“Lunaa... how lucky you are, aku punya kabar baik untukmu.” Vania berkata dengan girang saat ia baru saja tiba di rumah kontrakan Luna. Luna yang masih sibuk di dapur dengan alat penggorengan hanya menanggapi dengan gumaman tanpa antusias, ia paham tingkah sahabatnya yang selalu berlebihan. Jadi ia tidak mau ikut ke dalam euforianya sebelum ia tahu kejelasannya. Terlebih lagi, Luna takut kehebohan Vania masih ada sangkut paut dengan Jeremy seperti bulan lalu, Luna masih trauma soal itu. “Kamu yakin tidak ingin mendengar kabar apapun dariku?” Luna sibuk mencicipi masakannya sebelum ia berkata, “Bicaralah kalau itu tidak menyangkut apapun soal laki-laki itu.” Vania menghela nafas tanpa daya, ia paham Luna seperti itu karena kebenciannya pada laki-laki blasteran Jerman – Bali itu sangat tinggi hingga ke ubun-ubun. “Ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan Jeremy, baiklah baiklah aku akan to the point. Aku mendapat pekerjaan untukmu.” Luna yang baru saja selesai menuangkan tumisa
Luna baru tiba di Aaron Management dan langsung disambut hangat oleh Daren di depan pintu utama.Luna merasa sedikit lega dan seketika rasa gugupnya hilang begitu melihat Daren.“Hy Lun, long time no see you dan kamu semakin perfect,” komentar Daren yang menilai Luna dengan angka sempurna.Luna hanya menyematkan senyuman malu-malu.“Perfect apanya Dar? Tambah kurusan iya, banyak begadang nemenin Xander soalnya,” kilah Luna.“Tidak apa-apa, yang penting kamu sehat,” balas Daren yang seketika membuat hati Luna menjadi hangat dan mengingatkannya pada sosok mendiang Louis.“Kamu tahu? Aku benar-benar gugup sekarang, lihatlah tanganku sampai keringat dingin,” celoteh Luna kemudian yang langsung disambut tawa kecil Daren.“Wajar sih karena ini hari pertamamu bekerja di sini, tapi percayalah kamu pasti akan terbiasa nantinya.”Luna mengangguk-angguk mendengarkan perkataan Daren sembari berjalan beriringan bersama menuju pintu lift tanpa memperhatikan sekitar.Jadi dia tidak tahu kalau kedata
*** Luna tiba di basement dengan nafas tersengal, hingga Zacky dan Reno berebut memberinya minum. Luna memelototi mereka dan akhirnya Reno si asisten perlengkapan Gavin yang mengalah, mungkin dia paham Zacky lebih senior. “Kamu baik-baik saja Lun? Wartawan itu tidak ada yang menyakitimu kan?” Tanya Zacky. Luna hanya menggeleng sambil mengusap bekas air minum pada sudut bibir ranumnya dengan jari-jarinya yang ramping, pemandangan itu membuat jantung Reno dan Zacky bertabuh riuh dan mereka tiba-tiba gugup. “Kapan Mas Sean kembali?” suara Luna baru menyadarkan mereka. “Aku tidak tahu, tapi kamu jangan pikirkan Mas Boss, dia senang meladeni wartawan.” Luna terkekeh pelan sambil menyilangkan kaki jenjangnya yang mulus, dan ia menyandarkan bahunya pada posisi yang lebih nyaman. Gerakan itu juga tak lepas dari mata Zacky dan Reno, setiap gerakan Luna sedikit saja membuat mereka terkagum. “By the way Lun, kenapa kamu tidak memilih jadi artis saja? Semua orang mengira kamu artis baru,
“Kami sudah tidak bersama lagi,” balas Luna dengan senyum getir yang menghiasi wajah cantiknya. Pada saat itu, mobil tiba di depan rumah kontrakan Luna. “Aku pulang dulu, bye semuanya, sampai jumpa lagi besok.” Ucapnya dipenuhi dengan senyuman yang lebih tepatnya sangat ia paksakan. Tanpa menunggu jawaban