“Sean!” Luna dengan panik menepuk pipi Sean berharap Sean akan sadar. “Sean bangun Sean.” Sean tetap tidak sadarkan diri dan darah yang merembes di bajunya semakin banyak. Luna bangkit dari duduknya dan berlari keluar saat Vania dan Daren baru saja tiba. “Vania, Daren. Tolong Sean!” “Dimana dia sekarang?” Daren bertanya dengan panik. “Di kamarku.” Vania dan Daren berlari terburu-buru mengikuti Luna. Begitu tiba, Daren dan Vania terkejut luar biasa saat baju rumah sakit yang dipakai Sean berlumur darah.“Sean!” Teriak Daren. Dia kemudian memanggil Zacky dan Reno untuk membantu Sean ke mobil dan membawanya kembali ke rumah sakit. ***Tiba di Villa Red Rose. Jeremy menidurkan Xander dengan hati-hati di kamar sebelah kamar utama. Dia tersenyum tipis dan hatinya tiba-tiba menghangat saat menatap wajah anak itu yang sangat persis dirinya. “Je Alexander, nama yang bagus, dan mommy kamu masih menggunakan nama Daddy di depanmu.” Jeremy kembali menarik sudut
Luna menatap Aura dengan tatapan menghina. “Lebih tepatnya dia tunangan palsumu kan?”Aura menyipitkan matanya dengan marah. “Kau...” Vania mendengus melihat pertengkaran kecil mereka dan dia menyeret Luna ke sisinya. “Jangan membuang tenagamu hanya untuk bertengkar dengannya.” “Tapi dia bilang Sean tunangannya, siapa yang tidak kesal?” “Luna, sudahlah!” Vania kembali mengingatkan.Aura menggelengkan kepalanya dan dia beralih ke sisi Daren. “Daren, sebenarnya apa yang terjadi dengan Sean? Dia kabur setelah kami berciuman saat hari pertunangan itu dan sekarang dia di rumah sakit lagi?” Meski mulutnya yang berbicara tapi mata Aura jelas tertuju pada Luna dengan suara yang sengaja ia perkeras. Luna mendengus kesal dan hatinya seolah dicubit dengan sangat keras mendengar pengakuan Aura. “Seseorang menusuk perut Sean dengan pisau saat Sean dilarikan ke rumah sakit sebelum kalian bertunangan dan karena kamu memaksanya bertunangan saat dia belum benar-benar sembuh, akhirnya luka d
“Luna, menikahlah denganku dan aku akan menjemput Xander untukmu.” Luna tidak tega melihat Sean yang terus memohon jadi dia mengangguk, lagipula Sean sudah menanggung banyak kesulitan karenanya sampai dia berakhir di rumah sakit seperti sekarang pun karenanya. Jadi bagaimana dia bisa tega meninggalkan Sean hanya demi ancaman Jeremy? Masalah Xander, dia akan memikirkannya lagi.Lagipula Jeremy tidak akan tega menyakiti putranya sendiri bukan?Luna mendesah dalam pemikiran itu dan pikirannya menjadi sedikit lebih tenang. “Kalau begitu cepatlah sembuh! Jangan berlama-lama tinggal di sini karena aku sudah merindukanmu.” Luna membual kepada Sean agar lebih menuruti apa kata dokter. Benar saja Sean langsung tersenyum dengan begitu bersemangat dan dia mengangguk.Luna kemudian keluar dari ruang ICU karena dia tidak mungkin berlama-lama menemuinya. Sean harus banyak istirahat dan menjalani perawatan dokter yang lebih intens agar luka di perutnya cepat pulih. *** Tiga hari berlalu begi
Begitu Luna mengatakan ingin bertemu Jeremy, pengawal tersebut langsung menghubungi Matthew. Tak lama setelahnya, Matthew datang secara pribadi dan menyambut Luna. “Nona Luna, mari ikut saya!” Luna yang sebenarnya berusaha menekan ketakutan di dalam dirinya, mengangguk mantap dan mengikuti Matthew masuk ke dalam bersamaan Vania yang ada di sampingnya. Begitu masuk ke Villa Red Rose, jantung Luna seperti diremas oleh tangan besar dengan sangat kuat, itu sangat menyakitkan. Bayangan kekejaman Jeremy pada dirinya dan Sean beberapa kali terakhir ini kembali berputar di pikirannya. Luna bergidik ketakutan, tapi kerinduannya pada Xander mengalahkan segalanya. Lagi-lagi dia hanya bisa menekan ketakutan itu dan bersikap biasa saja. Matthew mengajaknya masuk ke lift pribadi yang langsung akan membawa mereka pada lantai empat. Tak lama, pintu lift terbuka dan sosok Jeremy yang tinggi dengan aura dingin di wajah tampannya menyeringai tipis seolah dia begitu buruk dalam menyambu
