Share

Keputusan Apa?

Penulis: Nania Orchid
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-22 22:47:17

Mendengar ucapan Kak Dinda, seketika darahku terasa mendidih. Ternyata benar yang aku duga. Dasar manusia menjijikkan! Sekarang, aku semakin yakin jika Azka sebenarnya tidak kenapa-napa.

"Ehemm! Maksudnya apa, ya? Kenapa harus Ibu yang bayar rumah sakit suami Anda? Bukannya keluarganya masih ada dan mereka itu bergelimang harta, ya?" Aku berusaha sabar dan bicara selembut mungkin. Akan aku lihat bagaimana reaksi Kak Dinda.

"Perusahaan Mas Azka pailit. Dia ditipu kliennya dan saham yang dia tanam di perusahaan kliennya itu ternyata nggak ada kejelasan. Sekarang kami benar-benar susah. Tolong, jangan berpikir jika kami berbohong."

"Ya, Allah, kasihan kalian. Yang sabar, ya, Nduk. Jadikan itu semua pelajaran. Minta maaf, ya sama adikmu. Bagaimanapun kita ini keluarga dan kamu sudah sangat berdosa padanya, Nduk." Ibu berbicara dengan lembut, aku tahu beliau berusaha membuat hati Kak Dinda luluh. Namun, aku tak yakin jika putrinya itu mau mendengarkan.

Kak Dinda terisak, entah benar-benar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Tak Tahu Malu!

    "Bu, jangan. Lebih baik kami ngontrak aja." Kak Dinda tiba-tiba berbicara. Aku yang sejak tadi penasaran dengan kelanjutan ucapan Ibu, kini semakin bertanya-tanya. Sebenarnya apa maksud mereka?"Jangan, Nduk. Susah senang kita harus sama-sama. Ibu ndak setuju kalo kalian ngontrak. Apalagi sekarang kamu sedang hamil. Jangan ambil resiko."Ucapan Ibu barusan seolah-olah menjadi jawaban atas pertanyaanku. Aku sadar jika Ibu hanya mau selalu dekat dengan anaknya. Namun, aku tak setuju pada perkataannya yang susah senang harus sama-sama. Bukannya, Kak Dinda itu tidak punya rasa empati selama ini? Senangnya tak mau dia bagi, sedangkan ketika susah lari pada kami. Apa itu pantas?"Hmm ... Bu, Ayesha pamit ke butik, ya. Soalnya harus ngecek laporan penjualan bulan ini. Setelah itu mau ketemu Mas Athaar buat foto prewedding. Mungkin Ayesha pulangnya agak malam." Aku meraih tangan Ibu dan mencium punggungnya. Aku tak peduli jika dicap tak sopan karena meninggalkan obrolan yang belum usai. Bukan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Benalu

    Rasa sesak ini tiba-tiba menyeruak dalam dada. Andai, saat ini sedang sendirian, mungkin air mata ini sudah aku biarkan lolos. Namun, di sini aku harus berpura-pura tegar, meski sejujurnya remuk, rapuh dan ingin meraung.Tak ada yang bisa kulakukan selain tersenyum dan mengangguk. Apa yang bisa dilakukan jika Ibu saja mengizinkan Azka beserta ibunya tinggal di rumah ini. Aku hanyalah orang yang dibesarkan dan dianggap anak oleh Ibu. Bukan pemilik dan yang berhak di istana yang kini berubah neraka."Alhamdulillah, kalo kamu setuju. Sekarang ibu lega. Semoga setelah ini semuanya baik-baik saja dan ndak ada masalah lagi." Ibu berkata dengan bahagia. Namun, hatiku ngilu seperti ditusuk ribuan jarum. Sakit."Ya, udah. Ayesha ke butik dulu, ya, Bu.""Lho, kok ke butik lagi? Bukannya kamu baru pulang?" Ibu terlihat bingung."Ayesha lupa kalo belum ngecek laporan penjualan hari ini. Ayesha pamit, ya, Bu. Assalamualaikum." Aku mencium punggung tangan Ibu, kemudian berlalu pergi dengan hati rem

