Home / Rumah Tangga / Ternoda sebelum Malam Pertama / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Ternoda sebelum Malam Pertama : Chapter 171 - Chapter 180

268 Chapters

Tanggung Jawab

"Pa, tangan Kalila sakit," rengek gadis yang hanya mengenakan kaos lengan pendek dengan celana jeans ketat."Papa gak habis pikir apa yang ada di kepalamu Kalila?" omel Bondan yang memegangi tangan puterinya erat sembari terus berjalan, tak peduli protes gadis itu.Bondan benar-benar marah sekarang, Kalila bergerak di luar batas. Untung saja dia masih bisa mengendalikan keadaan.Dari arah lain, Habib masuk bersama Raudah. Wanita bercadar itu menghentikan langkah menatap pria yang berpapasan dengannya. Wajah yang tak dia lupakan begitu bertemu dengan sepupu Habib yang menyelamatkannya dulu.Sementara Bondan hanya melirik mereka sekilas, seolah tak ada yang menarik baginya dengan pertemuan itu.Setelah masuk ke dalam lift, dan pintu bergerak menutup, Raudah yang menghadap keluar tak berhenti berkedip menatap Bondan yang menarik paksa seorang gadis. Mata wanita bercadar itu menyipit, ikut emosi kala melihat ekspresi gadis tersebut.'Apa dia akan memperkosa gadis itu?'Seperti ada sesuatu
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Tangis Seorang Ghaza

"Saya Ardi, ketua investigasi kasus ini." Lelaki bertubuh tegap menyodorkan tangan dengan seulas senyum. Berusaha ramah agar sang pemilik rumah tidak takut kepadanya.Tadi pagi, Ardi ingin melakukan wawancara di rumah sakit. Namun, karena Ghaza tertidur ia pun mengurungkan niat. Mengingat sejak sore pria itu tak beristirahat dan sudah melewati banyak kesulitan ketika disekap."Ohya, silakan masuk." Habib mempersilakan petugas tersebut masuk dan menggiring tamu-tamunya ke kamar di mana Ghaza beristirahat. Pengasuh pesantren itu tak mau menyulitkan polisi melakukan pekerjaan.Setelah merasa lebih baik, Ghaza akhirnya dibawa kembali ke pesantren. Semua orang bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Tadinya pemuda itu enggan bicara dan malas menceritakan. Namun, karena polisi bertanya Ghaza pun terpaksa bercerita."Maaf, jika tak berkenan. Tapi kami harus menyelesaikan kasus ini." Ketua tim yang menangani kasus Ghaza berbasa-basi. Pria itu duduk menghadap Habib yang berdiri di ujung ra
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Gadis yang Dinodai

Ubed dan Fozee berjalan setengah berlari memasuki lobi, lalu menaiki lift dan melewati lorong-lorong mencari kamar Alhesa. Begitu ketemu, langkahnya berbelok masuk. Di dalam, Alhesa sedang dibantu uminya berganti pakaian bersiap untuk pulang."Assalamualaikum," ucap Fozee nyaring. Gadis itu penuh semangat pagi ini. Bisa bolos dari sekolah itu seperti sebuah keajaiban baginya."Waalaikumsalam." Liana menoleh. Begitu juga dengan Alhesa. Gadis itu senang melihat abinya dan Fooze datang. Semua perasaannya berubah, tadinya Alhesa pikir, Fozee adalah adik tiri dari istri abinya. Namun, ternyata mereka memiliki ibu yang sama, rasa sayang dan rindunya jadi bertambah-tambah."Mbak Al." Fozee menghambur ke arah puteri sulung Liana. Alhesa menyambutnya dengan senyum hangat."Gimana keadaannya?" tanya Ubed pada Liana yang menyodorkan tangan dan langsung diraih Alhesa untuk dicium punggungnya. "Apa kata dokter?""Alhamdulillah. Gak ada apa-apa. Hasil diagnosa aman tak ada perdarahan. Alhesa cuma
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Alamat Rumah