Vania membelalak kaget begitu melihat Luna keluar bersama Jeremy dan mereka tampak akur.Tangan Jeremy bahkan bertengger di pinggang Luna dan mereka berdua tampak seperti pasangan yang sangat serasi.Vania menelan salivanya melihat pemandangan itu dan dia masih menatap mereka tak percaya.“Luna, kau dan Jeremy...”“Kami sudah berdamai.”Balas Luna tanpa ragu sedikitpun sambil menoleh ke arah Jeremy dengan senyum tipis yang tersemat di wajah cantiknya.Jeremy ikut menoleh ke arah Luna dan dia menatap wajah Luna dengan damai sebelum dia mengangguk pada Vania.Vania menaikkan salah satu alisnya dan dia masih terpaku di tempatnya.“Baiklah, kedengarannya lebih bagus, Xander pasti akan senang.”Vania memaksakan senyum sambil menyerahkan Xander pada Luna.Luna bahagia luar biasa saat akhirnya Xander bisa ia gendong lagi, dia menciumi baby Xander di pipi dan kening berulang kali seolah dia tidak akan puas.“Xander kangen mommy?”Mata Luna berkaca-kaca saat bertanya seperti itu pada Xander.M
“Kamu sebenarnya juga merindukanku kan?”Tanya Jeremy sangat pelan tapi justru seolah menusuk gendang telinga Luna hingga pertanyaan itu membuat Luna semakin tenggelam dan tidak berani menatap mata biru pekat milik Jeremy yang dibingkai dengan cekung yang dalam.Tapi, Jeremy memaksanya menatap dengan mencengkeram dagu Luna kuat agar mengangkat kepalanya.“Jawab aku, Luna!”Luna memejamkan matanya saat jantungnya berdegup sangat kencang karena ketakutan.Jeremy mendesis geram dan dia semakin mencengkeram erat dagu Luna yang saat ini tengah meringis kesakitan.“Jeremy, lepas! Kamu bilang kita sudah berdamai. Lagipula bagaimana kalau Xander bangun?”Luna bersusah payah saat mengatakan itu sambil menahan sakit di dagunya.Tapi Jeremy menatapnya dengan sangat dingin seolah dia bisa membekukan Luna kapan saja hanya dengan tatapannya.Detik kemudian, Jeremy melepas cengkeraman di dagu Luna dan tiba-tiba menggendong Luna keluar kamar Xander setelah menekan bel di sisi ranjang Xander, memanggi
Luna menyeka air matanya dan dia bangkit, ikut duduk di samping Jeremy dengan tatapan menuntut sebuah penjelasan.“Ketika Shera tahu hubungan kita dan kau hamil anakku, dia menyuruhku untuk meninggalkanmu dan menggugurkan janin itu. Aku tidak berdaya saat itu karena Je Star Hotel ada di ambang kehancuran dan Shera memanfaatkan semuanya.Dia juga yang membocorkan semua aib kita ke media dan dia terus menekanku untuk meninggalkanmu, apalagi kekuatan keluarga Wilson saat itu berada di puncak, jadi mudah saja bagi mereka untuk menghancurkan semua yang aku bangun hanya dengan jentikkan jari.”Luna menatap Jeremy dengan air mata yang berubah seperti kran dengan hati yang campur aduk.Benarkah semua itu yang terjadi di masa lalu? Apakah itu hanya trik Jeremy saja untuk membuat hatinya luluh dan kembali padanya?Kepala Luna sangat sakit seperti baru saja ditinju oleh tangan seorang petinju profesional.“Luna, maafkan aku!”Jeremy mengulurkan tangannya dan dia meraih tangan Luna sebelum menciu
