Semua Bab Dari Mantan Jadi Ipar: Bab 51 - Bab 60

100 Bab

Pria yang Bersama Dina

Aku melotot dan dengan cepat menarik tangan ini dari genggaman Azka. Sebuah tamparan aku layangkan tepat ke wajah manusia menjijikkan itu. Apa dia pikir dokumen itu lebih berharga dari harga diriku?Notabene Azka yang hanya mantan semakin membuat hatiku jijik. Bagaimana bisa dulu aku jatuh cinta padanya? Dia benar-benar pria yang menyedihkan. Rela merampas harta mantan demi bisa balikan padahal sudah menikah. Gila!"Tampar, Sha! Ayo tampar lagi!" Azka berteriak sembari memegangi pipinya.Lagi, tamparan keras mendarat tepat di pipi Azka. Bukankah itu permintaannya? Sungguh, aku geram pada pria itu. Andai negara ini tak ada hukum, sudah melayang nyawa manusia jahanam itu di tangan ini."Dasar munafik! Aku tau kamu itu masih mencintai aku, Sha! Aku tau itu!""Gila! Sedikit pun rasa ini tak ada lagi buat kamu, Azka! Kamu pikir aku apa, hah? Pelakor?!""Kamu memang tidak mengatakan dan mengakuinya, Sha. Tapi hati kamu nggak bisa bohong. Sudahlah, bersamaku kamu akan bahagia. Mendapatkan ci
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-05
Baca selengkapnya

Haruskah Keributan Ini Terjadi?

"Ini beneran, Dok? Dokter nggak lagi membohongi saya, kan?!" Aku bicara dengan nada sedikit tinggi. Emosi hadir menyapa jiwa dan tak bisa lagi aku bendung.Foto-foto Dina yang baru saja aku lihat telah membangkitkan amarah yang membuncah. Andai, diri ini tidak sedang berada di rumah sakit, aku sudah berteriak sekencang mungkin agar semua lepas dan tak lagi membuat dada ini sesak.Dokter Alan mengangguk. "Maafkan saya, Mbak. Tapi ... di sini saya juga sakit. Dia adalah wanita yang diharapkan ibu saya menjadi istri saya."Dokter Alan terlihat sangat terpukul. Ya, Allah bagaimana dengan Kak Dinda nanti setelah tahu suaminya mendua? Mungkin, sekarang dia merasa jika Azka benar-benar mencintainya. Namun, dia pasti lebih terpukul daripada Dokter Alan setelah tahu yang sebenarnya.Permainan apa yang sedang dimainkan oleh orang-orang toxic itu? Tak bisakah mereka menjunjung tinggi arti pernikahan sesungguhnya?***Langkah kakiku rasanya berat sekali ketika berjalan. Koridor rumah sakit ini te
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-07
Baca selengkapnya

Munculnya Sela di Antara Aku dan Mas Athaar

Azka muncul sambil berkacak pinggang. Dengan gayanya yang sok peduli, dia pura-pura pasang badan untuk Kak Dinda. Ah, dasar tukang drama. Dia pikir sandiwaranya itu tak ada yang tahu? Dia pasti tercengang ketika aku bongkar kebusukannya nanti."Sayang ... jangan buang energi kamu sia-sia. Kamu harus ekstra power di persidangan nanti. So, yuk, kita masuk,'' ajak Azka pada Kak Dinda. Huh! Jadi geli melihatnya.Azka dan Kak Dinda pun melenggang pergi meninggalkan kami semua dengan perasaan geram tentunya. Ah, andai Kak Dinda itu tak buta, mungkin dia bisa melihat betapa licik suaminya itu. Namun, nyatanya sangat sulit membuka mata wanita yang sudah cinta mati. Cinta bodoh tepatnya. Hufft ...!"Ayo, kita juga masuk. Ingat, harus santai. Percayakan pada Yang Kuasa jika kita pasti menang.'' Pak Lukas menyemangati kami, terutama aku. "Bu ayesha, boleh saya lihat bukti yang mau Bu Ayesha tunjukkan nanti?"Aku pun mengeluarkan ponsel dari dalam tas, kemudian membuka galeri untuk mencari foto-f
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-08
Baca selengkapnya

