Home / Rumah Tangga / Ternoda sebelum Malam Pertama / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Ternoda sebelum Malam Pertama : Chapter 111 - Chapter 120

268 Chapters

Rahasia Shinta

"Li! Tunggu!" seru Hamdi pada Liana yang sudah masuk ke dalam mobil yang Indra kemudikan. Masakan yang dibuat ibu Liana untuk Fay dan mamanya tertinggal, hingga ia perlu mengejar puterinya.Lelaki paruh baya itu akan melangkah lebih cepat, tapi urung karena ponselnya berdering. Di saat yang sama mobil yang Liana tumpangi, merangsek meninggalkan pelataran rumah mereka."Huft!" Hamdi mengembus berat. Akhirnya gagal juga membawakan masakan untuk besan.Lalu dilihat ponselmenyala yang sudah dirogoh dari kantong dan kini berada di tangannya."Nomor baru?" gumam Hamdi. Lelaki itu pikir, mungkin nomor tersebut dari pelanggannya.Tak pikir panjang, Hamdi pun mengangkat panggilan tersebut. Dahinya mengerut kala mendengar suara tak asing di ujung telepon. Ia berusaha mengingat suara itu."Selamat pagi. Apa kabar Pak Tua? Heh." Suara itu diikutu seringai sinis dari si penelepon. Sampai ia mngerutkan kening. Mulai tak bagus karena itu."Siapa?" tanya Hamdi yang tak berhasil mengingat nama pria it
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Permintaan yang Sama

"Apa ini?!" Shinta melempar kasar ponsel yang memperlihatkan kemesraan Bondan dan pegawainya, ke atas meja.Lelaki yang menyandar di sofa dengan santai itu hanya menaikkan sebelah bibir."Kenapa, Sayang? Masalah buat kamu? Bukannya selama ini kamu udah terbiasa dengan kehidupanku?""Kamu makin gila aja dibiarin ya Mas. Udah berapa ribu wanita yang kamu kencani dan aku diam saja! Sekarang kenapa harus pegawaiku?! Kamu bukan hanya nyakitin aku tapi juga menginjak harga diriku di depan semua orang. Kamu buat aku malu, Mas! Kamu mikir gak kalo rumor beredar?!" Panjang lebar Shinta mengomel. Meluahkan sakit yang terus saja suaminya torehkan di hati."Kenapa? Kamu takut ketahuan kalau suamimu adalah seorang mafia?" "Ya! Tentu saja!" Suara Shinta meninggi. Ia hendak mengambil ponsel yang sempat dilempar ke atas meja dan pergi. Namun, urung ketika sebuah foto bertengger manis di sisi meja lain."Liana?" lirih Shinta."Kamu mengenalnya?" tanya Bondan yang sontak menegakkan badan."Kenapa foto
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Benang Merah

Suara dari arah pintu yang diketuk bertubi-tubi, sangat menganggu fokus Fay bicara dengan Ubed. Belum lagi mendapat jawaban dari Ubed, suara sang mama terdengar mengiringi ketukan, hingga Fay memilih memutuskan panggilan dengan sepupunya."Fay, keluar! Cepat!" seru sang mama yang memintanya untuk segera membuka pintu dan keluar. Seolah tak sabar ingin mengatakan sesuatu."Maaf, Bed. Nanti kita sambung lagi. Tolong jangan matikan ponselmu. Assalamualaikum," ucapnya berpamitan. "Ya, aku ngerti Kang. Waalaikumsalam." Ubed yang sempat mendengar keributan di ujung telepon pun ikut bertanya-tanya. Tidak biasanya budenya terdengar sepanik itu.Fay yang masih membawa ponsel dalam genggaman, segera bangkit dan menghambur ke arah pintu. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat mamanya mengetuk berkali-kali."Ada apa, Ma?" tanya Fay melihat wajah mamanya ketakutan."Liana ....! Itu ... Dia ...." Telunjuknya sudah mengarah, di mana Liana tadi duduk.Tidak menunggu sang mama menye
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Tak Ada Pilihan