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-28
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Dalam Ancaman Bahaya

    "Saya di sini. Kenapa nggak bilang langsung?" Aku keluar dari kamar dan langsung berbicara tanpa basa-basi pada Bu Santi."Eh, Ayesha." Bu Santi cengengesan. Wajahnya sangat menyebalkan. "Emm ... kamu dengar, ya percakapan saya dan ibumu? Maaf, ya sudah buat kamu terganggu.""Nggak perlu drama. Saya nggak suka orang yang wajahnya dua. Lain kali kalo ada perlu sama saya bicara langsung ke saya. Jangan ke ibu saya.""Sha, kamu salah paham. Ini nggak seperti yang kamu kira." Azka muncul dan mencoba membuat aku tenang. Namun, cara pria itu terkesan berani dan terang-terangan. Ya, Azka dengan berani memegang tanganku erat. Padahal ada Kak Dinda."Lepas!" Aku mengibaskan tangan Azka kemudian melenggang masuk ke kamar. Entah kapan orang-orang toxic itu hilang dari hidupku?***"Mbak, laporan keuangan sudah saya lampirkan secara rinci di sini. Mohon dicek, ya, Mbak." Asistenku menghampiri dan menyerahkan dokumen padaku."Baik, nanti saya cek, ya. Terima kasih, ya.""Iya, Mbak. Saya permisi du

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Azka Sok Ramah

    "Jangan kurang ajar! Berani kamu membuat masalah lagi sama aku, aku pastikan kamu tidak bisa lagi menghirup udara segar. Ingat itu!" Aku balik mengancam Azka. Biar dia tidak semena-mena dan berpikir bisa menakutiku.Azka menarik ujung bibirnya. Seringainya membuatku merasa semakin jijik. Dia seolah-olah menakutiku dengan wajahnya itu. Namun, sedikit pun hati ini tak gentar melihatnya. Tadinya memang aku ngeri membayangkan Azka menyakiti orang-orang yang menghalangi dia bersamaku. Namun, akhirnya aku bisa berpikir jernih karena Azka tak mungkin bisa melakukannya seperti semudah membalikkan telapak tangan."Dengar, sebanyak apa pun usaha kamu agar bisa bersama aku, aku tidak akan pernah kembali sama kamu. Sadar, kalo hubungan kita sudah tidak bisa diulang. Kamu harus tau diri. Jangan lupa kalo ada anak yang nantinya harus kamu ajarkan kebaikan. Gimana anak kamu mau jadi orang baik kalo kelakuan kamu bejat? So, jangan mengharap sesuatu yang bukan ditakdirkan untuk kamu. Syukuri apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Hancur Sudah Semuanya

    "Ibu ...." Aku gelagapan karena sangat kaget dengan kedatangan Ibu yang tiba-tiba. Padahal, sejak tadi Ibu berada di kamar. Apa Ibu menguping percakapanku dengan Azka barusan?Wajah Azka juga tak kalah tegang. Pria itu pasti ketar-ketir karena kini Ibu menatapnya tajam. Ya, Allah bagaimana ini?"Kenapa kalian diam? Jawab ibu," kata Ibu lagi."Bu, Ibu kenapa? Mas Azka dan Ayesha nggak ada apa-apa. Tadi itu Mas Azka minta maaf ke Ayesha. Tapi Ayesha belum bisa memaafkannya," jelasku pada Ibu. Aku sangat berharap Ibu percaya meski tak menutup kemungkinan akan dicap pendusta olehnya.Aku benar-benar takut jika Ibu mendengar percakapanku dengan Azka tadi.Ibu masih terlihat marah. Apa setelah ini Ibu akan semakin marah?"Nduk, ibu tau kamu sangat sakit hati, tapi jika Azka sudah minta maaf dan mengakui kesalahannya, belajarlah memaafkan. Sejatinya kita semua tak luput dari dosa. Jadikan semuanya pelajaran berharga untuk ke depannya. Ibu tidak memaksamu untuk memaafkan Azka, tapi sebagai or

