“Kamu tenang saja, Daren sudah mengurus semuanya.” Luna menghela nafas lega. Tiba di rumah sakit, Luna tetap dipaksa Vania untuk mendapatkan pemeriksaan dokter, meski dia bersikukuh menolaknya, Vania tetap tidak bisa dilawan. “Aku bilang juga apa, aku tidak kenapa-kenapa Van.” “Tapi darah di sudut bibirmu tetap saja harus diobati.” “Hmm, pikiranku yang seharusnya diobati, aku semakin trauma sekarang jika melihat Jeremy, dia selalu ingin aku melayani nafsunya seperti dulu.” Luna yang saat ini duduk bersandar di ranjang rumah sakit, menurunkan pandangannya dan bening hangat tiba-tiba membasahi pipinya. “Jeremy memang gila. Dulu kamu dibuang seperti sampah, kenapa sekarang ingin kamu kembali?” Luna mengedikkan bahunya dan dia menyeka air matanya saat teringat Sean. “By the way, bagaimana keadaan Sean sekarang?” “Sean sudah siuman.” “Tolong bawa aku ke sana Van.” Vania mengangguk dan segera membantu Luna turun dari ranjangnya. Di ruangan Sean, Luna tidak bisa menahan diri untu
Baca selengkapnya