Ibu Liana yang berjalan di depan pintu tak sengaja menatap sang suami tengah mematung di halaman rumah. Lelaki itu bahkan menjatuhkan rantang tanpa sadar, hingga lauk pauk berserak di tanah."Ada apa dengan abah?" Mata ibu Liana melebar. Suaminya seperti orang syok. Ia pun segera melangkah mendekat untuk memastikan apa yang terjadi. Namun, belum juga mencapai keberadaan Hamdi, pria itu berjalan menjauh dengan buru-buru."Abah!" seru ibu Liana yang sontak mengejar lelaki itu. Namun, pria itu berlari cepat. Tubuhnya semakin menjauh dan hilang.Wanita paruh baya itu mengembus kasar di sela napasnya yang naik turun kelelahan karena sempat mengejar."Aneh sekali, apa sesuatu terjadi di toko?" gumamnya bertanya-tanya.Ibu Liana menggedikkan bahu, hanya bisa menduga tanpa tahu kepastiannya. Ia segera kembali dan membereskan barang bawaan yang harusnya dibawa Liana untuk Fay dan mamanya._________________Bondan melempar pelan sebuah foto seorang wanita ke meja kaca besar, di mana Jaya berdi
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Masih Membuatnya Berdebar

"Bahkan istri seorang Gus pun bisa membunuh dan bunuh diri jika masalahnya adalah hati."Jaya coba mematahkan protes anak buahnya ketika merencanakan alibi menculik Liana. ________________"Kalian lihat wanita yang masuk ke dalam mobil tadi?" tanya Jaya. Pria itu sesekali menatap pada tiga orang yang bersamanya secara bergantian.Mereka yang diajak bicara manggut-manggut, sambil memperhatikan gerak-gerik objek yang dimaksud. Tampak wanita cantik dengan pakaian syar'i, memasuki sebuah mobil sport berwarna putih milik seorang lelaki."Itu kalau gak salah Gus Ubaidillah dari Pesantren Darul Falah," celetuk salah seorang anak buah Jaya."Hem. Benar. Kamu kenal, Jo?" tanya orang kepercayaan Bondan itu."Ya, siapa yang tak mengenalnya. Harusnya semua orang baik yang suka ngaji kenal dia, makanya saya kenal, hahaha." Tawanya pecah begitu saja. Namun, semua orang yang bersamanya hanya menatap serius ke arah lelaki yang punya panggilan 'Jo'. Tak ada yang tertawa seperti yang Jo harapkan. Leb
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Haram Menentang Perintah Ibu

Shinta mondar-mandir di balkon kamar dengan menggigit ujung jari. Mata hari sudah meninggi, bahkan sinarnya yang menembus kaca besar tanpa gorden terasa hangat di kulit. Pertanda waktu untuk beraktifitas seperti biasa telah sampai.Hanya saja ... rasa hangat itu sebatas terasa di kulit ari tanpa merasuk dan menghangatkan hatinya. Itulah alasan wanita berparas ayu itu masih memilih tetap berada di rumah dan tak berangkat ke klinik. Padahal pasiennya tak pernah sepi setiap hari. Sejak tahu Bondan mentargetkan Liana, Shinta memutuskan untuk melimpahkan tugasnya pada beberapa asisten dan teman sejawat. Dengan begitu ia akan memiliki banyak waktu, untuk turut membantu menjaga Liana.Bukan hanya resign dari pekerjaan, Shinta bahkan tak berani menemui Liana.Ia terlalu bimbang memikirkan kejadian sekarang, Bondan pasti sudah mengirim orang untuk mengawasi kehidupan sahabatnya itu sampai benar-benar bisa menangkapnya.Kalau anak buah Bondan melihat, mereka pasti akan melapor dan rencananya a
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Surat Kematian

Berlama-lama berada di rumah Liana seperti siksaan buat Ubed, ada banyak sekali kenangan yang mendadak terlintas di pikirannya. Yah, masa lalu bersama Liana terlalu indah untuk dilupakan begitu."Astagfirullah." Lelaki itu mendesah.Ubed yang duduk di teras rumah Liana, tak sengaja menatap ke arah balkon kamar Liana. Dari kaca besar dengan gorden terbuka itu, ia bisa melihat dengan jelas Liana berlari meraih ponsel. Wajah yang masih sembab itu tampak tersenyum. "Dia pasti senang suaminya sudah menghubungi." Ubed tersenyum samar. Menekan rasa tak suka yang muncul kala Fay memperlihatkan betapa pria itu sangat mencintai Liana.Namun, setidaknya setelah melihat tangis Liana dan pengakuannya secara tak langsung di mobil tadi, Ubed sadar bahwa Liana hanya akan bahagia jika tetap bersama Fay. Untuk apa memaksa bersama, kembali ke masa lalu yang hanya dimilikinya sendiri. Sementara dia hanya lelaki yang terlupakan dan tak meninggalkan rasa untuk umi Alhesa.Namun, senyum kecil yang tadinya
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Terlambat

