Semua Bab Dari Mantan Jadi Ipar: Bab 71 - Bab 80

100 Bab

Wanita Tanpa Urat Malu

"Kok, diem, sih, Sha? Bukannya kamu itu orangnya agresif dan emosian, ya?" Lagi, wanita itu berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu. Dia benar-benar memancing emosi dalam diri ini."Sel, tolong yang sopan sama Ayesha. Aku perhatiin dari tadi kamu sengaja buat Ayesha emosi. Lagian, ada urusan apa kamu di sini?" Mas Athaar akhirnya angkat bicara. Dengan tajam dia menatap Sela, wanita yang sejak tadi bersikap pongah."Sopan? Emangnya dari tadi aku nggak sopan, ya?" Sela tertawa mengejek.Aku mendengkus geram. Rasanya muak melihat tingkah Sela. Terakhir bertemu dengannya terlihat sekali dia berusaha mencari perhatian Mas Athaar. Harusnya, kan dia sadar diri jika Mas Athaar sudah memiliki calon istri. Dasar pelakor!"Sela tolong jangan keterlaluan. Ini tempat umum. Tolong jangan buat keributan di sini." Mas Athaar bicara tegas. Sepertinya dia sudah tak bisa menahan diri lagi."Athaar, kok, kamu emosi, sih? Aku, kan bicara fakta. Dari dulu kalian itu halu tingkat dewa, eh hasilnya apa? Nol
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-22
Baca selengkapnya

Ternyata Azka Belum Berubah

Kak Dinda seperti kesetanan. Dengan beringas dia menghampiri bayi kecil yang baru dilahirkannya itu. Seketika tangis bayi itu pecah, membuat suasana semakin menegangkan.Jelas pemandangan itu tak bisa aku biarkan. Mana mungkin aku tak menyelamatkan Aira, anak Kak Dinda yang kini menangis kejer. Bayi itu pasti terkejut karena suara berisik yang terjadi."Istighfar, Kak. Dia putrimu, dia yang kamu lahirkan dengan taruhan nyawa. Tolong sadar, Kak. Ingat sama Allah," kataku sambil menggendong tubuh kecil Aira. Bayi itu masih menangis kejer. Dia pasti merasa tak nyaman dengan sekitaran dan juga lapar."Nduk, Ayesha bener. Nyebut, Nduk. Ingat sama Allah." Kini Ibu yang berbicara. Nada bicaranya bergetar, tanda ketakutan dan juga khawatir yang teramat.Kak Dinda terlihat lebih tenang. Semoga saja dia sudah sadar dan bisa mengendalikan dirinya. Entah kenapa dia bisa terkena baby blues. Padahal, Ibu dan aku tidak pernah mengabaikannya. Jika karena kelelahan, sepertinya tidak. Karena Aira tergo
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-23
Baca selengkapnya

Jahat!

Lagi, drama kembali tercipta di rumah ini. Sungguh, aku muak dengan keadaan seperti ini. Namun, anehnya aku selalu terjebak lagi dan lagi. Mungkinkah, di keluarga ini isinya hanya drama? Lantas, kapan kebahagiaan dan juga ketentraman akan menghiasi istana kami?Ibu melotot tajam ke arahku. Beliau pasti kaget dan tak suka dengan keributan yang terjadi lagi dan lagi. Namun, di sini tak sepenuhnya aku bersalah. Jika Azka tahu diri dan pandai menempatkan diri, semua ini tak akan pernah terjadi lagi. Sayangnya, Azka memang batu. Sekali keras, selamanya sulit untuk dilembutkan."Ada apa lagi ini, Ayesha, Azka? Kenapa lagi-lagi kalian bertengkar? Apa kalian tidak kasihan sama Dinda? Dia itu butuh ketenangan lahir batin. Dia bisa stres lagi kalo melihat kalian begini." Ibu memarahiku dan Azka. Sementara Mas Athaar terlihat malas menyaksikan drama yang terjadi.Mas Athaar jelas kecewa. Karena lagi-lagi ada masalah yang terjadi ketika kami hendak memenuhi jadwal penataran dari KUA. Sebenarnya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-25
Baca selengkapnya

