Home / Romansa / Istri Nakal Mas Petani / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Istri Nakal Mas Petani: Chapter 241 - Chapter 250

281 Chapters

241. Kemesraan Sejenak

Sebenarnya kegaduhan yang terjadi di depan warung pecel ayam Yu Min belum ada apa-apanya dibanding masalah yang sudah dilalui Wira sepanjang kepulangannya ke Desa Girilayang. Intervensi tengkulak paling berkuasa dan kaya, hampir dijodohkan dengan anak tengkulak, menikah dengan wanita yang baru beberapa jam dikenalnya, kebun arennya yang disabotase, berangkat ke Riau untuk melepaskan jabatan, menjual saham, menyadari perasaan yang tumbuh pada wanita yang menjadi istrinya, malam pertama di perumahan perkebunan, sampai akhirnya ia kembali ke Desa Girilayang membangun pabrik dan kembali mendapat serangan dari pesaing. Bagi Wira, tak ada hidup yang mudah. Semua kebahagiaan harus diperjuangkan. Semua kenikmatan harus diusahakan. Tak yang didapat hanya dengan berpangku tangan. Meski semua kesulitan dalam hidupnya. Dan detik itu ia harus mengusahakan sebuah ketenangan hidup lagi buatnya. Nasib Wira sebagai seorang calon ayah sedang dipertaruhkan. Statusnya sebagai seorang suami siaga sedang
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more

242. Rencana-rencana Kecil

“Yu Min tadi mana?” tanya Sully saat tiba di dapur. Ia baru menyadari dapur yang tadi riuh ramai mendadak sepi.“Yu Min baru pulang. Semua resep sambal dan ayam goreng sudah diberikan langsung oleh si empunya. Sulis bisa makan sekarang.” Ajeng yang kembali muncul di dapur langsung menuju meja makan dan membuka tudung saji. “Bapak ikut makan, ya.”Pak Gagah memang muncul di pintu belakang hampir bersamaan dengan Wira menggeser kursi.“Makan sama-sama, Pak,” ajak Wira.“Tika dan Saras ke mana? Enggak ikut makan?” Bagi Pak Gagah kehadiran dua cucu perempuannya sudah melengkapi sekeliling meja makan meski tanpa menantu laki-laki yang sedang ia berikan waktu merenung. Pak Gagah sedang tak ingin tahu apa yang terjadi di rumah anak perempuannya beberapa saat yang lalu.Ajeng meringis tanpa terlihat siapa pun. Tangannya sibuk memindahkan nasi dari penanak ke sebuah bakul kecil terbuat dari bambu. “Tika dan Saras di rumah, Pak. Waktu ditinggal tadi mereka lagi ngobrol sama bapaknya. Kalau yang
last updateLast Updated : 2023-04-16
Read more

243. Pernyataan Cinta Luar Biasa

Kemarin-kemarin untuk memulai sebuah percintaan yang biasa mereka lakukan memang sedikit sulit buat Sully. Ia kerap mengulur-ulur waktu yang biasanya berakhir dengan dirinya atau Wira yang jatuh tertidur lebih dulu. Atau ketika percintaan itu terjadi malah seringnya ketika Sully yang menginginkannya lebih dulu. Itu pun ia tidak benar-benar melakukannya. Biasanya Sully hanya bercumbu dengan saling menyentuh dan mencium, lalu diakhiri dengan ia sendiri yang memanjakan Wira dengan hal yang ia pelajari dari koleksi video cabul dulunya. Wira tetap bisa mengerang dan mencapai puncak kenikmatan melalui kelihaian tangan dan kecupannya. Namun, tetap saja Wira adalah seorang lelaki menikah yang menginginkan sesi percintaan utuh dan sempurna. Wira paham bahwa keresahan dan kondisi tubuh yang sering dikatakan Sully semakin membengkak turut mengendurkan kepercayaan diri wanita itu. Ditambah dengan kekhawatiran soal kesehatan bayi kembar yang dikandungnya, menjadikan Sully benar-benar protektif te
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more

