Home / Rumah Tangga / Ternoda sebelum Malam Pertama / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Ternoda sebelum Malam Pertama : Chapter 151 - Chapter 160

268 Chapters

Terjebak Berdua

Alhesa terus berjalan masuk sambil melirik sekilas orang yang sibuk mengeluarkan sesuatu dari dalam kotak. Tak sadar jika yang berada di ruang tamu dan membereskan barang-barang dalam kotak adalah uminya. Dia pikir orang tersebut adalah salah satu santriwati yang membantu.Sebelum menaiki anak tangga, gadis itu bertemu dengan Aishwa budenya."Sudah pulang Alhesa?" tanya puteri Kiai Abdullah tersebut."Nggih Bude." Alhesa menyalami perempuan itu. "Soalnya kebanyakan jam ospek hari ini. Dan lagi ada banyak persyaratan yang belum terpenuhi. Jadi Alhesa mau ngumpulkan itu dulu.""Oh, begitu. Ya, sudah. Kamu fokus saja sama persiapan kuliah. Di dapur sudah banyak yang bantu.""Nggeh, Bude. Makasih." Gadis itu lalu melanjutkan langkahnya menaiki anak-anak tangga menuju kamar. Namun, ia berbalik dan mendekat lagi pada Aishwa, hingga budenya mengerutkan kening."Ada apa, Al?""Bude. Apa umi Humairah ke sini?" tanya Alhesa setengah berbisik. Meski diam, dia terus ingat pada ibu kandungnya it
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Terkait Tanpa Sengaja

Begitu meletakkan tas, dan menyandarkan tubuh ke ranjang, yang merupakan posisi favoritnya dalam bersantai, Alhesa mulai sibuk mengutak-atik ponselnya.Tadinya gadis itu akan membuka situs universitas Mataraman. Namun, teringat lelaki yang tadi membantunya. "Ya Rabb. Maaf jika ini salah. Hamba hanya sangat penasaran," ceplos Alhesa polos. Ia merasa berdosa telah mecari tahu tentang pria yang non mahramnya. Perempuan yang sudah melepas khimar tersebut, menggumam istigfar berkali-kali. Diketiknya sebuah nama "Ghaza."Banyak sekali muncul akun-akun dengan nama tersebut. Dengan sabar Alhesa melihatnya satu demi satu, hingga berhenti pada sebuah foto profil.Seorang pemuda yang mengacungkan jari telunjuknya ke atas, bagaimana seseorang tengah memberitahu bahwa Allah itu Ahad.Dibaca profil akun. "Oh, jadi dia anak pemilik pesantren "Almujahid." Alhesa mengucap lirih. "Kenapa dia seperti mendekatiku? Apa terjadi sesuatu." Alhesa tampak berpikir.Perjodohan misalnya. Bukankah di kalangann
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Pelukan Kerinduan

"Bisakah keluar sebentar? Ada sesuatu yang ingin aku berikan." Fay mengucap lemah seolah tengah memohon pada wanita sang pemilik rumah yang tampak di monitor layar bel apartemen.Liana sendiri membeku. Ingin bertanya langsung. Namun, ada rasa malas untuk membuka suara. Ah, bukan lebih jelasnya ia takut."Kamu sendirian di rumah?" sambung Fay lagi.Liana memilih diam. Menatap Fay yang terus bicara omong kosong padanya. Setelah memikirkan banyak hal, wanita becadar itu akhirnya memilih pergi saja. Mengabaikan tamu tak diundang tersebut.Liana sadar betul, bisa saja mereka kembali terjebak dalam dosa. Meski usia tak lagi semuda dulu, mereka masih punya nafsu. Hubungan di masa lalu, yang pernah saling mencintai dan merindukan. Bukankah hal itu dapat menjadi celah menjerumuskannya pada dosa. Lebih jika ternyata Fay masih menaruh harapan padanya.Liana mendesah. Lalu berbalik arah meninggalkan Fay.Namun, belum lagi melangkah. Fay sadar wanita itu tak menghiraukannya. "Li, tunggu!" seru Fa
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Pria yang Mengenal Alhesa