Sela yang Sok Manja

Aku bergeming menanggapi ucapan Bu Wening. Memangnya aku harus bagaimana? Beliau, kan tidak tahu jika aku sudah mengenal Sela. Lagipula, rasa bingung ini tak bisa diutarakan lewat pertanyaan. Entahlah, rasanya bibir ini kelu. Mungkin, diri ini terlalu pengecut untuk sekadar bertanya.Mas Athaar juga ikut membisu. Aku yakin, dia gusar menghadapiku setelah ini. Toh, aku biasa saja. Jika memang aku hanya mainan baginya, lantas apa pantas dia aku pertahankan? Jika pada akhirnya dia memilih Sela, aku bisa apa? Intinya, jodoh sudah ada jalannya."Nduk ... kok, kamu diam? Kenapa?'' Pertanyaan Bu Wening seketika membuatku serba salah. Masa iya harus kuakui jika cemburu pada Mas Athaar? Jelas tak mungkin, kan?"Emm ... saya nggak apa-apa, Bu. Cuma sedikit kaget," jawabku sungkan.Bu Wening kini tersenyum sembari mengangguk. "Nduk, ini Sela, temennya Athaar waktu SMA dulu. Dia ke sini ibu yang minta. Karena dia mau--""Permisi ... maaf saya mengganggu waktunya." Tiba-tiba Dokter Alan masuk ke r
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-10
Baca selengkapnya

Bagaimana Jika Butik Melayang?

"Sha, tunggu!" teriak Mas Athaar ketika aku melangkah pergi. Untuk apa aku tetap di sini? Pahit hidup sudah sangat menyiksa, jelas aku tak mau semakin menderita melihat kemesraan Mas Athaar dengan Sela."Thaar! Ihh!" Suara Sela terdengar kesal. Sepertinya Mas Athaar melepaskan tangannya dengan paksa dari tangan wanita manja itu."Ayesha, please jangan kek gini. Mas nggak ada hubungan apa-apa sama dia." Mas Athaar meraih kedua tanganku dan bicara dengan mengiba.Perlahan, aku menatap wajahnya. Kemudian menarik napas dan membuangnya. "Mas, udah, ya. Aku nggak apa-apa, kok," kataku sambil terus menatap Mas Athaar. Namun, nyatanya aku tak mampu berlama-lama beradu pandang dengannya. Ada getaran yang begitu cepat merayap ke seluruh tubuh. Membuat tak berdaya dan lemah seketika."Sel, kata Mas Athaar, kamu mau ngajak aku ke reuni SMA kalian, ya?" Pandanganku sudah teralihkan ke Sela yang kini menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan."Hmmm ... iya, sih. Soalnya, kan nggak mungkin Athaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-14
Baca selengkapnya

Kejutan

Jingga di ufuk barat menghiasi alam semesta dengan indahnya sore ini. Pancaran sinarnya seolah-olah menghiburku yang sedang gulana. Terbukti, kini bibirku melengkung setelah menikmati pemandangan itu. Namun, tetap saja tak mudah menghilangkan kesedihan ini dalam sekejap. Kenyataanya, hati ini masih ngilu karena kalah di persidangan.Semua bukti yang aku miliki nyatanya tak cukup membuktikan dan meyakinkan pihak hukum untuk memenangkan gugatan kami. Pada kenyataannya, aku harus ikhlas menerima jika butik itu kini tak lagi milikku. Benar, hanya pengadilan Allah yang paling adil dan tak ada kesalahan sekecil apapun yang tak diperhitungkan."Sha, kamu yang sabar, ya. Maafin mas yang nggak—""Mas, udahlah. Udah beberapa kali, lho kamu minta maaf. Aku nggak apa-apa, Mas. Kamu jangan merasa bersalah, ya. Ini bukan salah kamu. Mungkin, dengan cara ini Allah mengingatkan aku agar tak lupa jika segala sesuatu pasti akan hilang pada waktunya. Intinya semua itu hanya titipan Mas. Allah udah menga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-16
Baca selengkapnya

Yang Tersembunyi

"Hei, apa kabar? Lama, ya kita nggak ketemu? Eh, nggak taunya ketemu di sini," kata Dina, wanita yang membuat aku dan Mas Athaar terperangah tadi.Dina benar-benar berubah. Bukan hanya tampilan, tapi juga cara bicaranya. Sepertinya sekarang dia sudah menjadi wanita sosialita. Namun, barang-barang branded yang menunjang penampilannya itu dari mana? Apa mungkin Azka sudah menikahi Dina?Semenjak Kak Dinda berhasil menguasai butik, dia tak pernah lagi pulang ke Ponorogo. Ibu pun sudah terbiasa dengan sikapnya itu. Bahkan, kabarnya sekarang pun kami tak tahu. Jika benar sekarang Azka sudah menikahi Dina, bagaimana dengan nasib Kak Dinda, ya?"Selamat datang ke butik kami, Mbak. Mbak mau belanja atau ada perlu apa ke sini?" tanya Mas Athaar dengan wajah ramah, sedangkan aku memasang wajah jutek."Tadinya saya mau ke salon, eh ngeliat butik ini, kok kayaknya menarik. Jadi saya mampir," jawab Dina dengan gaya angkuhnya."Oh, begitu. Terus mau ngabisin duit, ya? Enak banget, ya jadi kamu. Das
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-18
Baca selengkapnya