244. Bentuk Cinta

Wira dan Sully melepaskan kerinduan itu dengan sama besarnya. Desahan yang bersahutan, erangan yang bergantian, napas kasar yang diembuskan ke leher satu sama lain ketika berdekapan, membuat penyatuan pertama malam itu terasa semakin sempurna.“Aduh, Mas. Aku enggak tahan,” erang Sully. Telapak tangan Wira yang pelan-pelan membantunya menggerakkan pinggul malah membuatnya tak sabar. Ritme itu terlalu lambat untuk membawanya ke puncak kenikmatan yang sesungguhnya. “Sedikit lagi.” Sully mengangkat pinggul untuk mendekap Wira lebih erat. Ia juga sadar bahwa Wira pasti tak sabar. Tentu saja seperti biasa. Wira tetap harus menunggunya selesai dengan semua kenikmatan yang ingin ia dapatkan barulah pria itu boleh berbuat sesuka hati untuk mencapai klimaksnya.Gaya bercinta itu sangat jarang mereka gunakan belakangan ini. Sully sering tidak tahan menerima dorongan yang terasa amat memenuhi dirinya. Namun berbeda dengan malam itu. Entah kenapa ia merasa hasratnya bergejolak lebih hebat dari bi
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

245. Alasan Sungkan

Malam itu dihitung Wira sebagai malam yang indah setelah melewati dua kali sesi percintaan sesuai kemauannya. Sully tidak banyak protes. Wanita itu hanya berbaring pasrah membantunya mencapai kepuasan. Mereka keluar kamar setelah memastikan tak ada penghuni rumah yang masih terjaga pukul sebelas malam itu.“Mas jangan jauh-jauh. Pintunya enggak usah ditutup. Aku takut,” kata Sully sambil dengan santainya duduk di closet dan bertukar pandang dengan Wira. Pria itu memegangi pegangan pintu kamar mandi dan berdiri tegak menghalangi seperempat celah pintu yang terbuka.Kemarin-kemarin hal seperti itu sangat aneh bagi Wira. Ia baru tahu ada wanita yang begitu mudah mengatakan apa pun yang diinginkan. Ia juga baru tahu kalau ada sosok wanita yang begitu santai meminta suatu perlakuan padanya.Bagi Wira, untuk banyak hal, Sully adalah yang pertama. Ia bersyukur memiliki istri seperti Sully karena ia tidak harus selalu menebak-nebak isi kepala wanita itu. Sully menjadikan banyak hal lebih muda
last updateLast Updated : 2023-04-28
Read more

246. Semua Ngambek

Saat itu hari masih sangat pagi. Wira bahkan belum sepenuh beranjak dari ranjang. Sejak tadi tangannya masih sibuk membelai kepala Sully sambil sesekali menepuk-nepuk pinggang wanita itu untuk meredakan kekesalannya.Dalam benaknya Wira kembali menyusun percakapan kecil yang membuat paginya nyaris berantakan. Lalu karena teringat sesuatu akhirnya ia kembali menambahkan, “Mas bukan enggak enak yang gimana-gimana ke Bapak. Agak aneh aja kalau jam segini Mas enggak keluar kamar. Bisa-bisa Bapak mengira Mas sakit. Kamu jangan ngambek, Lis. Mas jadi enggak enak hati mau berangkat kerja.”“Tapi aku juga serius, Mas. Kita ini, kan, terhitung masih pengantin baru. Wajar kalau masih mesra-mesraan di kamar pagi-pagi kayak gini. Suami orang lain juga pasti ngelakuin itu lagi sama istrinya. Kayanya cuma Mas sendiri yang sungkan. Kebanyakan sungkan malah bikin rumah tangga sendiri enggak jelas komunikasinya.” Sully masih menggerutu dan kembali mengalihkan wajahnya ke arah lain.Wira dengan serius
last updateLast Updated : 2023-04-28
Read more

247. Semua Mau Bicara

Entah apa yang dipikirkan Wira hari itu sampai-sampai ia berani bertanya hal membuat Pak Gagah mencampakkan seikat kayu bakar. Kilatan mata tua di depannya sudah lama sekali tidak terlihat.“Bapak marah? Aku enggak bermaksud ngomong kalau Bapak mengganggu kami. Masalahnya bukan itu, Pak. Aku enggak mungkin begitu. Bapak jangan salah sangka.” Wira buru-buru menjelaskan dengan kepala menoleh gelisah ke arah pintu. Kali itu ia benar-benar khawatir kalau Sully tiba-tiba muncul di depan pintu dan mendengar amarah Pak Gagah barusan.“Menurut kamu Bapak marah atau enggak? Jangan ngomong kalau ucapanmu itu enggak ada maksud apa-apa. Bapak ini sudah tua. Sudah banyak makan asam garam. Buat apa nanya bangun rumah di dekat pabrik kalau bukan karena kalian yang enggak mau tinggal serumah sama Bapak?” Pak Gagah menarik sebuah terpal dan menutupkannya ke tumpukan kayu bakar dengan wajah cemberut. “Padahal cucunya belum lahir, sudah mau pergi aja. Kok, kayaknya anak sekarang sulit mengerti orang tua
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more

