Home / Rumah Tangga / Ternoda sebelum Malam Pertama / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Ternoda sebelum Malam Pertama : Chapter 201 - Chapter 210

268 Chapters

Butuh Pengganti

"Jadi bagaimana kondisi beliau?" "Em, kami tidak tahu, tiba-tiba alatnya berubah bunyi dan .... em monitoring yang menunjukkan detak jantungnya hilang." Indra mengucap lesu. Ia tampak begitu sedih."Pak Hamdi meninggal?" sambungnya lagi."Gawat! Kita terlambat datang," sahut satu orang lain.Dua orang itu kemudian pergi tanpa berkata apapun pada Indra dan ibunya yang tampak kebingungan."Hallo, Bos." Salah seorang pria itu menghubungi Mr. X di sela langkah lebarnya meninggalkan kamar Hamdi yang sudah tak bernyawa."Ya, katakan sesuatu," sahut orang di ujung telepon."Pria itu meninggal. Sepertinya anak buah Bondan berhasil menyelinap ke dalam." Suara itu terdengar sayup di telinga Indra yang berdiri di depan kamar ICU."Apa yang terjadi?" tanya ibunya menatap pada punggung dua pria yang menjauh dari mereka, lalu pada Indra menuntut jawaban.Pria itu menggeleng pelan tanpa menatap pada sang ibu. "Entah, Bu."Mata elang Indra menyipit sambil terus menajamkan pendengaran, kalau-kalau s
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Mustahil Tetap Hidup

"Woi!" Denny kembali berteriak. Tak sabar karena anak buah Bondan tak kunjung memenuhi panggilan."Bos kalian muntah darah!!" Suaranya semakin tinggi karena panik."Uhuk, uhuk." Bondan terus terbatuk. Rasa gatal dalam kerongkongan dalam, memaksanya menekan udara dari perut.Sebelum ini Bondan sering merasakan tubuh letih. Namun, memaksa untuk tetap bergerak begitu mendapat pekerjaan dan panggilan dari orang-orang besar di negeri ini. Sambil memegangi dada yang terasa nyeri, ia bangkit."Uhuk. Uhuk.""Mana yang sakit, Bang?" Setelah mengelap mulut Bondan yang keluar darah, Denny memegangi tubuh pria itu, membantunya untuk bangkit.Namun, rasa sakit yang menjalar dari dada dan menjalar ke sekitar memaksanya untuk diam tak menjawab."Pantas tubuh Abang makin kurus saja.""Diamlah, aku bukan anak kecil. Den!" protes Bondan batuk tak lagi terdengar dari mulutnya."Ya, ya, ya. Aku percaya."Tiga orang pria tegap berlari ke arah mereka, karena dipanggil Denny sebelumnya."Bos, apa yang terja
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Suami Istri yang Saling Membenci

"Ada apa?" tanya salah seorang rekannya yang berdiri menemani tamu-tamu Mr. X."Saya diminta menyampaikan info ini.""Ya?""Bapak Hamdi telah wafat. Juga Bondan masuk rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri, dokter bilang harapan hidupnya sudah sangat tipis." Anak buah Mr. X bicara tanpa jeda. Menganggap dua berita yang dibawanya sama-sama penting dan harus disampaikan seutuhnya."Apa?!" Semua orang terkejut. Terutama Liana yang seketika air matanya berlinang mendengar kabar kematian sang abah."Sabar, ya." Secara refleks Shinta memeluk sahabat yang berdiri di sampingnya."Mi, sabar, ya." Ubed pun mendekat pada sang istri. Liana mengangguk berkali-kali memastikan bahwa ia baik-baik saja. Meski kenyataannya tidak demikian. Dia bahkan belum melihat kondisi abahnya pasca koma, sekarang malah dikabarkan meninggal. Kalau saja boleh, Liana ingin berlari sekarang menemui almarhum.____________________"Bang!" teriak Lily, begitu melihat Faqih turun dari mobil. Gadis itu lalu mendekat d
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Harusnya Kamu Pergi