"Jadi Umi belum memberitahu Ghaza semuanya?" tanya Habib sembari meletakkan gelas kopi yang sudah diseruput ke atas meja.Raudah menggeleng. "Belum, umi belum siap, Bi. Umi masih trauma.""Trauma bagaimana? Ini gawat kalau dibiarkan. Ghaza satu kampus dengan puteri Gus Bed. Apa Umi gak takut kalau mereka saling jatuh cinta?" Ucapan Habib memberi kekhawatiran lebih pada Raudah."Ya, tentu saja umi takut. Tapi, sebaiknya kita tidak gegabah, dan diskusi dulu dengan Gus Bed?""Kenapa? Ghaza adalah milik Umi. Jadi Umi punya hak menentukan masa depannya. Bukannya dulu Umi yang melarang Gus Bed mendekatinya juga?" Habib membantah kemauan Raudah."Tapi situasinya berbeda, Bi.""Berbeda bagaimana? Sekarang dan dulu adalah sama. Waktu yang genting untuk mengambil keputusan. Kita hanya cukup memberi tahu Ghaza, tanpa harus memberi tahu puteri Gus Bed. Itu sudah cukup aman, Ghaza tidak akan jatuh cinta padanya, dan akan menolak kalau gadis itu jatuh cinta padanya. Sesimple itu! Tidak akan ada ika
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Degup Jantung Alhesa

Seorang ikhwan mengetuk pintu mobil mereka. Keduanya terhenyak. Begitu menoleh, lelaki dengan usia kisaran 25 tahun berdiri di depan pintu.Aishwa membuka kaca mobil, hingga Faqih yang berada di depannya bisa melihat penumpang mobil tersebut."Ning Alhesa?" gumamnya."Hah?" Alhesa melebarkan mata sebentar ke arahnya lalu beralih pada Aishwa. Bagaimana pria itu bisa mengenalinya?"Ya?" Kedua pipi Alhesa menghangat. Ini kali pertama dia menatap dan bicara dengan pria asing."Ehm. Maaf." Seketika, Faqih menundukkan pandang. Hatinya beristigfar lantaran sempat menatap wajah ayu di depannya lebih dari sepersekian detik. Lalu sadar saat gadis tersebut menyahut.Begitu pun Alhesa. Menyadari pria itu menunduk karenanya ia pun turut menunduk. 'Tundukkan pandanganmu, setunduk-tunduknya, Alhesa! Jangan sampai perjodohan dengan Ghaza akan dibatalkan karena kamu jatuh cinta pada ikhwan lain.'"Ustazah akan menghadiri teknikal meeting?" tanya pria yang menjadi koordinator utama acara. Lelaki itu
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Kenyataan

Keduanya lalu berpisah. Fay harus menemui Namira sebagi tanggung jawab. Wanita itu pasti sudah menunggunya sekarang. Entah, apa yang Namira pikirkan setelah penantian panjangnya.Fay mengatur napas. Dia merencanakan sesuatu yang adil untuk istri keduanya kali ini, sebagaimana lelaki itu memperlakukan Liana dulu di malam pertama."Huft." Ia meniup berat. Walau belum mencintainya, tetap saja ada deru dalam dada. Bingung, bagaimana akan memulai semuanya dengan Namira."Assalamualaikum." Fay menarik gagang pintu yang tidak terkunci. Tak ada jawaban.Di dalam sana, tampak seorang wanita tidur memunggungi."Apa dia sudah tidur?" gumam Fay. Sadar, terlalu lama meninggalkan pengantin wanita di malam pertama. Namira pasti kecewa.Langkahnya tertahan kala mendengar suara isak. Fay segera mendekat, lalu duduk berjongkok di depan Namira yang ternyata tengah menangis. Wanita itu menagkupkan kedua tangan saat melihat Fay nekad duduk di depannya. Malu tapi juga kesal."Hai, Namira. Kenapa menangis?
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Garis Nasab yang Tak Boleh Mengabur

Namira membuka matanya perlahan, membuka sedikit selimut, sebelum memutuskan untuk bangkit. Wanita itu tersenyum, mengingat apa yang terjadi semalam. Kali ini dia yakin pada cinta Fay. Cinta yang sudah dirindukan begitu lama. Tak peduli waktu telah merenggut masa mudanya, ia masih setia menunggu.Namira menyerat selimut ke kamar mandi, dan berniat mencucinya nanti setelah ia membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya sebagai muslimah.Begitu bangkit, wanita yang tengah memegangi selimut di atas dada, melirik pada ranjang di mana Fay tadi tidur di sana. Pria itu sudah tak ada begitu ia membuka mata."Kemana dia sepagi ini?" Menemui puteranya? Yang tak Namira habis pikir, bagai mana bisa moment bahagianya dengan Fay berbaringlah dengan bertemunya sang suami dengan anak kandungnya? Entah, sebuah pertama apa? Hanya saja, Namira memiliki kekhawatiran yang tak bisa di jelas kan dengan kata-kata. Bukan hanya soal waktu, tapi juga perhatian Fay. Bagaimana jika nanti ia semakin tak terli
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Cinta yang Tak Mengenal Logika