"Kamu kangen?" Bondan yang tengah mendapat pijatan dari dua wanita cantik di kamarnya, menyeringai melihat kedatangan Shinta. "Baguslah. Tak baik marah pada suamimu, apalagi selama ini kamu sukses sekarang keringatku."Wanita itu berdiri di depannya, lalu meletakkan sesuatu tepat di depan wajah Bonda berbaring. Ia tak mau bereaksi pada ucapan pria itu."Hah?! Apa ini?" Seketika lelaki itu bangkit, lalu mengusir dua orang yang melihatnya untuk keluar kamar.Mata pria itu melotot, tak lama terbit sebuah senyuman di wajah yang ditumbuhi bulu-bulu halus. "Akhirnya ...." Wajahnya semringah. Ia terlampau senang kali ini. Ditatapnya tespack dengan dua garis merah di tangannya."Baguslah. Jadi kamu memberitahu ini dengan maksud memberitahuku untuk urung meminta cerai?" Kepala mafia itu kembali menyeringai.Shinta menghela berat. Tangannya menyilang di dada menatap ke arah jendela."Kamu sudah mendapatkan keinginanmu, jadi berhentilah menggoda dan meniduri wanita lain, apalagi wanita baik-bai
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Pergi Ke Belanda

Fay keluar dari ruang dokter dengan gontai. Kehilangan semangat hidup karena Liana. Kalau saja nasehat Kiai Hanafi bahwa "Surga seseorang itu tergantung ridha sang ibu" ia pasti sudah memilih mati saja sekarang.Langkah lelaki yang mengenakan jaket tebal itu terus menyusuri koridor rumah sakit menuju jalan keluar, diikuti sang mama di belakangnya."Kamu sudah janji pada mama, Fay. Tolong jangan ingkari itu." Arina bicara mengingatkan. Dia tahu Fay anak yang penurut, tapi setidaknya bicara hal tersebut akan menguatkan hatinya untuk meninggalkan Indonesia sesegera mungkin.Sementara Fay diam mendengarkan tanpa merespon, Arina menyambung ucapannya."Mama yang akan urus perceraian kamu di pengadilan dan menjelaskan semuanya pada keluarga Liana. Mama tahu mereka pasti maklum dan bisa memahami posisimu sebagai orang yang dipinggirkan oleh Liana."Fay seketika menghentikan langkah, kala mendengar kalimat bahwa Liana mengenyampingkannya. Ia paham maksud sang mama, bahwa keberadaannya nomer du
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Kemenangan Shinta

Liana berusaha menggeliat. Ia mendengar orang-orang bicara di dekatnya. Namun, tubuhnya terasa lemah dan tak bisa berbuat apapun. Bahkan sekeras ia bisa membuka mata, hasilnya nihil.Kejadian sebelumnya, dia yang kebingungan kala sopir yang membawanya akan menuju di mana Fay menunggu, tiba-tiba berhenti dan beberapa pria masuk ke sana. Liana tak bisa berbuat apapun, selain menjerit dan melawan. Dan kala seseorang meletakkan sesuatu di mulutnya, wanita itu sontak tak sadarkan diri."Tolong jangan memancing perhatian orang lain." Jaya berbisik pada anak buahnya."Iya Bang." Beberapa mereka menyahut. Termasuk seseorang yang kini mendorong kursi roda Liana."Oya, pastikan ponsel kalian tidak aktif. Jika ingin berkabara pada keluarga atau pacar kalian lakukan sekarang," lanjut Jaya kemudian. Mereka semua mengangguk, paham betul apa maksud ketua tim tersebut.Tak lama, sebuah himbauan agar seluruh penumpang memasuki pesawat terdengar. Mereka pun bersiap dengan berdebar. Tidak banyak kesempa
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
27
DMCA.com Protection Status