Home / Rumah Tangga / Ternoda sebelum Malam Pertama / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Ternoda sebelum Malam Pertama : Chapter 161 - Chapter 170

268 Chapters

Jangan Menangis, Umi!

"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas kesehatan, menghambur ke arah Alhesa dan Ghaza yang baru tiba di ruangan."Tolong periksa dia!" pinta Ghaza yang berlari ke arah ranjang. Lalu merebahkan Alhesa yang merintis menahan sakit di sana.Petugas ruang kesehatan yang notabene juga seorang dokter itu memeriksa Alhesa."Kamu keluarlah. Dia pasti akan malu," ucap dokter perempuan yang mendorong sedikit tubuh Ghaza menjauh dan menutup gorden."Ya, baik." Ghaza mengucap pasrah tanpa perlawanan ketika tubuhnya bergerak mundur.Ia masih melirik pada Alhesa hingga gorden pembatas menutupi sosoknya.'Aneh kenapa dia sangat khwatir padaku.'"Dok, tolong bilang ke Mbaknya saya pinjam hape buat hubungi orangtuanya!" Suara Ghaza agak meninggi di luar."Ya." Dokter itu menjawab sambil terus menyibak pakaian Alhesa dari bawah. "Kamu dengar?" Kini matanya beralih pada gadis yang kesakitan di atas ranjang pasien."Pacarmu sangat khwatir. Di mana ponselnya?" tanya sang dokter."Di ... kantong." Alhesa
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Menzinai dan Dizinai

"Hai." Kepala tim menyapa beberapa anak buahnya yang siaga di ruang utama. Dia selalu menampakkan diri sebagai pria yang percaya diri dan punya kuasa lebih, karena dipercaya Bos Besar keluar masuk rumah dan markas sekaligus."Bang, gawat!" Darman menarik tangan kepala tim yang baru datang ke sisi ruang, menjauhkannya dari penglihatan teman-temannya."Ada apa?" Dua alis pria itu bertaut. Baru juga datang, tapi sepertinya sudah ada maslah yang menunggu."Bu Shinta kelihatan sangat murka. Mana Non Kalila bentak saya pas mau jelasin ke Bu Shinta kejadiannya." Darman mengucapkan kata-kata dengan nada cepat-cepat."Kamu ngomong yang jelas, jangan buat orang yang baru datang tambah bingung." Nada suara kepala tim naik satu oktaf. Menurutnya jika hal mendesak pun, laporan harus jelas, agar ia bisa merespon dengan jalan keluar yang terbaik."Begini Bang. Ini soal Non Kalila yang kejebak sama mahasiswa itu. Nah, Non Kalila tadi nangis kaya habis dikerjain sama pemuda itu." Darman menjelaskan pe
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Penangkapan

"Saya ingin bertemu Bapak Rektor." Ghaza mengucap dengan ekspresi serius. Ingin menunjukkan pada pihak kampus bahwa apa yang dilakukan seniornya pada Alhesa sudah kelewatan.Sesuatu yang melampaui batas dan bisa mengakibatkan cedera di tubuh saudarinya."Bapak Rektor?" Penjaga di ruang kantor menelengkan kepala, memikirkan kata-kata mahasiswa baru di depan pintu."Ya." Ghaza menjawab singkat."Tapi ... beliau tidak berhadir hari ini." "Tidak hadir? Kenapa?""Beliau mengambil cuti pernikahan dengan Ibu Namira." "O ... lalu, siapa wakil dekan bidang kemahasiswaan? Ada sesuatu yang harus saya laporkan." Tak kehabisan akal Ghaza mencari tahu pihak lain yang berwenang."Ada masalah?" tanya pria yang tampaknya berusia 40-an tahun, dengan dahi berkerut."Iya, seorang mahasiswi dibully hingga jatuh di lantai aula yang basah. Sekarang dia cedera di ruang kesehatan. Apa tidak ada mahasiswa lama yang melapor?""Entah." Pria itu menggeleng. "Saya tak yakin.""Ini sudah masuk tindak kriminal. Mu
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Pilihannya adalah Membunuh