"Bude!" seru Alhesa yang bergerak cepat menuruni anak-anak tangga.Aishwa yang tengah chating dengan seseorang segera menyembunyikan ponselnya. Takut jika Alhesa tahu dan memergoki apa yang telah dilakukan wanita itu.Alhesa yang telah basah karena menangis, menyipit. Kenapa budenya tiba-tiba tampak aneh begitu. Apa ada yang dirahasiakan. Dia ingin menanyakan langsung. Namun, mengingat kabar yang dibawanya lebih penting, hal itu urung dilakukan."Ya, ada apa, Al?" tanya Aishwa kemudian."Ini, Bude .... Kakek Hamdi meninggal dunia barusan.""Apa?!" Mata wanita berusia paruh baya itu melebar. Sambil menutup mulut, dia mengucap, "Innalillahi waa inna ilaihi rojiun. Allaahummaghfir lahu warham hu wa’aafi hi wa’fu anhu.""Bude, kita ke sana sekarang? Aku sudah bilang Fozee akan segera menyusul," lanjut Alhesa."Ya, ayok! Sebentar bude siap-siap dulu." Aishwa berpamitan ke kamar tamu, yang dialihfungsikan untuk meletakkan barang-barang pribadinya. Mengingat waktunya lebih banyak dihabiskan
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Menjagamu Seperti Berlian

Pandangan Kalila mengabut. Meski menyeka air mata berkali, tapi matanya masih terus saja basah. Air mata yang menganak sungai dan tak ada habisnya.Kelebatan bayangan tentang papanya bermunculan di benak. Bagaimana mereka dulu pernah sangat akrab dan saling tertawa bersama. Barangkali di mata semua orang, Bondan adalah pria jahat tak berperikemanusiaan. Namun, di mata Kalila dia adalah cinta pertamanya. Yang melindungi dan memberikan kehidupan padanya. Kalila bisa merasakan kedalaman kasih sayang Bondan yang dicurahkan untuknya.'Aku memang membencimu, Pa. Tapi aku belum siap kehilanganmu.'Doa dalam hatinya melangit seiring langkah menapaki koridor lantai VVIP rumah sakit yang meski tertutup, tapi begitu terang. Sendirian tanpa Ghaza. Hanya beberapa dari anak buah Bondan mengikuti agak kejauhan di belakang. Mereka mengatakan Kalila hanya boleh masuk sendiri.Sesekali pandangan Kalila yang mengabut menangkap cahaya masuk dari dinding-dinding kaca di sekitar. Langkahnya terus bergerak
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Jebakan

Alhesa berjalan beriringan dengan budenya mengikuti langkah Faqih dan santri yang dibawa bersamanya."Bude, kebetulan apa gimana, kok Ustaz Faqih ada di sini juga?" tanya Alhesa heran melihat kehadiran Ustaz tersebut."E. Em. Itu tadi Bude yang kasih tau, Al.""Hem?" Dahi Alhesa mengernyit. Apa se-niat itu budenya mengabarkan pada ustaz muda tersebut? Bukankah hubungan Darul Falah dan Almujahid belum seakrab itu, hingga di antara pengajarnya bisa saling berbagi info. Wajar, jika yang meninggal keluarga pesantren, tanpa info langsung mereka bisa cepat datang karena kabar menyebar cepat.Alhesa mulai curiga atas gerak-gerik budenya. Wanita paruh baya itu tampaknya merencakan sesuatu yang tak diketahuinya."Sudah. Jangan dibahas sekarang. Yang penting kita masuk, umi kamu pasti juga ada di sana." Aishwa mempercepat langkahnya. Menghindari obrolan dengan Alhesa.Urusan perjodohan dari Kiai Abdullah saja belum kelar dibicarakan, Alhesa pasti akn bingung jika budenya juga mencari tahu tent
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Kebaikan Versi Manusia

Andai bisa memilih, aku ingin dilahirkan dari ibu dan ayah yang baik. Mereka mencintai Rabbnya, dan Allah menyayangi mereka.❤❤❤Alhesa melihat lalu lalang orang di rumah kakeknya. "Banyak sekali. Beliau pasti orang baik yang dikenal banyak orang," gumamnya.Karena tempat bekerja sang kakek yang sehari-hari berada di pasar, rumahnya jadi seramai pasar. Alhesa mendesah. Di antara banyak orang yang mengenal dan dekat dengan almarhum, dia justru merasa jauh.Maklum saja, selama ini, kehidupan mereka terpisah. Alhesa tak banyak tahu bagaimana kehidupan keluarga dari pihak uminya. Jika saja dia tahu, bahwa ibu kandungnya sangat dekat, tentu Alhesa tak akan menyiakan kesempatan akrab dengan kakek nenek dan keluarga yang lain.'Kakek, maafkan Alhesa. Semoga Allah mengampuni dan memberi Kakek tempat terbaik di alam sana.' Alhesa membatin."Al! Ayuk!" seru Aishwa yang sudah berjalan jauh dan akan masuk area samping rumah. Di mana tamu-tamu wanita hanya boleh masuk dari sana.Karena pikiran Alh
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Belajar Ikhlas