Jeremy menggeram dan dia terpaksa menuruti Aura. Ya, dia melakukannya karena dia tentu saja butuh bantuan Aura untuk menjauhkan Sean dari Luna.“Ya.”“Hmm, apa tidak ada informasi lain yang harus aku dengar selain nasihat yang membosankan itu?”“Luna sekarang menginap di villaku.”“Apa?” Aura berubah bersemangat dan dia menambahkan, “Maksudku apa kamu ada fotonya? Sean akan lebih percaya jika dia melihatnya sendiri.”“Aku akan mengirimnya.”Jeremy mematikan teleponnya dan dia menyambar laptopnya yang merupakan monitor dari CCTV kamar utama, dia mengambil gambar Luna yang sedang tertidur dan mengirimkannya ke Aura.Di rumah Sean.Aura hampir melompat kegirangan begitu menerima foto dari Jeremy. Dia kembali ke kamar Sean dan tentu saja memperlihatkan foto itu padanya.“Sean, lihatlah ini!”Sean yang sangat malas karena Aura beberapa hari ini selalu ada di dekatnya, hanya menjawab dengan gumaman pendek.Dan...Sean membelalak tak percaya begitu melihat foto Luna yang tertidur di ranjang
“Ya, tentu saja kamu harus merasa seperti itu karena kedatangan tamu istimewa.” Goda Sean.Chevra terkekeh dan dia langsung menghampiri Sean untuk menyambutnya. Mereka kemudian pergi ke halaman belakang sambil menikmati kopi sebelum masuk ke obrolan inti. “Hmm, jadi karena Jeremy?” “Ya, kakakmu satu itu selalu saja menggangguku.”Chevra tertawa kecil sebelum berkata, “Jangan lupa kita bertiga satu ayah, jadi dia juga sebenarnya kakakmu.” Sean hanya mengedikkan bahunya malas sambil menyeruput kembali kopinya. “Sayangnya aku melupakan itu dan hanya menganggapmu saja yang saudaraku.”Chevra hanya mendengus sebelum kembali menanggapi perkataan Sean.“Lalu bantuan apa yang kamu butuhkan dariku?” “Tentu saja informasi tentang Louis.” Chevra mengerutkan keningnya dengan keras begitu mendengar nama mendiang sahabatnya disebut.“Louis? Ada perlu apa kamu bertanya tentang dia?” “Jeremy memegang semua kartu as Luna hingga membuat Luna terpaksa kembali padanya, dan menurutku
“Jeremy, aku harus memandikan dan menidurkan Xander terlebih dulu.”Luna langsung pergi begitu saja tanpa ingin menjawab pertanyaan Jeremy karena jelas ia tidak mungkin menerimanya kembali, Jeremy sudah pernah menghancurkan semua kehidupannya bahkan di usianya yang baru genap 21 tahun saat itu, dan sekarang dia meminta menikahinya? “Apa dia sudah gila?” keluh Luna dalam hati saat memandikan Xander.Dia sampai tidak fokus hingga lupa membersihkan rambut Xander, alhasil dia harus kembali memandikan Xander.“Mommy minta maaf.” Lirih Luna sambil mendudukkan Xander ke tempat tidur sambil membasuh tubuhnya yang putih bersih dan berisi, dia seperti pangeran kecil yang menggemaskan.Xander hanya tersenyum cerah sambil menampilkan deretan giginya yang baru saja tumbuh, dia seolah ingin menghibur Luna dengan senyuman itu. “Xander, apa kamu menyukai Daddy?”“Dddddy.” Lagi-lagi Xander tersenyum cerah sambil bertepuk membenturkan mainan di tangan kanan dan kirinya. Luna yang saat ini sedang mem
***“Jadi kapan kita akan ke Barcelona?” Ungkit Luna lagi saat mereka sarapan bersama. “Besok, apa kau senang sekarang?” Luna tersenyum begitu manis dan mengangguk. Meski di dalam hatinya dia sangat muak bersikap manis lagi seperti dulu, tapi demi bertemu Louis, dia rela melakukan apapun.“Aku akan menuruti apapun yang kau minta.” “Benarkah?” “Hmm, katakan saja! Apa ada hal lain? Mumpung aku sedang baik hati padamu karena semalam.” “Aku ingin tinggal bersama Xander selamanya.” Luna tersenyum penuh kemenangan saat mengatakan itu. Apa lagi yang dia inginkan kecuali itu?Jeremy menaikkan salah satu alisnya dan dia mencondongkan tubuhnya pada Luna sambil berbisik, “Asal kau terus disisiku, kau bisa kapanpun menemuinya.”Hati Luna langsung menyusut, dia menatap Jeremy dengan kesal sebelum kembali sibuk dengan sarapannya.“Aku akan menyuruh pelayan membawa Xander ke apartemenmu.” Luna hanya mengangguk acuh sambil mengelap tisu di bibirnya.“Dan kau harus menyusuinya.”
