Jeremy menggeram dan dia terpaksa menuruti Aura. Ya, dia melakukannya karena dia tentu saja butuh bantuan Aura untuk menjauhkan Sean dari Luna.“Ya.”“Hmm, apa tidak ada informasi lain yang harus aku dengar selain nasihat yang membosankan itu?”“Luna sekarang menginap di villaku.”“Apa?” Aura berubah bersemangat dan dia menambahkan, “Maksudku apa kamu ada fotonya? Sean akan lebih percaya jika dia melihatnya sendiri.”“Aku akan mengirimnya.”Jeremy mematikan teleponnya dan dia menyambar laptopnya yang merupakan monitor dari CCTV kamar utama, dia mengambil gambar Luna yang sedang tertidur dan mengirimkannya ke Aura.Di rumah Sean.Aura hampir melompat kegirangan begitu menerima foto dari Jeremy. Dia kembali ke kamar Sean dan tentu saja memperlihatkan foto itu padanya.“Sean, lihatlah ini!”Sean yang sangat malas karena Aura beberapa hari ini selalu ada di dekatnya, hanya menjawab dengan gumaman pendek.Dan...Sean membelalak tak percaya begitu melihat foto Luna yang tertidur di ranjang
Sean berdecak kessal sebelum dia mematikan sambungan teleponnya.Di sisinya, Aura sangat senang melihat Sean patah hati Luna bersama Jeremy, jadi dia berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang hubungan Luna dan Sean.“Sean, kenapa kamu begitu khawatir? Bukankah kamu senang akhirnya mantan asistenmu itu kembali pada kekasihnya lagi?”Sean memelototi Aura.“Luna tidak akan kembali pada Jeremy,” tegas Sean.Aura diam-diam menaikkan salah satu alisnya dan dia tersenyum penuh kemenangan, namun detik berikutnya dia mengubah ekspresinya seperti perempuan yang polos.“Kamu tampak sangat peduli dengan mantan asisten kamu itu, apa memang benar kamu ada hubungan spesial dengannya?”Sean menatap Aura dengan dingin.“Itu bukan urusanmu kan?”Aura menggertakkan giginya saat dia mencoba bersabar.“Sean, bagaimanapun kita pasangan bertunangan, apa pantas mengatakan seperti itu?”“Aura, tolong jangan melampaui batas! Aku ingin istirahat sekarang, jadi tinggalkan aku sendiri.”Aura sudah sangat kebakaran
“Xander sudah menunggumu di bawah, mandilah! Dan kita akan sarapan bersama.”Hati Luna tiba-tiba menjadi hangat mendengarnya.Hal itu bahkan pernah menjadi angan-angannya di masa lalu, tapi hari ini Jeremy benar-benar mewujudkannya, betapa senangnya?Luna mengangguk dengan penuh semangat dan dia tidak lupa berkata, “Terimakasih Jeremy.”Jeremy mengangguk dan dia tersenyum lembut, “Aku berjanji akan membuatmu selalu bahagia sekarang.”Luna tersenyum getir mendengarnya. Dia bingung di dalam hatinya harus melabuhkan cintanya pada siapa sekarang. Sean atau Jeremy?Menepis pemikiran itu, Luna pergi mandi dan bersiap-siap. Dia akan bertemu Xander lagi hari ini, bahkan seterusnya. Itu hal yang sangat membahagiakannya.Begitu selesai mandi, Luna pergi ke walk in closet dan dia tercengang begitu mendapati banyak baju perempuan branded dengan harga selangit itu berderet rapi memenuhi lemari itu.Tak hanya baju, ada underwear yang masih baru dengan label merk yang masih menggantung, juga di samp
Mau tidak mau, Jeremy menghampiri Luna dan memeluknya dari belakang.Luna terkejut dan dia menoleh ke arah Jeremy.“Ada apa?”Jeremy menggeleng.“Xander sudah tidur?”Luna mengangguk dan bertanya, “Apa dia sudah makan?”“Pelayan tadi sudah memberinya makan saat menunggumu.”Luna mengangguk sekali lagi dan dia melepas pelukan Jeremy sebelum dia kembali duduk ke tempat semula.Tapi, Xander masih menyusu jadi Jeremy masih bisa melihatnya dengan sesuka hatinya saat dia ikut duduk di seberang Luna.“Luna, apa tidak sebaiknya kamu tinggal di sini?”Luna kaget luar biasa dan dia sampai memelototi Jeremy saat menoleh ke arahnya.“Itu tidak mungkin!” tegas Luna.“Kenapa? apa karena Sean?”Jeremy tersenyum tipis saat dia menatap Luna dengan tatapan mencemooh.Luna menggeleng.“Lalu?”“Kita bukan pasangan yang sah, jadi aku rasa tidak pantas saja kalau aku tinggal bersamamu.”“Aku bisa merubah statusmu menjadi pasangan sah bagiku jika kau mau.”Jeremy dengan santai berkata seperti itu sambil men