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Bukan Mesin Pencetak Uang

    Aku berusaha menghubungi nomor telepon Mas Athaar. Namun, usahaku itu hanya sia-sia saja lantaran pria itu tak menggubrisnya. Parahnya, dia malah mematikan ponsel dan kini aku tak bisa lagi meneleponnya.Aku harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Mas Athaar. Dia tak boleh salah paham dan marah seperti itu. Harusnya, dari awal aku tak perlu bicara dengan Azka. Karena dia semua jadi kacau begini."Sha, aku minta maaf, ya gara-gara aku, kamu jadi—""Diam! Tutup mulutmu dan pergi dari sini!" hardikku pada Azka dengan air mata berlinangan. Hatiku kacau, aku kalut bercampur bimbang. Pikiran buruk terus saja menari-nari dalam otak ini.Azka terlihat serba salah dan akhirnya pergi dari butik. Beberapa pelanggan terlihat tegang dan ada yang memilih meninggalkan butik. Aku tak peduli."Minum dulu, Mbak." Bela menyodorkan segelas air putih padaku. "Maaf, Mbak, tadi itu siapanya Mbak? Kok, Mas Athaar langsung emosi ketika melihat dia?"Ah, dasar Bela kepo. Kenapa dia berani sekali menanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Mas Athaar Balas Dendam

    "Gimana, Sha? Bisa?" Kak Dinda kembali bertanya. Dia benar-benar kehilangan urat malunya. Parah."Maaf, aku nggak punya uang. Bukannya mereka punya asuransi, kenapa nggak digunakan? Lagian, uang yang kalian pinjam untuk pengobatan Azka, juga belum kalian kembalikan.""Emm ... masalah itu, kamu sabar dulu, ya. Nanti begitu kami punya uang, pasti kami bayar. Tapi ... sekarang aku boleh, kan minta tolong kamu lagi?""Gimana mau nolong? Kan, udah kubilang aku nggak punya uang." Nada bicaraku naik beberapa oktaf. Kesal sekali jika dipaksa begini. Apalagi oleh Kak Dinda yang tak tahu malu itu."Iya, mungkin kamu memang nggak punya uang, tapi Athaar punya, kan? Sebentar lagi, kan kalian mau menikah, bolehlah kami pinjam uangnya dia? Bakalan diganti, kok."Ucapan Kak Dinda langsung membuatku semakin emosi. Pemikiran macam apa itu? Astaghfirullah!"Nggak tau malu banget, ya kamu? Sadar, nggak ucapan kamu itu semakin meyakinkan aku kalo sebenarnya kamu itu belum berubah? Mikir, dong sebelum ngo

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Teriakan

    Aku menangis tersedu-sedu karena sesak di dada ini sudah tak tertahankan lagi. Ingin mengutuk semesta yang selalu tak adil padaku. Namun, siapa aku? Yang berani-beraninya menyalahkan takdir yang terjadi?Perlahan aku berjalan menuju parkiran. Nyatanya datang ke tempat ini hanya mendapatkan kegetiran. Mas Athaar pembohong, tahu begin lebih baik aku tidur."Ayesha ...." Sayup-sayup aku mendengar suara Mas Athaar memanggil namaku. Ah, aku pasti berhalusinasi karena terlalu berharap pria itu menyusulku di sini."Ini uang parkirnya, ya, Pak." Aku membayar uang parkir dengan air mata yang masih berlinangan. Persetan jika dipandang aneh dan dinilai cengeng."Ayesha ...." Tiba-tiba Mas Athaar sudah berada di dekatku dan menggenggam tangan ini ketika aku baru saja hendak membuka pintu mobil.Hatiku yang sakit karena tingkahnya, merasa jika tak perlu untuk bicara dengan Mas Athaar. Aku menepis tangan pria itu dan langsung membuka pintu mobil kembali. Namun, Mas Athaar malah memelukku dari belak