“Segeralah mengurus jenazah. Karena jika jenazah itu adalah orang shalih, berarti kalian telah mempercepat kebaikan untuknya. Dan jika jenazah tersebut selain orang shalih, berarti kalian telah meletakkan kejelekan di pundak kalian.”(HR. Bukhori)❤❤❤"Oya, aku pikir setelah sampai sini jenazah kakek sudah diantar ke kubur." Alhesa mengatakan apa yang dipikirkan sepanjang jalan. Mengingat waktu yang mereka tempuh saja sudah lama."Katanya nunggu Umi, Mbak,"sahut Fozee. Dia tak mengerti atau pun merasa punya wewenang."Umi? Belum ke sini?" tanya Alhesa lagi. Tadi Aishwa bilang bahwa bisa saja dia bertemu uminya di sini. Tapi, wanita itu tidak ada. Karena saat menghubungi Fozee dan Ali, mereka juga mengatakan Liana baik-baik saja, maka Alhesa pun berhenti mengkhawatirkan sang ibu."Belum.""Apa?!" Mata Alhesa melebar. "Tadi bukannya kamu bilang sudah bicara pada mereka?""Iya, Kak. Tapi habis tuh gak aktif." "Tapi gak boleh dilamain, Zee." Alhesa tampak tak suka dengan kondisi ini. "
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Kecolongan

"Umi ...." Alhesa menggumam. Kala sosok wanita bercadar keluar dari mobil dengan abinya.Namun, berbeda dengan Alhesa, Fozee menatap mobil lain di kejauhan yang tampak mencurigakan. Mata Fozee menyipit. Apa yang dilakukan orang-orang itu di sana? Kenapa mereka sampai menggunakan teropong untuk melihat kegiatan di rumahnya?Alhesa bergerak cepat menghambur ke arah kedua orang tuanya. Sementara Fozee yang fokusnya terbagi melangkah dengan ragu mengikuti sang kakak."Umi!" Alhesa segera mencium tangan wanita yang melahirkannya itu. Lalu memeluknya karena terlampau khawtir.Dia senang tak terjadi apapun ada umi dan abinya meski sempat bingung tatkala mendengar cerita dari Fozee tentang orang asing di rumah sakit."Umi ke mana saja?" tanya Alhesa."Umi baik-baik saja, Al," jawabnya sambil melepas perlahan pelukan anaknya. Lalu bergerak ke arah sosok tua di depan sana."Bu ...." tangis Liana pecah. Bersamaan dengan sang ibu yang memeluk tubuhnya erat."Li, kamu ke mana, Nduk?" Suara itu ter
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Kamulah Gadis Berlesung Pipit itu?

"Apa? Rumah sakit? Umi atau Abi sakit?" tanya Ghaza heran. Mereka jarang sekali, bahkan nyaris tak pernah ke rumah sakit. Karena ada dokter yang bertugas di klinik pesantren. Kalau sampai kedua orang tuanya pergi, berarti sakitnya serius, hingga tak bisa diobati di Pesantren."Nggak, kami ke sana menemuimu," sahut Habib. "Apa?" Mata Ghaza melebar bingung maksud ayah sambungnya itu. Sesuatu berarti benar telah terjadi hingga kecemasan datang menghinggapi.Namun, berbeda dengan kepala tim yang raut wajahnya berubah seketika."Brengsek! Kita kecolongan!" dengkus kepala tim. Anak buah Bondan melakukan hal tak terduga. Dia sendiri, malah tak berpikir untuk mengawasi pesantren. Karena dipikir sejak awal Bondan tak peduli, dan lagi mereka itu adalah keluarga setelah perkawinan putera-puteri mereka.Kepala tim menggeleng, meminta pada Ghaza agar memberitahu orang tuanya untuk mengurungkan niat mereka pergi. Sementara dia sendiri segera menghubungi anak buahnya, agar mencari tahu keberadaan
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
27
DMCA.com Protection Status