***Sinar matahari menembus dinding kaca bertirai transparan yang membuat Sean akhirnya menggeliat bangun. Tangannya meraba-raba ponselnya dan menemukannya di atas nakas. “Sudah jam 8, Luna sudah bangun belum ya?” Gumamnya.Dia bangkit dengan malas sambil mengucek matanya saat ponselnya kemudian berdering. Nama Daren tertera di layar dan Sean langsung menggeser ikon hijau untuk menerimanya. “Ya Dar, ada apa? Bukankah ini hari liburku?” Protes Sean.“Aku tahu, tapi aku ingin memberitahu kabar bahagia untukmu.” “Kabar bahagia apa?” “Video viralmu dengan Luna sudah ditakedown, juga semua komentar negatif tentang kalian sudah dihapus bersih tak tersisa, jadi kita tidak perlu merekayasa apapun. Ini menyenangkan bukan?” Daren tampak begitu bersemangat.Berbeda dengan Sean yang justru merasa linglung setelah mendengarnya.“Bagaimana itu bisa terjadi? Apa Luna meminta Jeremy untuk....”Dia tersentak saat mengingat Luna dan bergegas keluar dari kamarnya dan mencari Luna.“Se
Luna sedang mengamati foto Sean yang tampan sempurna di ponselnya ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.Dia kemudian menyimpan ponsel pemberian Sean itu ke tasnya dan membukakan pintu.Sosok Jeremy yang tinggi menjulang itu berdiri elegan di depannya dengan setelan biru muda yang membuat wajahnya terlihat bersih dan sangat tampan mempesona.Luna sampai gugup menghadapinya. “Jeremy, kau datang dengan cepat.” Jeremy hanya bergumam dan dia langsung masuk begitu saja. Luna tidak punya pilihan mengikutinya setelah menutup pintu kamar. “Bukankah tadi lokasi yang kau berikan itu berada di sebuah villa? Kenapa sekarang kau berada di hotel?” “Aku ingin menunggumu di sini.” Luna tidak tahu jawabannya itu akan berdampak apa nanti, tapi hanya itu yang dia punya di sela kegugupannya saat ini.Jeremy tersenyum tipis sambil memandangi view dinding kaca yang menghadap kolam dan juga pemandangan malam kota Bogor yang sangat indah. Dia kemudian berbalik untuk menatap Luna dan berkat
Malam ini Luna benar-benar tidak bisa tidur nyenyak. Dia terus memikirkan perkataan Sean yang memaksanya untuk menjadi artis Aaron Management.Bukannya dia tidak bisa, tidak. Bukan soal itu. Luna jelas tidak asing dengan dunia entertainment karena bagaimanapun mamanya, Lucia Hart adalah dulunya seorang model dan juga artis terkenal pada masanya, hanya saja mamanya menutup rapat kehidupan pribadinya hingga publik sampai saat ini tidak ada yang tahu bahwa Luna adalah putrinya. Lagipula Lucia Hart tidak menggunakan nama aslinya, tapi dia memakai nama Kaluna Rose yang merupakan nama panjang Luna, Kaluna Rosivera Hart.Dulu, Lucia sering mengajarkan Luna berakting hingga cara berjalan ala model profesional, dia sangat ingin Luna menjadi seperti dirinya nanti ketika Luna sudah berusia 17tahun. Tapi, sebelum Luna menginjak usia itu, Lucia meninggal dan Rebecca hadir di tengah keluarganya untuk mengacaukan semuanya. Luna dilarang mengikuti casting juga sekolah akting, meski dia tidak