Gara-gara Jeremy menyebut-nyebut nama Louis, Luna jadi tidak bisa berhenti memikirkannya.Bayangan kenangan bersama Louis terus berputar di otaknya hingga membuatnya terasa sesak hingga bening hangat langsung membanjiri pipinya.“Kita sudah sampai!”Suara Jeremy menyentaknya kembali ke dunia nyata dan entah sejak kapan wajah Jeremy sudah sangat dekat dengan wajahnya bahkan hanya berjarak satu inci.Melihat Luna menangis, Jeremy mengulurkan tangannya untuk menyeka air matanya.“Maaf sudah membuatmu sedih.”Luna tercengang sekali lagi dengan sikap Jeremy.“Apa yang sebenarnya dia rencanakan?” batin Luna.“Hey, apa yang kamu pikirkan? Ayo kita masuk!”Lagi-lagi Jeremy sudah menyeretnya keluar dari mobil dan bahkan tangannya bertengger posesive di pinggang Luna yang ramping seolah mereka pasangan yang paling sempurna.Luna risih dengan tindakan Jeremy itu dan dia segera menepisnya, tapi Jeremy justru sama sekali tidak berniat melepas.“Jeremy, tanganmu!” Luna mengingatkannya sambil berbis
“Aku sedang menstruasi.” Kilah Luna.“Oh, baiklah! Jadi aku akan memberitahumu setelah kau selesai karena aku menginginkanmu sebelum itu.”Jeremy sangat kesal saat mengatakan itu, dia sudah menginginkan Luna sejak dia kembali ke luar negeri dan dia belum bisa mendapatkannya hingga hari ini saat dia sudah berpura-pura sangat baik terhadap Luna.Berbeda dengan Luna yang diam-diam merasa sangat lega karena Jeremy langsung percaya dengan alasannya.“Aku pergi dulu!”Luna hanya mengangguk dan tidak berkata apapun juga tidak berniat bangkit dari duduknya sedikitpun meski hanya untuk mengantar Jeremy sampai depan.Dia masih syok karena Jeremy terang-terangan menginginkannya lagi. Ini benar-benar bahaya bagi Luna.Begitu Jeremy menutup pintu apartemen, Luna langsung menghela nafas dan dia menyandarkan punggungnya ke sofa dengan lega.Setelahnya, dia menghidupkan televisi untuk mencari tahu berita tentang Sean.Meski dia kecewa dengan Sean, tapi tetap saja dia merindukannya.Namun, tayangan ya
“Luna!”Luna tersenyum menyapa Zacky dan dia mempersilahkan Zacky duduk di depannya. Dia berusaha menormalkan ekspresinya padahal dia sedang terengah-engah karena harus buru-buru berjalan dari apartemen ke Solaria Coffeeshop yang gedungnya berhadapan.“Bagaimana kabarmu Luna? Kamu... tambah cantik saja.” Puji Zacky malu-malu.Dia memang selalu mengagumi Luna sejak pertama kali melihatnya.Luna hanya tersenyum dan tidak terlalu menanggapi pujian temannya itu.“Aku baik, bagaimana denganmu?”Zacky mengangguk dan berkata, “Sama seperti dirimu, by the way kamu sudah lama di sini?”“Lumayan,” bohong Luna.“Tapi kalau aku tidak salah lihat, kamu tadi keluar dari Victoria Apartemen? Kamu tinggal di sana sekarang?”Luna tiba-tiba gugup, tapi dengan cepat dia berkilah, “Mungkin kamu salah lihat karena aku sejak tadi bersama Vania di sini, tapi dia memilih pulang duluan.”Zacky hanya mengangguk dan menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri karena dia tidak mungkin salah lihat. Jelas-jelas Luna t