Ubed menghentikan langkah, kala ponselnya berdering."Siapa, Bi?" tanya Liana yang sudah berada di dalam mobil dengan Alhesa dan Fozee. "Sebentar," sahut Ubed sembari mengambil ponsel di jaketnya.Begitu dilihat, rupanya panggilan itu berasal dari Habib."Assalamualaikum, Akh.""Waalaikumsalam," jawab orang di seberang telepon."Gimana? Apa ada kabar baru?" Ubed penasaran."Eum, itu ...." Suara Habib tertahan, sangat ingin memberi tahu Gus Bed. Namun, merasa berat untuk bicara."Ya?" Ubed merasa bahwa apa yang Habib katakan sesuatu yang penting. Tapi jika dilihat dari suaranya yang tampak ragu-ragu dalam bicara, yang terjadi bukan hal baik."Ghaza membawa kasus ini ke polisi.""Ya, bagus memang begitu seharusnya. Penjahat itu harus mendapat keadilan.""Gus, em. Masalahnya ... yang menembak Ghaza adalah Bondan.""Bondan?" Ubed mengerutkan dahi. Mengingat-ingat nama yang sepertinya tak asing."Bondan?!" Liana yang mendengar nama itu tersebut, panik seketika. Ada apa lagi dengan pria ja
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Khamr

Mobil terus melaju membelah jalanan kota. Setidaknya perlu waktu sekitar dua jam untuk sampai di pesantren. Namun, Ubed sengaja memacu kecepatan lebih dari biasa seolah tengah mengejar waktu. Pria itu ingin berada di sisi Ghaza selama masa-masa sulitnya. Selama ini ia hanya bisa melihat dari kejauhan tanpa bisa berbuat banyak untuk menjaga Ghaza.Sementara suasana di antara para penumpang terasa hening. Mereka sibuk, memiliki pikirannya masing-masing tentang Ghaza. Mereka terus khawatir setelah nama Bondan disebut-sebut. Namun, berbeda dengan Alhesa, bukan hanya sangat khawatir pada pemuda itu, ia juga tengah patah hati begitu tahu bahwa Ghaza adalah saudara sedarahnya."Abi akan mengantar kalian ke pesantren. Setelah itu langsung ke Almujahid menemui abinya Ghaza," ucap Ubed pada tiga perempuan yang bersamanya sambil menyetir."Fozee boleh ikut, Bi? Biar Fozee nemenin Umi Nissa di pesantren," celetuk puteri bungsu Ubed dan Liana."Kamu di pesantren saja. Temenin Mbak Alhesa. Kalian
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Kebaikan Bondan?

"Minuman apa ini?" tanya Faqih yang sempat memejam ketika sedikit rasa pahit menyentuh indera pengecapnya.Ghaza menggeleng. Ia sendiri bahkan sudah meminum setengah dari gelas yang berisi sirup buah tersebut. Tak lama kepalanya sedikit berdenyut hingga ia perlu untuk memijit pelipis. Sementara Faqih memilih hanya mencicip ketimbang terus meminum minuman yang dicurigainya. Tadinya ustaz muda itu hendak meminta pada Ghaza untuk tidak minum sepertinya. Namun, rasanya berlebihan menurutkan pemikiran yang tak beradasar soal minuman itu.Namun, ketika ingat bahwa seorang muslim harus memperhatikan minumannya, Faqih yang melihat Ghaza kembali meneguk sisa minuman dalam gelas, Faqih segera meraihnya tanpa permisi."Maaf Gus.""Ada apa, Ustaz?" Ghaza meletakkan begitu saja minuman yang tinggal sepertiga gelas. Bertanya datar seolah tak masalah atas perlakuan Faqih. Lalu mengambil piring cake dan memakannya."Eum, seharusnya kita memperhatikan makan dan minum kita, Gus. Apalagi di tempat seper
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Siapa yang Menolong Siapa?

Alhesa hanya tersenyum sesekali. Dia yang mulai banyak bicara tiba-tiba jadi pendiam. Bahkan ketika telah selesai diurut dan badannya sudah kembali ke kondisi semula, gadis itu hanya menjawab seperlunya."Apa kamu perlu sesuatu yang lain?" tanya Liana yang mengambil gelas di nakas.Alhesa tersenyum kecil menutupi luka hatinya yang kian berdarah. Menerima takdir tak semudah ketika mengiyakan kala mendapat ilmu teorinya, bagaimana seorang hamba mendapati takdir yang tak bisa dipilih."Em, afwan, Mi. Bisakah Alhesa istirahat sendiri dulu?""Ohya, tentu saja. Biar umi dan Fozee tidur di kamar abi." Liana mengusap rambut Alhesa yang tergerai."Makasih, Mi."Liana mengangguk. Ia bisa menangkap redup di raut wajah puterinya. Hingga ia terus menanyakan pada diri sendiri, kesalahan apa yang diperbuat? Apa Alhesa belum bisa menerimanya secara tulus?Wanita itu pun bergerak meninggalkan kamar. Namun, langkahnya terhenti sebelum sempat mencapai pintu karena panggilan Alhesa."Mi.""Ya?" Liana berb
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Mengikuti Permainan