"Ayo, Al!" ajak Aishwa pada Alhesa yang memaku di depan pintu. Dipikir ponakan nya itu menunggunya, tapi begitu dia datang, Alhesa masih juga bergeming."Hemh?" Alhesa tertegun menatap Aishwa."Kita pulang. Kenapa?" Dua alis Aishwa tertaut. Hingga bola matanya tampak mengecil.Alhesa merasa berat untuk melangkah pergi. Entah, kenapa kekecewaan memenuhi hatinya sekarang? Harusnya budenya mengajak bertemu keluarga pesantren Almujahid, agar saling mengenal, semakin dekat dan ..."Apa kita tidak silaturahmi ke rumah Umi Anissa dulu, Bude? Sudah jauh-jauh ke mari." Gadis itu memberanikan diri bertanya."Kamu mau ke sana?" tanya Aishwa yang memilih tak menjawab pertanyaan Alhesa langsung. "Bude tidak ada rencana mau ke sana?" Lagi, Alhesa bertanya."Hah?" Aishwa tercenung. Berusaha memahami pemikiran ponakannya. Lalu ingat budaya saling mengunjungi dan mencari berkah dari silaturahmi ke keluarga pesantren. Mungkin saja anak itu memang sangat ingin berkunjung. "Oh, ya. Ayo kita ke sana," u
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Pertemuan yang Berbeda

"Jadi, Gus. Kami sudah mengatakan semuanya pada Ghaza. Bahwa dia adalah putera kandung Gus Bed." Habib mengatakan tujuan meminta Gus Bed datang."Apa?!" Fozee yang duduk agak berjauhan di sebelah Raudah terkejut bukan main. Tubuhnya sampai menegak menatap ke arah Habib selaku tuan rumah.Jika Ghaza anak abinya, berarti pemuda tampan itu adalah kakaknya. Lalu kenapa dia bisa jatuh cinta ada pria itu?"Fozee?" Ubed seketika menoleh pada puterinya yang bereaksi lebih. "Em. Maaf, Bi." Gadis yang merasa bersalah itu beringsut. Duduk dengan tenang. Menyembunyikan perasaan kagetnya.Sesekali ia melirik pada Ghaza, yang tengah menatap kosong lurus ke bawah. Seolah tengah memperhatikan keramik yang tersusun rapi di lantai rumahnya."Lalu, apa Ghaza ...?" Suara Ubed tertahan. Tatapan pria itu tertuju pada pemuda yang duduk di seberangnya dan bergeming. Lalu melirik sekilas pada Raudah yang juga diam memperhatikan mereka. Ini kali pertama Ubed melihat sosok Raudah, sejak perempuan itu diculik
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Tak Enak Badan

"Ghaza!" teriak Kalila. Sontak saja pemuda yang sudah berjalan dan hampir mencapai ruang tujuannya aula, menoleh. Melihat siapa yang memanggil namanya.Dua alis tebal Ghaza tertaut. Bibirnya seketika naik sebelah, menatap gadis yang membersamainya di aula semalaman kemarin tengah mendekat padanya."Ada apa lagi dengannya? Jangan sampai dia membuat rumor bahwa aku bersikap kurang ajar saat kami terjebak berdua," gumam Ghaza yang tak bisa mempercayai gadis bar-bar tersebut.Jarak Kalila dan Ghaza hanya satu meter sekarang. Gadis itu meniup berat sebelum memulai kata-katanya."Ya?""Kamu baik-baik saja? Apa ada nomor baru yang menghubungi dan meneror atau ada orang asing yang mengganggumu?" tanya Kalila yang cemas dengan bertubi-tubi."Apa maksudnya, sih?""Em, itu ...." Suara Kalila tertahan ketika suara ramai mahasiswa lain terdengar.Suara berdengung satu dengan yang lain, karena seseorang terjatuh. Ghaza yang penasaran bergerak mendekat. Hanya beberapa langkah, ia bisa melihat seor
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
27
DMCA.com Protection Status