"Gimana, Sha? Bisa?" Kak Dinda kembali bertanya. Dia benar-benar kehilangan urat malunya. Parah."Maaf, aku nggak punya uang. Bukannya mereka punya asuransi, kenapa nggak digunakan? Lagian, uang yang kalian pinjam untuk pengobatan Azka, juga belum kalian kembalikan.""Emm ... masalah itu, kamu sabar dulu, ya. Nanti begitu kami punya uang, pasti kami bayar. Tapi ... sekarang aku boleh, kan minta tolong kamu lagi?""Gimana mau nolong? Kan, udah kubilang aku nggak punya uang." Nada bicaraku naik beberapa oktaf. Kesal sekali jika dipaksa begini. Apalagi oleh Kak Dinda yang tak tahu malu itu."Iya, mungkin kamu memang nggak punya uang, tapi Athaar punya, kan? Sebentar lagi, kan kalian mau menikah, bolehlah kami pinjam uangnya dia? Bakalan diganti, kok."Ucapan Kak Dinda langsung membuatku semakin emosi. Pemikiran macam apa itu? Astaghfirullah!"Nggak tau malu banget, ya kamu? Sadar, nggak ucapan kamu itu semakin meyakinkan aku kalo sebenarnya kamu itu belum berubah? Mikir, dong sebelum ngo
Terakhir Diperbarui : 2022-10-09 Baca selengkapnya