Surprise Menegangkan

Aku menyeka air mata yang berserakan. Persetan jika manusia di sepanjang jalan ini melihat dan menjadikan tontonan. Kan, mereka tidak tahu apa yang tengah aku rasakan. Mungkin, jika mereka di posisiku, mereka juga tak akan tahan untuk tidak menangis.Hari ini sangat buruk, jauh dari perkiraanku. Tadinya aku pikir, akan berbahagia karena jelang pernikahan, Mas Athaar akan sangat memanjakan diri ini. Namun, kenyataanya rasa sakit yang dia torehkan tanpa perasaan. Ah, sudahlah, yang penting kini aku sudah tak di dalam mobilnya. Dia mengusir, jadi untuk apa tetap di sana? Memangnya aku batu?"Ayesha!" Tiba-tiba Mas Athaar berteriak memanggil. Aku yang saat ini berada di bahu jalan seketika mempercepat langkah. Aku tak mau lagi bicara apalagi naik ke mobil Mas Athaar. Terserah, jika pernikahan kami batal. Belum juga sah, eh sudah berani marah-marah. Mau dibawa ke mana pernikahan kami nanti jika dia tempramental begitu?"Sha, please jangan pergi. Please dengerin aku dulu," pinta Mas Athaar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Ancaman

"Ayesha, Nduk. Kenapa bisa sampe seperti ini?" Ibu duduk di sampingku sembari menangis. Saat ini aku sedang terbaring lemah di ruang perawatan rumah sakit.Ya, karena kejadian di jalan tadi, sekarang aku harus menginap di sini. Pria yang memukul Mas Athaar mendorongku terlalu keras sehingga diri ini terpental ke jalan. Kebetulan, ada sepeda motor yang melintas dan kecelakaan pun tak terelakkan lagi.Menurut Mas Athaar, aku sudah berada di rumah sakit selama enam jam dan sudah menghabiskan dua botol infus. Namun, dia baru mengabari Ibu setelah aku siuman. Katanya tak mau membuat Ibu khawatir."Bu, Ayesha udah nggak apa-apa, kok. Jangan nangis," kataku lemah. Aku tak tega melihat Ibu menangis dan merasa tak enak hati pada Mas Athaar yang sejak aku siuman terus saja meminta maaf. Dia merasa bersalah karena sikapnya di jalan tadi, aku menjadi korban kecelakaan."Saya minta maaf, Bu. Karena saya, Ayesha jadi begini." Mas Athaar tiba-tiba meminta maaf pada Ibu. Padahal sudah aku pesankan ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-28
Baca selengkapnya

Ternyata Bukan Main-main

"Mas, gimana ini? Aku nggak mau kalo Azka sampe ngomong tentang hubunganku dan dia dulu sama Ibu dan Kak Dinda. Aku nggak mau Ibu marah dan Kak Dinda benci aku." Tubuhku bergetar ketika mengatakan hal itu. Perasaanku kacau balau karena sangat-sangat takut Azka akan buka suara tentang rahasia yang sudah mati-matian aku simpan.Mas Athaar mengusap lembut bahuku. Kemudian membawa kepala ini ke dalam pelukannya. "Kamu jangan takut, Sha. Ibumu pasti bisa mengerti kenapa selama ini kamu nggak jujur padanya. Dan masalah Mbak Dinda, kalo memang dia sayang sama kamu, seharusnya dia berterima kasih karena kamu sudah sangat-sangat menjaga perasaannya selama ini. Mas minta kamu tenang, ya. Jangan panik. Nanti malah berpengaruh pada kesehatan kamu.""Tapi, Mas. Aku benar-benar takut. Azka pasti akan mengarang cerita jika selama ini aku sudah berusaha merebut dia dari Kak Dinda. Azka itu licik dia pasti akan membuat aku tersudut dan dia pasti nggak mau disalahkan karena udah nggak jujur dari awal."
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-29
Baca selengkapnya

Bercumbu dengan Azka

"Emm ... Bu, gimana Kak Dinda, dia baik-baik aja, kan beberapa hari ini?" Aku memotong ucapan Azka sebelum dia bicara terlalu banyak. Aku tidak akan memberikan dia kesempatan untuk membongkar masa lalu kami. Sungguh, aku tak mau semua yang sudah aku perjuangkan, dia hancurkan dalam sekejap.Azka tampak kesal. Dia mengunyah makanan sambil menggerakkan gigi. Ibu sempat heran dengan sikapnya dan juga sikapku. Namun, beliau memilih merespon putrinya ini."Kakakmu baik-baik aja, kok, Nduk. Bahkan dia juga rajin nyusuin Aira. Mungkin karena ASI-nya banyak, kan kalo nggak disusukan sakit, Sha." Ibu tersenyum. Beliau pasti sangat bahagia dengan perubahan Kak Dinda. Terlebih, karena Aira semakin menggemaskan."Syukurlah, Bu. Ayesha seneng dengernya.""Tapi, Nduk. Gimana dengan pernikahan kalian? Apa pihak KUA tidak ada komplain sama kalian? Kan, sekali pun kalian nggak ada ikut penataran yang mereka adakan?""Mas Athaar sudah meng-handle semuanya, Bu. Pernikahan kami akan tetap dilaksanakan se
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-31
Baca selengkapnya