dari ketiganya, ia membuka mobil dan segera turun. Sean merasa bersalah telah bertanya hal itu pada Luna, jadi dia ikut turun menyusul Luna. “Luna tunggu!” Luna berbalik dan menatap Sean terkejut. “Ada apa Mas Sean?” “Emm, aku minta maaf.” Ia tersenyum sebelum berkata, “It’s okey.” Sean tersenyum lega dan dengan canggung berkata, “Salam buat baby kamu, aku pulang dulu.” Luna mengangguk dan tersenyum dengan lembut, membuat jantung Sean berdegup kencang mendapat senyuman seperti itu dari Luna. Ia berbalik dan kembali ke mobilnya. Reno dan Zacky berlomba berdehem menggoda Sean, tapi Sean bersikap cuek dan dengan dingin berkata, “Zacky, ayo kita pulang!” Meski begitu di dalam
“Kita putar balik ke jalan Bougenville, Zack!” “Baik Mas Bos.” Di seberang sana, Aura langsung lega mendengarnya dan ia dengan senang berkata. “Terimakasih Sean, aku tahu kamu sangat peduli padaku.” Hanya gumaman pendek yang keluar dari mulut Sean dan dia kemudian langsung menutup teleponnya. Luna pura-pura tidak mendengarnya dan dia menatap nanar pemandangan di luar jendela, sementara Daren ia pamit turun dan ikut mobil yang ada di belakang. Luna ingin ikut turun bersama Daren, tapi Sean mencegahnya.“Kamu semobil saja denganku, nanti aku akan meminta asisten Aura untuk ikut mobil yang di belakang bersama Daren, Reno dan lainnya.” Luna sebenarnya malas satu mobil bersama Aura, tapi jika Sean yang memintanya ia tidak bisa tidak menurutinya, jadi dia hanya mengangguk seolah dia tidak keberatan sama sekali. Mobil kemudian kembali melaju dan putar balik ke jalan Bougenville untuk menjemput Aura. Tak lama, mobil tiba dan Aura langsung bersemangat. Ia bahkan tidak segan menyuruh L
“Halo Tante.”“Ya Aura, ada apa? bukannya kamu lagi syuting di Bogor dengan Sean?”“Emm iya Tante, baru saja sampai. Tante sibuk?” Aura berbasa-basi.“Lagi perawatan di salon, ada apa Sayang?”“Tante sudah tahu soal asisten pribadi Sean yang bernama Luna?”Di seberang sana, Helena Aaron tampak terkejut, “Asisten pribadi Sean bernama Luna? Setahu Tante asisten Sean bernama Tisa.”Aura menyeringai dan dia melanjutkan aksinya, “Jadi Sean belum bicara sama Tante soal Luna? Dia bahkan digosipkan kekasih baru Sean oleh para wartawan kemarin, Tante juga tidak tahu soal berita itu?”“Apa? kekasih baru Sean? bagaimana mungkin? Kalian akan bertunangan dua minggu lagi, media mana yang berani membuat berita murahan itu Aura?”Aura menaikkan salah satu alisnya dengan ekspresi jahat di wajahnya, dia tahu kepada siapa harus mengadu agar Luna segera enyah dari pekerjaannya.“Iya Tante, Luna itu fans Sean yang tidak suka dengan hubungan kami, jadi dia merayu Daren agar bisa bekerja sebagai asisten pri
“Aku hanya ingin membantu Daren Ma, dia bilang temannya membutuhkan pekerjaan, jadi...”“Jangan alasan kamu Sean!” Helena langsung menyelanya dengan marah.“Pokoknya kamu harus pecat asisten baru kamu itu, kalau tidak! Lupakan soal pulau impianmu di Swiss.” Ancam Helena sungguh-sungguh.Tapi Sean hanya menyeringai dan dia dengan tegas menolak, “Sayangnya aku tidak akan memecat Luna, Ma!”“Sean!” teriak Helena marah.“Ma, Luna itu baik dan dia pintar memasak, aku pastikan asam lambungku tidak akan kambuh lagi karena aku akan memperbaiki jadwal dan pola makanku. Jadi please Ma, jangan ikut campur soal urusan satu itu!”Helena terdengar menghela nafas tanpa daya, selama ini bahkan dirinya saja sangat susah mengatur jadwal dan pola makan Sean, tapi perempuan yang bernama Luna itu kenapa dengan begitu mudah membuat Sean memastikan itu?Helena bimbang dan ia ingin sekali berpihak pada putranya, bagaimanapun selama ini dia selalu khawatir jika Sean keluar masuk rumah sakit hanya karena sakit