"Bagaimana keadaanya sekarang?" tanya Arina pada Aishwa yang berada di ujung telepon, menanyakan kabar Alhesa. "Alhamdulillah sudah ditangani tukang urut kami, Bude.""Alhamdulillah.""Oya, Bude tak usah ke sini. Istirahat di rumah saja.""Loh? Malah gak boleh berkunjung.""Bukan begitu, hehe. Bude ah, bisa saja. Nanti kalau Alhesa sudah benar-benar pulih, biar dia yang ke sana berkunjung.""Ya, sudah. Biar Fay dan istrinya saja kalau begitu yang ke sana."______Bondan tersenyum sinis, mengingat bagaimana ekspresi Ghaza melihat salah satu anak buahnya dan menyebutnya sebagai Kalila. "Heh. Anak itu benar-benar polos."Entah jenis bius GBH atau obat depresan yang dicampur kue dan wisky, lelaki itu tak peduli. Dia juga tak peduli saat Ghaza tidak ingat apapun, yang penting sidik jarinya sudah tertinggal dalam surat pernyataan yang dibuatnya."Ah, senangnya punya kebebasan di pesantren. Apa aku perlu mengadakan pesta miras dan seks di sana? Hahaha."Lelaki itu bicara ngelantur saking ba
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Putus Asa

"Bagaimana keadaannya?" tanya Fay pada Aishwa yang menerima oleh-oleh dari tangan Namira. "Alhamdulillah, sudah baikan." Puteri Kiai Abdullah menjawab sembari meletakkan barang di atas meja, sebelum akhirnya diambil seorang abdi dalem dan dibawa ke dapur."Boleh saya lihat keadaanny?" tanya Namira yang ingin tahu keadaan ponakannya. "Oh ya, boleh silakan." Aishwa mendahului berjalan ke arah tangga, sambil berpamitan pada Fay dan ponakannya yang kini duduk di sofa."Hem?" Fay sontak menatap ke arah saku jaket Ali begitu mendengar suara getar ponsel dari sana.Ali pun sontak merogoh benda pipih dalam saku, pemuda itu berpikir bahwa notif itu muncul dari ibunya, Liana. Sejak ponsel diaktifkan, Liana tak pernah menghubungi lagi. Hanya ada pesan lama yang belum terbaca sebelum ponsel itu diaktifkan, barangkali karena terlalu sibuk dengan Alhesa yang jatuh. Namun, ketika ponsel dinyalakan, yang muncul adalah kontak atas nama Ghaza. 'Ada apa lagi ini? Apa Ghaza ada masalah.'Begitu dibuka
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Sepasang Pengantin

Ali melihat pada arlojinya. Liana yang merasa suasana tak mengenakkan, bertanya pada puteranya itu. Mengalihkan pehatian Barangkali dengan begitu suasana kembali cair. Biarlah untuk sekarang. Ali pasti memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan kondisi baru yang terjadi antara kedua orang tuanya."Apa kamu punya kesibukan?" tanya Liana."Hem?" Ali mendongak. Menatap mata sang ibu yang sepertinya tidak marah melihat sikapnya. Atau menahan untuk marah. Dalam sekejap pemuda itu hatinya dipenuhi sesal, berkata sesuatu yang bisa saja telah menyakiti hati Liana."Yah, Mi. Ghaza melangsungkan akad hari ini.""Akad?" Mata Liana melebar. "Dengan siapa? Apa anaknya Bondan?" "Iya, Umi tau Bondan?" Liana mengangguk. Tapi kali ini tatapannya tampak syok. Bagaimana Raudah bisa menerimanya? Kenapa juga Ubed selaku bapak kandung Ghaza diam saja?"Tapi, abi tidak bercerita sama umi, Li." "Em, ya. Mungkin gak kepikiran, Mi. Acaranya kan dadakan, ini juga Ghaza gak ada pemberitahuan apa-apa. Malah ...
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
27
DMCA.com Protection Status