Birahi Terpendam Azka

"Brengsek!" Athaar mengarahkan tinjunya tepat ke wajah Azka. Pria itu dengan beringas memukul dan menendang Azka habis-habisan.Sebaliknya, Azka juga melakukan hal yang sama pada Mas Athaar. Bahkan beberapa kali dia menarik rambut calon suamiku itu. Kedua pria itu terus saling menyakiti. Padahal aku sudah berteriak sekencang mungkin agar mereka menyudahi tindakan itu.Kondisiku yang tidak memungkinkan untuk menyudahi pertikaian antara Mas Athaar dan Azka, akhirnya aku paksakan meski bisa berakibat fatal. Dengan menahan rasa sakit yang teramat, aku berdiri dan berupaya melerai perkelahian di hadapan. Namun, dua orang itu tak juga tenang. Mereka semakin menggila dan itu membuatku tak kuasa lagi berdiri.Tubuhku kembali ambruk. Kondisi yang belum pulih benar setelah keluar dari rumah sakit, ditambah terkilir tadi, membuatku tak tahan lagi untuk mengabaikan nyeri di tubuh ini. Melihat aku jatuh, Azka langsung sigap menolong. Berbeda dengan Mas Athaar yang diam dan tak peduli.Tatapan Mas A
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-01
Baca selengkapnya

Dituduh Berzina

Tangan kekar Azka mulai menggerayangi tubuh ini. Dengan tatapan mesumnya itu dia menatapku lekat penuh nafsu. Perlahan, pria itu meraih kancing bajuku dan membukanya. Dia tak peduli padaku yang terus menangis dan meracau memohon agar dia menyudahi kegilaannya."Azka, tolong jangan kek gini. Tolong!" Aku berteriak dengan sisa tenaga. Tubuhku sudah lelah dan sakit sekali. "Ibu, Kak Dinda! Tolong! Siapa pun tolong!""Diam!" Azka membekap mulutku. Dia terlihat sangat marah. "Sudahlah, diam saja. Nikmati saja setiap belaian dari aku. Oke!" bentak Azka sambil terus membekap mulutku.Tanganku berupaya memukuli tubuh Azka. Namun, itu hanya sia-sia saja karena tak berefek apa-apa pada pria yang kini mengenakan celana pendek dan kaos oblong itu. Aku lelah, tapi berusaha agar tak kalah. Mati pun aku rela, tak sudi jika harus menyerah.Azka sudah berhasil melepaskan semua kancing bajuku. Tatapannya semakin bernafsu ketika melihat sesuatu di baliknya. Mungkin, jika dia adalah orang yang sudah sah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-02
Baca selengkapnya

Pengaruh dari Sela

"Ya, sudah. Tolong kamu tetap di lokasi, ya. Sebentar lagi saya ke sana," kata Mas Athaar. Setelah itu dia menutup sambungan telepon dengan orang itu.Wajah Mas Athaar tampak sedih. Sebenarnya ada apa? "Mas, tadi yang nelpon siapa?" Aku tak bisa lagi menutupi rasa penasaran ini. Aku benar-benar takut jika hal itu menyangkut dengan Ibu."Sha, butik kebakaran. Kata Vano kejadiannya sangat cepat. Semuanya habis terbakar. Vano hanya sempet nyelamatin laptop dan beberapa gaun yang dipajang," kata Mas Athaar dengan suara bergetar. Ya, Allah, kenapa musibah terus menghampiri kami? Kuatkan hamba dan Mas Athaar. Aamiin.Tubuhku lemas dan rasanya melayang. Pening dengan cepat menjalari kepala ini. Melihat hal itu, Mas Athaar sigap memegangi tubuhku dan perlahan membantuku kembali berbaring di ranjang. Air mata juga berdesakan keluar. Aku rapuh, sungguh tak mampu membayangkan bagaimana hari-hari setelah ini."Mas, aku nggak apa-apa, kok di sini sendirian. Kamu lihat aja butik. Maaf, ya Mas, di k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status