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12

Bab terbaru

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Semua yang Manis

    Jantungku serasa copot ketika seorang wanita itu masuk dan mendekati Mas Athaar. Bukankah kamar adalah privasi dan haram dimasuki orang luar? Namun, kenapa wanita itu begitu biasa dan tak canggung sama sekali.? Bahkan ketika dia tahu jika Mas Athaar tengah video call dengan istrinya. Parahnya lagi, wanita itu malah menyapaku. Aku memasang wajah masam ketika Mas Athaar kembali fokus ke layar handphone. Pria itu tersenyum simpul seperti berpura-pura bodoh. Sepertinya dia sengaja agar aku tak lagi marah padanya."Sejak kapan kamu punya pembantu, Mas? Kenapa, nggak bilang aku dulu?" Aku bertanya dengan wajah yang masih masam."Sayang ... santai. Jangan marah, dong. Nanti cantik kamu ilang gimana?" Mas Athaar malah menggodaku."Mas!" kesalku dan langsung disambut tawa oleh Mas Athaar. Andai saja dekat, pasti sudah aku cubit pinggangnya."Sebenarnya Bulek Hanum bukan pembantu, Sayang. Dia cuma kebetulan lagi berobat di Malang. Dan dia di sini sama Mbak Asri dan Mas Agung juga. Kamu lupa ka

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Diduakan Ketika Berjauhan

    Sebuah perjalanan cinta indah telah aku rasakan nikmatnya. Menggapai puncak nirwana juga telah aku tempuh bersama pria bergelar suami. Kini, aku tengah berbadan dua, mengandung buah cintaku dengan Mas Athaar setelah delapan tahun pernikahan kami.Layaknya wanita hamil, aku merasakan berbagai hal tak mengenakkan sekaligus menyenangkan. Ada tawa tiap janin yang kini berusia empat bulan merespon suara dan sentuhan kami orang tuanya.Mas Athaar semakin sayang padaku. Begitu juga dengan Mama dan Papa Mertua. Namun, akhir-akhir ini sikap Kak Dinda agak aneh. Mungkin dia merasa jika aku sangat beruntung ketimbang dia yang kurang perhatian mertua.Azka sekarang banyak berubah, tapi aku merasa jika dia masih saja memperhatikan diri ini. Namun, tentunya tak seperti dulu. Pria itu kini sangat berhati-hati. Mungkin, karena kini dia sudah memiliki tiga buah hati dengan Kak Dinda. Jadi, pikirannya lebih dewasa.Meskipun sedang hamil, aku tetap sibuk menjalani hari-hari. Mulai menjadi istri hingga w

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Bercinta Penuh Gelora (area 21++)

    "Kenapa kamu bertanya seperti itu, Sha? Apa ada yang mengganjal di hati kamu?"Aku mengangguk mendapat pertanyaan seperti itu dari Mas Athaar. Karena memang kenyataannya ada beberapa hal yang masih mengganjal pikiran."Katakanlah. Mas akan coba jawab sejujurnya." Mas Athaar mengedipkan mata sambil membelai rambutku yang panjang terurai. Wajahnya menenangkan dan itu mampu membuat hatiku berbunga-bunga.Sepersekian detik aku hanya bergeming dan menatap wajah Mas Athaar lekat. Berusaha untuk menyusun kalimat yang tepat agar tak ada hati yang tersakiti."Mas, sekarang kita, kan sudah menikah. Dan, sesuai kesepakatan di awal, tidak ada kebohongan yang kita sembunyikan di antara kita." Mas Athaar menganggukkan kepala sebagai tanda ingat akan janji yang pernah terucap."Mas, siapa, sih anaknya Bu Broto? Apa ada hubungannya dengan kamu?" Dengan to the point, akhirnya aku menanyakan hal yang memang ingin aku ketahui jawabannya.Mas Athaar sedikit kaget. Namun, dia tetap tenang. Sebuah senyuman