"Mas, maaf ada yang mau bertemu." Tukang kebun yang sudah berada di hadapan Ghaza memberitahu.Ghaza mengerutkan kening. Berusaha mengingat barangkali mengenal mereka. Melihat pria-pria itu dan memindai satu per satu, ia ingat sesuatu."Bukankah kalian berdua yang sore itu berada di depan pesantren?" tanyanya yang ingat betul wajah dua pria yang mengganggu Kalila. Dan sempat akan mengeluarkan senjata. Kepala tim menyeringai. Tak peduli pada ucapan Ghaza, hingga tak menjawab apa pun. Kemudian memberi isyarat anak buahnya untuk membawa paksa Ghaza. Empat orang bersama kepala tim lekas bergerak. Merangsek memegangi Ghaza."Ada apa ini?" Ghaza kebingungan. Apa salahnya? Ia merasa tak berbuat apa pun dengan merugikan orang lain. Termasuk pria-pria ini. Apa mereka masih dendam soal kejadian sore itu, karena tak berhasil mendapatkan mangsanya, Kalila.Orang-orang itu tak bicara apa pun. Mereka mengunci tubuh Ghaza dan menjauh dari kantor. Mereka terus bergerak melewati sepanjang koridor, m
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Share Lokasi

Habib kemudian memutuskan menelepon nomor Ghaza, tak aktif. Ke mana perginya Ghaza? Lelaki yang mengenakn baju koko dan sarung itu mulai curiga, bahwa ada sesuatu yang tak beres. Mengingat Ghaza adalah pemuda disiplin. Dia tak mungkin pergi dan tidak berada di tempat tanpa memberi kabar. Apalagi sampai ponselnya tidak aktif.'Ya Rabb semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk.'"Apa ada masalah, Akh?" tanya Ubed yang melihat raut cemas di wajah Habib. Pria itu mendekat setelah keliling ke beberapa tempat di pesantren dan tak menemukan Ghaza."Ghaza tidak ada, Gus." Lagi, pria itu menegaskan."Apa?" Ubed tak memahami maksud lawan bicaranya."Saya sudah mencarinya, dan anak itu tidak ada." Ayah sambung Ghaza menjawab. "Ke mana anak itu, tidak biasanya begini?" gumamnya lagi seolah tengah bicara sendiri."Maksudnya dia belum pulang atau baru saja menghilang?" Ubed bertanya datar tak memiliki firasat apapun mengenai anaknya itu. Tadi lelaki tersebut memang sempat menelepon, tapi nomornya tak
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Wajah yang Tak Dikenali

"Ada apa?" tanya Aishwa yang melihat wajah adik iparnya yang baru masuk ruangan tertekuk. Tampaknya ada hal serius yang terjadi. Entah, mengenai kondisi buruk Alhesa atau hal lainnya."Ghaza belum kembali ke pesantren." Wajah Liana tampak redup kali ini. Belum lagi masalah Alhesa selesai, datang lagi masalah baru dari anak mereka yang lain."Ghaza?" Aishwa mengerutkan kening. Nama itu rasanya tak asing, tapi perempuan paruh baya itu tak tahu yang mana orangnya."Ghaza anak lelaki Gus Bed." Liana mengucap lemah. Berusaha mengingatkan kakak iparnya, pemilik nama tersebut."Anak lelaki Ubed bukannya namanya Ali?" Aishwa merasa bingung dengan jawaban Liana.Wanita beecadar itu mengangkat kedua alisnya menatap Aishwa. Tampaknya Ubed belum menceritakan seluruh keadaan mereka, hingga Aishwa tak tahu bahwa Ali adalah buah cinta Liana dan Fay. Perempuan itu tampaknya juga tak tahu, kalau Ghaza adalah anak Raudah. Apa selama ini mereka tak pernah bertemu? Mengingat dulu keduanya dekat, harusny
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Dasar Tak Peka!

"Ali!" seru Fay dari depan pintu. Pria itu tengah mengenakan jaket dengan terburu-buru."Ya, Bi. Eh, Pa?" jawab Ali yang kemudian menoleh ketika ada yang memanggil. Fay tampak panik, hingga ia merasa ada sesuatu yang tak beres. 'Apa ini soal umi?' tanyanya dalam hati, mengingat sejak berpisah, Ali tak sekalipun menghubungi ibunya."Papa lihat kamu dekat dengan Ghaza.""Ya? Ghaza? Ada apa dengannya?""Dia hilang.""Hilang?""Em." Fay mengangguk. "Jejaknya terekam CCTV berjalan dengan lima pria misterius. Mereka bukan mahasiswa tapi ada di area kampus.""Apa?!" Ali berjalan mendekat. "Apa dia diculik, atau hanya bergaul dengan pria-pria itu?" Pemuda itu mulai panik. "Entah. Keluarganya tak ada yang mengenal mereka dan sudah lapor polisi, tapi karena belum 24 jam tidak ada proses. Aku akan berusaha mencari di rumah teman-temannya." Fay merasa harus bertanggung jawab."Aku ikut!"Walau bagaimana, mereka bersahabat. Tak seharusnya Ali berdiam diri."Ya, tentu saja kamu harus ikut, kamu pa
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Putera-puteri Liana