“Apa yang terjadi?” Sean bertanya dengan panik. Luna refleks melepas tangannya di dada dan menggigit bibirnya, ia tidak mungkin menceritakan sakitnya pada Sean, terlebih lagi itu terjadi pada bagian tubuhnya yang tidak seharusnya ia ceritakan pada seseorang laki-laki yang baru kenal seperti Sean, jadi dia gelagapan sendiri menjawabnya.“Emm, tidak apa-apa Mas Sean, aku pamit ke kamar sebentar.” Luna buru-buru keluar dari kamar Sean sambil mendesis menahan sakitnya.Beruntung jarak kamarnya dari kamar Sean tidak jauh, jadi dia dengan segera mencapai kamarnya dan menguncinya. “Ya Tuhan, ini sakit sekali.” Desisnya. Luna mondar-mandir di kamar hotelnya sambil sibuk mencari wadah untuk ASInya, mau tidak mau dia harus memerah menggunakan tangannya sendiri meski ini baru pertama kalinya.Setelah lama mencari akhirnya ia menemukan wadah yang cocok dan dia tersenyum senang, dia baru saja membuka kancing bajunya dan mulai memerah saat seseorang mengetuk pintu kamar hotelnya. Luna tahu it
“Ya, tentu saja kamu harus merasa seperti itu karena kedatangan tamu istimewa.” Goda Sean.Chevra terkekeh dan dia langsung menghampiri Sean untuk menyambutnya. Mereka kemudian pergi ke halaman belakang sambil menikmati kopi sebelum masuk ke obrolan inti. “Hmm, jadi karena Jeremy?” “Ya, kakakmu satu itu selalu saja menggangguku.”Chevra tertawa kecil sebelum berkata, “Jangan lupa kita bertiga satu ayah, jadi dia juga sebenarnya kakakmu.” Sean hanya mengedikkan bahunya malas sambil menyeruput kembali kopinya. “Sayangnya aku melupakan itu dan hanya menganggapmu saja yang saudaraku.”Chevra hanya mendengus sebelum kembali menanggapi perkataan Sean.“Lalu bantuan apa yang kamu butuhkan dariku?” “Tentu saja informasi tentang Louis.” Chevra mengerutkan keningnya dengan keras begitu mendengar nama mendiang sahabatnya disebut.“Louis? Ada perlu apa kamu bertanya tentang dia?” “Jeremy memegang semua kartu as Luna hingga membuat Luna terpaksa kembali padanya, dan menurutku
“Jeremy, aku harus memandikan dan menidurkan Xander terlebih dulu.”Luna langsung pergi begitu saja tanpa ingin menjawab pertanyaan Jeremy karena jelas ia tidak mungkin menerimanya kembali, Jeremy sudah pernah menghancurkan semua kehidupannya bahkan di usianya yang baru genap 21 tahun saat itu, dan sekarang dia meminta menikahinya? “Apa dia sudah gila?” keluh Luna dalam hati saat memandikan Xander.Dia sampai tidak fokus hingga lupa membersihkan rambut Xander, alhasil dia harus kembali memandikan Xander.“Mommy minta maaf.” Lirih Luna sambil mendudukkan Xander ke tempat tidur sambil membasuh tubuhnya yang putih bersih dan berisi, dia seperti pangeran kecil yang menggemaskan.Xander hanya tersenyum cerah sambil menampilkan deretan giginya yang baru saja tumbuh, dia seolah ingin menghibur Luna dengan senyuman itu. “Xander, apa kamu menyukai Daddy?”“Dddddy.” Lagi-lagi Xander tersenyum cerah sambil bertepuk membenturkan mainan di tangan kanan dan kirinya. Luna yang saat ini sedang mem