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Terbuai Cinta dalam Curiga

    Curiga yang aku rasakan bukan tanpa alasan. Tatapan mama mertua padaku kini seperti salah tingkah. Jelas, ada yang disembunyikan olehnya. Tapi apa?Mas Athaar juga menghindari kontak mata denganku. Rasanya, hari bahagia ini menjadi hambar karena hal ini. Seharusnya, kan sekarang aku happy, tapi malah curiga dan sakit hati.Menyalami para tamu pun sudah tak fokus lagi. Ingin sekali acara ini segera usai agar apa yang sedang mengganjal di hati ini segera enyah. Pokoknya, aku harus mempertanyakan siapa itu anaknya Bu Broto pada Mas Athaar."Nduk, kamu kenapa? Senyumnya, kok ilang? Itu Bude Miah mau salim, kok kamu malah cemberut. Piye, to?" Ibu menepuk pundakku dan berkata demikian padaku.Ah, ternyata curiga ini sudah membuat semuanya kacau. Suasana hati yang tak enak nyatanya sudah mengubah diriku. Bahkan orang lain pun terkena imbasnya. Fokuslah, Ayesha!"Sayang, kamu nggak apa-apa? Kamu capek, ya?" Kini, Mas Athaar yang berbicara. Wajahnya terlihat khawatir. Sebegitu pedulikah dia? A

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Rasa Curiga di Hari Bahagia

    Suara Mas Athaar terdengar mengancam. Mungkin, Ibu juga mendengarnya karena posisi dapur dan ruang tamu tidaklah jauh. Namun, entah di mana Ibu. Wanita itu tak muncul sama sekali. Apa iya jika Ibu sudah malas ikut campur dan mendamaikan kami seperti biasanya?Langkahku terhenti. Entahlah, seperti sudah terprogram untuk menuruti perkataan Mas Athaar. Namun, sebenarnya lebih dari itu. Ya, aku takut hubungan kami semakin hancur jika aku menuruti ego diri tetap pergi.Aku memutar badan. Memasang wajah setenang mungkin padahal hati sudah dongkol sekali. Sesak merajai. Andai aku bisa berontak, tapi bagaimanapun aku harus tetap memikirkan hati Ibu."Ayesha, menikahlah dengan mas. Maaf untuk semua yang telah terjadi. Mas hanya kalap, takut kehilangan kamu. Asal kamu tau, mas sudah beberapa hari nggak pulang ke rumah. Mas mencari ketenangan sendiri dan mohon petunjuk Allah. Sekarang, mas sudah yakin, jika dengan menikah dengan kamu, adalah pilihan yang terbaik. Kamu mencintai mas, kan?" Mas At

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Ancaman dari Mas Athaar

    Beberapa detik berlalu begitu saja tanpa dialog di antara aku dan Mas Athaar. Bahkan, aku tak sedikit pun menoleh ke arah pria itu. Diriku hanya mematung dan kebingungan harus berbuat apa.Sementara, suara desah napas Mas Athaar terdengar panjang. Mungkin, pria itu merasa kecewa dengan sikapku yang terkesan cuek."Sha ... kamu beneran udah benci, ya sama mas?" Mas Athaar akhirnya buka suara. Nada bicaranya terdengar parau.Aku menoleh, rasanya tak enak hati jika terus-terusan berdiam diri dan tak merespon ucapan Mas Athaar. Pria itu tak bersalah sama sekali. Hanya terkadang dia terlalu berlebihan cemburu.Aku kikuk berhadapan dengan Mas Athaar. Seperti saat pertama jumpa. Degup jantung pun mulai tak keruan. Ah, kenapa aku jadi berlebihan? Harusnya aku biasa-biasa saja.Mas Athaar mendekat. Aroma parfum pria itu begitu menyengat hingga menusuk rongga penciumanku. Dia pasti sengaja memakai banyak wewangian agar aku terkesan. Padahal, aku adalah tipe orang yang kurang suka parfum dengan