248. Giliran Sully

“Bap-pak ... mau ngomong apa?” Sully tergagap karena kedatangan Pak Gagah yang tiba-tiba. “Kenapa semuanya mau ngomong? Ngomongin apa?” Kali ini Sully yang melemparkan tatapan bergantian pada Wira dan Pak Gagah.Wira tadinya membayangkan akan mengobrol bersama Sully di ranjang sambil menyentuh satu sama lain. Topik apa pun yang dibicarakan dengan sentuhan dan belaian tidak ada yang terasa berat. “Apa aku boleh mandi dulu, Pak? Gerah banget.” Wira mengibaskan kerah kemejanya. Karena tidak ada rapat penting, Wira berangkat ke pabrik mengenakan jeans hitam dan kemeja berwarna abu-abu yang bagian lengannya ia lipat sampai ke siku.Jawaban Pak Gagah lain dari biasanya. Lebih tegas, lebih acuh tak acuh dan tentu saja lebih ketus. “Enggak perlu mandi. Telinga masih bisa mendengar meski belum mandi.”Sully dan Wira bertukar pandang. Walaupun sedikit tidak mengerti dengan sikap Pak Gagah yang mendadak dingin pada mereka, Sully akhirnya mengikuti apa yang dilakukan Wira; mendekati kursi ruang t
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more

249. Ungkapan Suara Hati

Ruang tamu yang tadinya dipenuhi suara dua orang pria bicara bersahut-sahutan sempat hening beberapa saat. Sepertinya Pak Gagah dan Wira baru menyadari keberadaan Sully di ruangan itu. Keduanya lantas memandang Sully seakan menantikan perintah Sully selanjutnya.“Udah bisa diam, kan? Dari tadi enggak ada yang mau nanyain apa pendapat aku. Bapak dan Mas ngomong terus. Biasanya yang banyak ngomong itu aku, Mas. Jangan rebut predikat itu dari aku. Heran, deh.” Sully menujukan kalimat-kalimat terakhirnya pada Wira.“Kamu….”“Aku belum siap ngomong, Mas.” Sully kembali memotong ucapan Wira. “Sebelumnya aku mau nanya ke Bapak, memangnya Mas Wira ngomong apa ke Bapak? Aku enggak mau jadi tersangka di sini.” Sully melirik Wira sedetik.“Mas cuma ngomong….”“Aku nanya Bapak, Mas. Bukan Mas. Yang jawab biar Bapak aja.” Sully menepuk kaki Wira yang membuat pria itu seketika terdiam.“Ehem!” Pak Gagah menegakkan tubuh, kemudian meraih cangkir untuk meneguk tehnya beberapa saat. “Bapak cerita seka
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

250. Istri Kepala Desa

Kentara sekali Wira menahan senyum malu karena pertanyaan Sully. Pengakuan yang ia berikan pada Pak Gagah bisa dibilang sebagai sebuah ketidaksengajaan. Wajahnya sedikit memanas membayangkan apa yang ia ucapkan. “Memangnya yang kamu dengar apa?” Wira masih berkilah. Ia berdiri lebih dulu sebelum mengulurkan tangan pada Sully.“Ya … itu tadi. Aku dengar Mas jual saham di perkebunan karena aku? Benar begitu? Berarti waktu berangkat ke Riau Mas udah mutusin kalau pernikahan kita bakal lanjut? Benar begitu, kan?” Sully belum ikut bangkit dari kursi meski tangannya sudah menggenggam tangan Wira. Mengingat insiden sebelum berangkat ke Riau, Sully menjadi sedikit besar kepala.Wira menoleh sekelilingnya. “Jangan sampai dengar Bapak …,” bisik Wira. “Ngobrolnya jangan sekarang. Mas mandi dulu.”Merasa perkataan Wira ada benarnya, Sully ikut bangkit dan mengikuti langkah pria itu ke kamar. Namun hatinya tak bisa menahan rasa penasaran itu cukup lama. Saat duduk di tepi ranjang memandangi punggun
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
29
DMCA.com Protection Status