Bola mata Luna membola sempurna bahkan hampir lepas dari kelopaknya.Itu hanya dompet kecil dan harganya dua puluh lima juta? Luna hampir pingsan hanya dengan mendengarnya.“Apa kalian mencoba memerasku? Ini hanya dompet kecil.” Kekeh Luna.“Tapi harganya memang segitu, Nona. Lihatlah! Aku tidak mengada-ada.” Petugas kasir itu mencoba membela diri dan menunjukkan label merk beserta harga yang masih menempel di sana.Dan Luna terhuyung ke belakang saat melihatnya sendiri karena itu benar-benar dua puluh lima juta.“Bagaimana Nona, apakah anda sanggup membayarnya?” tanya salah satu petugas keamanan itu dengan tatapan menghina.Luna mendesis geram dan dia tidak sengaja menatap Rebecca dan Misella di sudut lain yang sedang menertawakannya, dia kemudian segera mengerti.“Brengsek!” umpat Luna pelan.“Nona, jangan menunda-nunda! Kalau memang anda tidak memiliki uang, lebih baik selesaikan ini di kantor manajemen kami, ayo!”Luna menghela nafas dan dia hanya bisa berdoa dalam hati agar bisa
“Ya, tentu saja kamu harus merasa seperti itu karena kedatangan tamu istimewa.” Goda Sean.Chevra terkekeh dan dia langsung menghampiri Sean untuk menyambutnya. Mereka kemudian pergi ke halaman belakang sambil menikmati kopi sebelum masuk ke obrolan inti. “Hmm, jadi karena Jeremy?” “Ya, kakakmu satu itu selalu saja menggangguku.”Chevra tertawa kecil sebelum berkata, “Jangan lupa kita bertiga satu ayah, jadi dia juga sebenarnya kakakmu.” Sean hanya mengedikkan bahunya malas sambil menyeruput kembali kopinya. “Sayangnya aku melupakan itu dan hanya menganggapmu saja yang saudaraku.”Chevra hanya mendengus sebelum kembali menanggapi perkataan Sean.“Lalu bantuan apa yang kamu butuhkan dariku?” “Tentu saja informasi tentang Louis.” Chevra mengerutkan keningnya dengan keras begitu mendengar nama mendiang sahabatnya disebut.“Louis? Ada perlu apa kamu bertanya tentang dia?” “Jeremy memegang semua kartu as Luna hingga membuat Luna terpaksa kembali padanya, dan menurutku
“Jeremy, aku harus memandikan dan menidurkan Xander terlebih dulu.”Luna langsung pergi begitu saja tanpa ingin menjawab pertanyaan Jeremy karena jelas ia tidak mungkin menerimanya kembali, Jeremy sudah pernah menghancurkan semua kehidupannya bahkan di usianya yang baru genap 21 tahun saat itu, dan sekarang dia meminta menikahinya? “Apa dia sudah gila?” keluh Luna dalam hati saat memandikan Xander.Dia sampai tidak fokus hingga lupa membersihkan rambut Xander, alhasil dia harus kembali memandikan Xander.“Mommy minta maaf.” Lirih Luna sambil mendudukkan Xander ke tempat tidur sambil membasuh tubuhnya yang putih bersih dan berisi, dia seperti pangeran kecil yang menggemaskan.Xander hanya tersenyum cerah sambil menampilkan deretan giginya yang baru saja tumbuh, dia seolah ingin menghibur Luna dengan senyuman itu. “Xander, apa kamu menyukai Daddy?”“Dddddy.” Lagi-lagi Xander tersenyum cerah sambil bertepuk membenturkan mainan di tangan kanan dan kirinya. Luna yang saat ini sedang mem
***“Jadi kapan kita akan ke Barcelona?” Ungkit Luna lagi saat mereka sarapan bersama. “Besok, apa kau senang sekarang?” Luna tersenyum begitu manis dan mengangguk. Meski di dalam hatinya dia sangat muak bersikap manis lagi seperti dulu, tapi demi bertemu Louis, dia rela melakukan apapun.“Aku akan menuruti apapun yang kau minta.” “Benarkah?” “Hmm, katakan saja! Apa ada hal lain? Mumpung aku sedang baik hati padamu karena semalam.” “Aku ingin tinggal bersama Xander selamanya.” Luna tersenyum penuh kemenangan saat mengatakan itu. Apa lagi yang dia inginkan kecuali itu?Jeremy menaikkan salah satu alisnya dan dia mencondongkan tubuhnya pada Luna sambil berbisik, “Asal kau terus disisiku, kau bisa kapanpun menemuinya.”Hati Luna langsung menyusut, dia menatap Jeremy dengan kesal sebelum kembali sibuk dengan sarapannya.“Aku akan menyuruh pelayan membawa Xander ke apartemenmu.” Luna hanya mengangguk acuh sambil mengelap tisu di bibirnya.“Dan kau harus menyusuinya.”