“Kenapa dia justru marah padaku?” Keluh Sean sambil memandangi layar ponselnya. Dia mendesah tanpa daya dan mendongakkan kepalanya ke langit-langit ruangan Daren, memejamkan matanya untuk mencoba berpikir keras. Saat itu, ponselnya kembali berbunyi. Dia dengan malas mengeceknya dan ternyata nama ‘My Luna’ tertera di layar ponsel. Sean mengubah posisi duduknya dan menerima panggilan itu. “Ya Luna.” “Sean, kamu dimana? Aku minta maaf ya...” “Aku kembali ke Jakarta, kamu tidak masalah kan di villaku dulu? Aku akan segera pulang nanti malam.” “Kamu masih marah?” “Tidak, aku di kantor Aaron sekarang, tapi aku akan segera pulang jika urusanku selesai. Tunggu ya!” “Baiklah!” Sean mematikan sambungan teleponnya setelah itu. Dia melenguh sambil kembali merosot ke sofa dan mendongakkan kepalanya. Dan pada posisi itu, dia tiba-tiba menemukan sebuah ide.Jadi, dia bangkit dengan penuh semangat dan pergi mencari Daren.“Dar, aku sudah menemukan solusinya.” “Solusi apa
Sean pergi setelah itu dengan pintu terbanting keras. Pundak Luna sampai terangkat karena kaget. Ini pertama kalinya dia melihat Sean semarah itu, jadi dia khawatir. Luna kemudian segera berpakaian dan menyusul Sean ke kamarnya. “Sean, buka pintunya!” Tak peduli seberapa keras Luna mengetuk pintu, Sean sudah terlanjur marah. “Baiklah, mungkin kamu butuh waktu untuk sendiri.” Luna pergi setelah mengatakan itu dan menemui Bibi Nancy di bawah. “Bi.” Sapa Luna yang kemudian ikut bergabung ke dapur dan membantu Bibi Nancy menyiapkan makan malam.“Iya Non, kenapa kusut begitu?” “Sean marah padaku. Hmm, biasanya dia suka menu apa Bi?” “Sup ikan salmon.” Luna berubah antusias, pasalnya dia pernah diajari oleh mamanya.“Aku akan membuatkannya Bi.” “Mau Bibi bantu?” Luna menggeleng dan dia dengan cekatan memasak sup ikan salmon untuk Sean. Tak lama, sup salmon buatan Luna matang dan dia membawanya ke kamar Sean.“Sean...” Tok tok tok.“Sean, aku sudah siapkan
“Maafkan aku Luna!” Sean yang sudah membawa Luna ke kamar dan membuang bikininya akhirnya berhenti begitu melihat Luna menangis. Dia menyambar selimut untuk ia gunakan menyelimuti tubuh Luna. “Maaf membuatmu takut.” Sean mengecup kening Luna dan mengulurkan tangannya untuk menyeka air matanya. “Maafkan aku ya Sayang.” Dia sampai tidak berhenti meminta maaf sambil menarik Luna ke dalam pelukannya. “Harusnya aku yang minta maaf padamu. Aku menghianatimu Sean.”Sean tak berkomentar apapun karena memang dia juga sangat patah hati saat tahu hal itu dari orang suruhannya. “Apa kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi?” Luna mengangguk dengan antusias. “Aku janji.” “Meski Jeremy akan mengancam membawa Xander darimu?” “Dia sudah membawa Xander sekarang dan aku tahu kalau dia tidak ada niat untuk mengembalikannya padaku.” Sean mengangguk setuju. “Jeremy itu sangat licik, kamu harus ingat itu.” “Aku tahu Sean, tapi sekali lagi aku sangat lemah jika soal Xander.