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Rindu yang Hampa

    Menikah kemudian membina rumah tangga adalah impian setiap orang termasuk aku yang kini sudah layak berada di fase itu. Akan tetapi, halangan dan cobaan datang silih berganti untukku mencapai tujuan.Entahlah, mungkin memang belum saatnya Allah meridhoi aku berumah tangga. Padahal akad sudah hampir terucap. Bagaimanapun jika Allah tak berkehendak, semua tak mungkin terjadi.Sudah hampir seminggu Ibu pulang dari rumah sakit. Kondisi beliau juga semakin membaik. Alhamdulillah, Ibu tak mempermasalahkan dan menyalahkan diri ini atas kejadian yang menimpanya. Namun, juga tak sepenuhnya rela aku batal nikah.Persiapan pernikahan yang sudah sangat matang nyatanya tak menjamin sepasang kekasih akan bersanding di pelaminan. Nyatanya, kini aku harus mengikhlaskan batal nikah karena berbagai masalah yang datang.Pihak keluarga Mas Athaar nyatanya masih keberatan menerimaku jadi mantu yang katanya sudah membuat keluarga besar mereka malu. Terlalu berlebihan, nggak, sih? Kan, aku tidak melakukan h

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Siapa yang Egois?

    "Stop! Diam!" teriakku sembari membantu Mas Athaar berdiri. Pria yang sebentar lagi menjadi suamiku itu tadi jatuh terjengkang karena tiba-tiba Azka mendorong dirinya.Azka seperti lupa sedang berada di penjara. Seharusnya dia bisa menahan dan menempatkan dirinya. Jika sudah seperti ini, bisa-bisa hukuman yang dia terima jadi bertambah berat.Melihat keributan yang terjadi, seorang petugas sipir langsung berusaha mengamankan Azka. Pria yang selalu memegang tongkat itu sigap memborgol Azka dan mengatakan jangan membuat keributan di tahanan. Namun, Azka malah berontak dan membuat petugas sipir itu sedikit kewalahan."Dasar Pecundang!" bentakku pada Azka. "Aku datang ke sini rupanya untuk melihat seperti ini? Mulai hari ini, aku nggak akan mau jenguk kamu ataupun peduli tentang diri kamu. Nikmatilah hari-hari kamu di sini. Masalah Aira, aku yang akan membesarkan dia." Aku berujar dengan penuh emosi. "Ayo, Mas, kita pergi dari sini. Buang-buang waktu aja kita di sini," ajakku pada Mas Ath

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Pertengkaran di Rutan

    "Sha, alhamdulilah, akhirnya kamu sadar." Saat mata ini terbuka, Mas Athaar yang pertama kali terlihat. Wajahnya terlihat cemas dan ada jejak basah yang masih jelas di sana."Mas," sapaku padanya. "Aku di mana sekarang, Mas? Kamu lihat Aira nggak" tanyaku setelahnya."Kamu dan Aira sekarang ada di tempat yang aman, Sha." Alhamdulillah, aku bisa nyelametin kalian dari Mbak Dinda."Aku merasa agak ganjal dengan ucapan Mas Athaar. Bagaimana ceritanya dia yang menyelamatkan aku dan Aira? Bukankah di saat kejadian, pria itu tak ada di tempat."Kamu nyelametin aku dan Aira, Mas? Tapi, kan kamu—""Tadi aku putar balik ke rumah kamu, Sha. Karena aku pikir, secepatnya kita harus bicara. Makanya aku mutusin kembali ke sini. Pas aku baru nyampe halaman, aku denger suara Aira nangis dan teriakan Mbak Dinda, aku buru-buru masuk dan ternyata ada kejadian seperti ini," jelas Mas Athaar dengan penuh keseriusan.Aku bahagia Mas Athaar yang menyelamatkan aku dan Aira. Namun, juga cemas, karena takut Dok

DMCA.com Protection Status