***Sinar matahari menembus dinding kaca bertirai transparan yang membuat Sean akhirnya menggeliat bangun. Tangannya meraba-raba ponselnya dan menemukannya di atas nakas. “Sudah jam 8, Luna sudah bangun belum ya?” Gumamnya.Dia bangkit dengan malas sambil mengucek matanya saat ponselnya kemudian berdering. Nama Daren tertera di layar dan Sean langsung menggeser ikon hijau untuk menerimanya. “Ya Dar, ada apa? Bukankah ini hari liburku?” Protes Sean.“Aku tahu, tapi aku ingin memberitahu kabar bahagia untukmu.” “Kabar bahagia apa?” “Video viralmu dengan Luna sudah ditakedown, juga semua komentar negatif tentang kalian sudah dihapus bersih tak tersisa, jadi kita tidak perlu merekayasa apapun. Ini menyenangkan bukan?” Daren tampak begitu bersemangat.Berbeda dengan Sean yang justru merasa linglung setelah mendengarnya.“Bagaimana itu bisa terjadi? Apa Luna meminta Jeremy untuk....”Dia tersentak saat mengingat Luna dan bergegas keluar dari kamarnya dan mencari Luna.“Se
Luna sedang mengamati foto Sean yang tampan sempurna di ponselnya ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.Dia kemudian menyimpan ponsel pemberian Sean itu ke tasnya dan membukakan pintu.Sosok Jeremy yang tinggi menjulang itu berdiri elegan di depannya dengan setelan biru muda yang membuat wajahnya terlihat bersih dan sangat tampan mempesona.Luna sampai gugup menghadapinya. “Jeremy, kau datang dengan cepat.” Jeremy hanya bergumam dan dia langsung masuk begitu saja. Luna tidak punya pilihan mengikutinya setelah menutup pintu kamar. “Bukankah tadi lokasi yang kau berikan itu berada di sebuah villa? Kenapa sekarang kau berada di hotel?” “Aku ingin menunggumu di sini.” Luna tidak tahu jawabannya itu akan berdampak apa nanti, tapi hanya itu yang dia punya di sela kegugupannya saat ini.Jeremy tersenyum tipis sambil memandangi view dinding kaca yang menghadap kolam dan juga pemandangan malam kota Bogor yang sangat indah. Dia kemudian berbalik untuk menatap Luna dan berkat
Malam ini Luna benar-benar tidak bisa tidur nyenyak. Dia terus memikirkan perkataan Sean yang memaksanya untuk menjadi artis Aaron Management.Bukannya dia tidak bisa, tidak. Bukan soal itu. Luna jelas tidak asing dengan dunia entertainment karena bagaimanapun mamanya, Lucia Hart adalah dulunya seorang model dan juga artis terkenal pada masanya, hanya saja mamanya menutup rapat kehidupan pribadinya hingga publik sampai saat ini tidak ada yang tahu bahwa Luna adalah putrinya. Lagipula Lucia Hart tidak menggunakan nama aslinya, tapi dia memakai nama Kaluna Rose yang merupakan nama panjang Luna, Kaluna Rosivera Hart.Dulu, Lucia sering mengajarkan Luna berakting hingga cara berjalan ala model profesional, dia sangat ingin Luna menjadi seperti dirinya nanti ketika Luna sudah berusia 17tahun. Tapi, sebelum Luna menginjak usia itu, Lucia meninggal dan Rebecca hadir di tengah keluarganya untuk mengacaukan semuanya. Luna dilarang mengikuti casting juga sekolah akting, meski dia tidak