Hanya Trik Belaka

"Alhamdulillah, ya akhirnya rencana ini terwujud juga." Bu Wening membuka kata setelah acara lamaran usai. Kini, beliau dan keluarganya sudah bersiap hendak pulang.Keluarga Mas Athaar semuanya hadir dalam acara lamaran tadi. Tak terkecuali istri Mas Agung yang selama ini membuatku penasaran bagaimana rupanya. Ternyata dia sangat menawan. Cocok dan serasi sekali dengan Mas Agung."Iya, Ning. Alhamdulillah akhirnya anak-anak kita sebentar lagi naik pelaminan. Harapan kita jadi besan sebentar lagi jadi kenyataan," sahut Ibu dengan wajah berbinar. Sementara kami yang mendengar juga ikut senyum-senyum."Nduk ... terima kasih, ya sudah menerima Athaar. Sebagai orang tua, kami berharap pernikahan kalian nanti berjalan lancar dan bahagia dalam sakinah, mawadah, warahmah.""Aamiin ...," sahutku dan diikuti yang lainnya. "Terima kasih do'anya, Bu. Insya Allah, semua akan baik-baik saja dan berjalan tanpa kendala."Acara lamaran ini sangat sederhana. Ibu tak mengundang banyak orang, hanya beber
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-21
Baca selengkapnya

Keputusan Apa?

Mendengar ucapan Kak Dinda, seketika darahku terasa mendidih. Ternyata benar yang aku duga. Dasar manusia menjijikkan! Sekarang, aku semakin yakin jika Azka sebenarnya tidak kenapa-napa."Ehemm! Maksudnya apa, ya? Kenapa harus Ibu yang bayar rumah sakit suami Anda? Bukannya keluarganya masih ada dan mereka itu bergelimang harta, ya?" Aku berusaha sabar dan bicara selembut mungkin. Akan aku lihat bagaimana reaksi Kak Dinda."Perusahaan Mas Azka pailit. Dia ditipu kliennya dan saham yang dia tanam di perusahaan kliennya itu ternyata nggak ada kejelasan. Sekarang kami benar-benar susah. Tolong, jangan berpikir jika kami berbohong.""Ya, Allah, kasihan kalian. Yang sabar, ya, Nduk. Jadikan itu semua pelajaran. Minta maaf, ya sama adikmu. Bagaimanapun kita ini keluarga dan kamu sudah sangat berdosa padanya, Nduk." Ibu berbicara dengan lembut, aku tahu beliau berusaha membuat hati Kak Dinda luluh. Namun, aku tak yakin jika putrinya itu mau mendengarkan.Kak Dinda terisak, entah benar-benar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-22
Baca selengkapnya

Tak Tahu Malu!

"Bu, jangan. Lebih baik kami ngontrak aja." Kak Dinda tiba-tiba berbicara. Aku yang sejak tadi penasaran dengan kelanjutan ucapan Ibu, kini semakin bertanya-tanya. Sebenarnya apa maksud mereka?"Jangan, Nduk. Susah senang kita harus sama-sama. Ibu ndak setuju kalo kalian ngontrak. Apalagi sekarang kamu sedang hamil. Jangan ambil resiko."Ucapan Ibu barusan seolah-olah menjadi jawaban atas pertanyaanku. Aku sadar jika Ibu hanya mau selalu dekat dengan anaknya. Namun, aku tak setuju pada perkataannya yang susah senang harus sama-sama. Bukannya, Kak Dinda itu tidak punya rasa empati selama ini? Senangnya tak mau dia bagi, sedangkan ketika susah lari pada kami. Apa itu pantas?"Hmm ... Bu, Ayesha pamit ke butik, ya. Soalnya harus ngecek laporan penjualan bulan ini. Setelah itu mau ketemu Mas Athaar buat foto prewedding. Mungkin Ayesha pulangnya agak malam." Aku meraih tangan Ibu dan mencium punggungnya. Aku tak peduli jika dicap tak sopan karena meninggalkan obrolan yang belum usai. Bukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status