya sangat percaya diri seperti biasa. Terutama saat Dokter Masayu bertanya, “Sulis sudah mau program bayi perempuan? Awang belum dua bulan.” Dokter Masayu mengingatkan.Wira yang masih mengenakan seragam cokelat mengangguk yakin. “Katanya mau sekarang aja, Dok. Biar sekalian aja.”“Kalau bisa sekarang kenapa harus nanti gitu, Dok. Kemarin hamilnya Awang juga bisa secepat itu. Saya mau tahu tips-tips khusus buat hamil anak perempuan.” Sully bicara dengan kedua tangannya yang melingkari lengan Wira. Ia sudah tidak peduli lagi dengan komentar ketiga kakaknya. Karena jik
Bisa dibilang Sully memasuki masa sedang repot-repotnya. Ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi Wira hadir sendirian. Ulang tahun pabrik yang harusnya bersamaan dengan ulang tahun si kembar ternyata perayaannya harus dilewatkan karena Sully baru melahirkan putra ketiganya.Putra ketiga Sully dan Wira lahir di bulan yang sama dengan kelahiran Bima dan Sakti. Dan keluarga Sully kembali datang dengan formasi yang sama. Sari; kakak Sully adalah orang yang pertama kali tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui kehamilan adiknya.Dan hari itu, satu bulan setelah Sully melahirkan Sari kembali datang dengan anak bungsunya yang mulai belajar jalan. Dari ketiga kakak Sully, Sari pulalah yang menggendong putra ketiga adiknya itu sambil mengatakan, “Selamat datang putra ketiga adikku yang dulunya setiap hari ngomong jangan banyak anak.”Karena itu Sully mengerucutkan bibir memandang kakaknya.Keramaian ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi memang senga
Sully sudah melupakan tentang percintaan sore yang dilakukannya dengan penuh semangat dan keringat. Fokusnya sementara hanya tertuju merawat putra kembarnya dan mengerjakan dua tawaran endorsement yang sudah ia sanggupi. Ada dua iklan yang videonya sedang mereka garap. Pil pelancar ASI dan produk korset pelangsing perut. Kedua endorsement itu diterima Sully dengan penuh suka cita. Terlebih tenaga ‘babysitter’ si kembar masih melimpah ruah.Semua orang di rumah sedang berlomba-lomba menjadi sosok yang paling bisa menaklukkan hati si kembar. Semua ingin mendapat sebutan orang yang paling bisa membuat si kembar langsung tenang saat menangis. Termasuk Pak Anwar dan Bu Dahlia yang biasanya sering berdebat kecil. Suami istri itu kini terlihat kompak menjaga cucu laki-laki dari anak bungsu mereka.“Kita harus sering-sering bikin konsep video begini. Biaya produksinya kecil, mengedukasi, juga anti ribet-ribet klub.” Sully sedang membereskan kotak make-upnya.“Konsepnya emang bagus, tapi nggak