“Kenapa dia justru marah padaku?” Keluh Sean sambil memandangi layar ponselnya. Dia mendesah tanpa daya dan mendongakkan kepalanya ke langit-langit ruangan Daren, memejamkan matanya untuk mencoba berpikir keras. Saat itu, ponselnya kembali berbunyi. Dia dengan malas mengeceknya dan ternyata nama ‘My Luna’ tertera di layar ponsel. Sean mengubah posisi duduknya dan menerima panggilan itu. “Ya Luna.” “Sean, kamu dimana? Aku minta maaf ya...” “Aku kembali ke Jakarta, kamu tidak masalah kan di villaku dulu? Aku akan segera pulang nanti malam.” “Kamu masih marah?” “Tidak, aku di kantor Aaron sekarang, tapi aku akan segera pulang jika urusanku selesai. Tunggu ya!” “Baiklah!” Sean mematikan sambungan teleponnya setelah itu. Dia melenguh sambil kembali merosot ke sofa dan mendongakkan kepalanya. Dan pada posisi itu, dia tiba-tiba menemukan sebuah ide.Jadi, dia bangkit dengan penuh semangat dan pergi mencari Daren.“Dar, aku sudah menemukan solusinya.” “Solusi apa
Sean pergi setelah itu dengan pintu terbanting keras. Pundak Luna sampai terangkat karena kaget. Ini pertama kalinya dia melihat Sean semarah itu, jadi dia khawatir. Luna kemudian segera berpakaian dan menyusul Sean ke kamarnya. “Sean, buka pintunya!” Tak peduli seberapa keras Luna mengetuk pintu, Sean sudah terlanjur marah. “Baiklah, mungkin kamu butuh waktu untuk sendiri.” Luna pergi setelah mengatakan itu dan menemui Bibi Nancy di bawah. “Bi.” Sapa Luna yang kemudian ikut bergabung ke dapur dan membantu Bibi Nancy menyiapkan makan malam.“Iya Non, kenapa kusut begitu?” “Sean marah padaku. Hmm, biasanya dia suka menu apa Bi?” “Sup ikan salmon.” Luna berubah antusias, pasalnya dia pernah diajari oleh mamanya.“Aku akan membuatkannya Bi.” “Mau Bibi bantu?” Luna menggeleng dan dia dengan cekatan memasak sup ikan salmon untuk Sean. Tak lama, sup salmon buatan Luna matang dan dia membawanya ke kamar Sean.“Sean...” Tok tok tok.“Sean, aku sudah siapkan
“Maafkan aku Luna!” Sean yang sudah membawa Luna ke kamar dan membuang bikininya akhirnya berhenti begitu melihat Luna menangis. Dia menyambar selimut untuk ia gunakan menyelimuti tubuh Luna. “Maaf membuatmu takut.” Sean mengecup kening Luna dan mengulurkan tangannya untuk menyeka air matanya. “Maafkan aku ya Sayang.” Dia sampai tidak berhenti meminta maaf sambil menarik Luna ke dalam pelukannya. “Harusnya aku yang minta maaf padamu. Aku menghianatimu Sean.”Sean tak berkomentar apapun karena memang dia juga sangat patah hati saat tahu hal itu dari orang suruhannya. “Apa kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi?” Luna mengangguk dengan antusias. “Aku janji.” “Meski Jeremy akan mengancam membawa Xander darimu?” “Dia sudah membawa Xander sekarang dan aku tahu kalau dia tidak ada niat untuk mengembalikannya padaku.” Sean mengangguk setuju. “Jeremy itu sangat licik, kamu harus ingat itu.” “Aku tahu Sean, tapi sekali lagi aku sangat lemah jika soal Xander.