Ghaza bergerak perlahan. Lalu bangkit pelan-pelan sambil menahan sakit. Hal itu membuat Kalila mendongak terperangah. "Kamu gak papa?" Mata gadis itu melebar.Bukankah tubuhnya tadi, untuk bergerak saja sulit, tapi sekarang berdiri di depannya seolah melupakan rasa sakitnya. Ghaza mengangguk. "Ya, aku cukup kuat untuk membawamu kabur sekarang," ucapnya sambil meringis."Apa?!" Mata Kalila makin melebar mendengar pernyataan pria yang sudah membuatnya menangis itu.Begitu posisinya sudah teguh, Ghaza menarik lengan Kalila, hingga gadis itu bangkit dan pasrah mengikutinya."Tap-tapi ...." Anak mafia itu tak punya kesempatan untuk bicara. Bahkan sekadar mengatakan, kalau Ghaza tak perlu kabur, lantaran statusnya sebagai anak Bondan sudah cukup menjadi jaminan keselamatan baginya."Tak ada waktu, nanti saja kita bicara," serobot Ghaza, sambil berjalan dengan hati-hati. Strategi yang dipelajari saat di pesantren dulu, bagaimana seseorang harus bertahan hidup dalam keadaan apapun ketika b
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

SEASON 5 : Tertembak!

Belum jauh mobil meninggalkan pekarangan nan luas milik keluarga Fay, dan ponsel Ali baru disambungkan ke kabel charnger yang di letakkan di atas dasbor, suara dering dari ponsel pemuda itu terdengar.Ali menatap pada Fay sejenak, tak ingin pria itu ikut melihat layar ponselnya dan tahu bahwa batrei ponselnya masih bisa dibilang penuh."Kenapa?" tanya Fay yang merasa Ali mengulur waktu dan tak segera mengangkat ponselnya."Em, ini nomor baru, Pa." Pemuda itu menemukan alasan atas sikap yang membuat Fay curiga."Oh, tapi angkat saja. Barangkali penting dan orang itu mengenalmu. Kita sedang dalam upaya mencari jejak Ghaza, siapa tahu penelepon tahu keberadaan pemuda itu.""Em, ya." Ali mengangguk. Kemudian mengklik icon berwarna hijau di ponselnya."Tapi aneh, kenapa Ubed tampak sepanik itu menghubungiku? Apa dia punya hubungan khusus dengan Ghaza?" gumam Fay yang berpikir keras, menghubungkan antara Ubed, Ghaza dan kepanikan sepupunya yang tak biasa."Hallo, assalamualaikum. Siapa ya?"
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Waspada

"Tunggu!" Suara Satya tak Kalila hiraukan. Ia harus cepat berlari, mencapai mobil yang mejemput Ghaza dan membebaskan pemuda itu dari amukan anak buah papanya. Namun, baru separuh jalan, suara tembakan memekakkan telinga. Suara itu terlalu keras, hingga ia perlu memastikan sesuatu dengan menoleh. Dugaannya benar, selepas suara tembakan, tubuh Ghaza ambruk ke tanah. "Ghaza!" teriak Kalila yang terkejut. Menatap sebentar pada Satya yang mengarahkan pisau ke mereka, sebelum dijatuhkan tubuh ke tanah untuk memeriksa kondisi Ghaza."Ghaza, Ghaza! Kamu gak papa?"Sementara pemuda yang tertembak itu tak bisa mengucap apapun. Hanya suara yang tertahan karena rasa sakit akibat selongsong peluru bersarang.Fay dan Ali yang juga terkejut melihat Ghaza tersungkur akibat tembakan, segera keluar dari mobil untuk melakukan sesuatu. "Ali!" seru Fay selagi memegangi gagang pintu dan sebelum mereka keluar. "Ya, Pa?""Hati-hati, mereka memegang senjata!""Ya!" jawab Ali mantap. Tangannya lekas mera
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
27
DMCA.com Protection Status