***“Jadi kapan kita akan ke Barcelona?” Ungkit Luna lagi saat mereka sarapan bersama. “Besok, apa kau senang sekarang?” Luna tersenyum begitu manis dan mengangguk. Meski di dalam hatinya dia sangat muak bersikap manis lagi seperti dulu, tapi demi bertemu Louis, dia rela melakukan apapun.“Aku akan menuruti apapun yang kau minta.” “Benarkah?” “Hmm, katakan saja! Apa ada hal lain? Mumpung aku sedang baik hati padamu karena semalam.” “Aku ingin tinggal bersama Xander selamanya.” Luna tersenyum penuh kemenangan saat mengatakan itu. Apa lagi yang dia inginkan kecuali itu?Jeremy menaikkan salah satu alisnya dan dia mencondongkan tubuhnya pada Luna sambil berbisik, “Asal kau terus disisiku, kau bisa kapanpun menemuinya.”Hati Luna langsung menyusut, dia menatap Jeremy dengan kesal sebelum kembali sibuk dengan sarapannya.“Aku akan menyuruh pelayan membawa Xander ke apartemenmu.” Luna hanya mengangguk acuh sambil mengelap tisu di bibirnya.“Dan kau harus menyusuinya.”
***Sinar matahari menembus dinding kaca bertirai transparan yang membuat Sean akhirnya menggeliat bangun. Tangannya meraba-raba ponselnya dan menemukannya di atas nakas. “Sudah jam 8, Luna sudah bangun belum ya?” Gumamnya.Dia bangkit dengan malas sambil mengucek matanya saat ponselnya kemudian berdering. Nama Daren tertera di layar dan Sean langsung menggeser ikon hijau untuk menerimanya. “Ya Dar, ada apa? Bukankah ini hari liburku?” Protes Sean.“Aku tahu, tapi aku ingin memberitahu kabar bahagia untukmu.” “Kabar bahagia apa?” “Video viralmu dengan Luna sudah ditakedown, juga semua komentar negatif tentang kalian sudah dihapus bersih tak tersisa, jadi kita tidak perlu merekayasa apapun. Ini menyenangkan bukan?” Daren tampak begitu bersemangat.Berbeda dengan Sean yang justru merasa linglung setelah mendengarnya.“Bagaimana itu bisa terjadi? Apa Luna meminta Jeremy untuk....”Dia tersentak saat mengingat Luna dan bergegas keluar dari kamarnya dan mencari Luna.“Se
Luna sedang mengamati foto Sean yang tampan sempurna di ponselnya ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.Dia kemudian menyimpan ponsel pemberian Sean itu ke tasnya dan membukakan pintu.Sosok Jeremy yang tinggi menjulang itu berdiri elegan di depannya dengan setelan biru muda yang membuat wajahnya terlihat bersih dan sangat tampan mempesona.Luna sampai gugup menghadapinya. “Jeremy, kau datang dengan cepat.” Jeremy hanya bergumam dan dia langsung masuk begitu saja. Luna tidak punya pilihan mengikutinya setelah menutup pintu kamar. “Bukankah tadi lokasi yang kau berikan itu berada di sebuah villa? Kenapa sekarang kau berada di hotel?” “Aku ingin menunggumu di sini.” Luna tidak tahu jawabannya itu akan berdampak apa nanti, tapi hanya itu yang dia punya di sela kegugupannya saat ini.Jeremy tersenyum tipis sambil memandangi view dinding kaca yang menghadap kolam dan juga pemandangan malam kota Bogor yang sangat indah. Dia kemudian berbalik untuk menatap Luna dan berkat
Malam ini Luna benar-benar tidak bisa tidur nyenyak. Dia terus memikirkan perkataan Sean yang memaksanya untuk menjadi artis Aaron Management.Bukannya dia tidak bisa, tidak. Bukan soal itu. Luna jelas tidak asing dengan dunia entertainment karena bagaimanapun mamanya, Lucia Hart adalah dulunya seorang model dan juga artis terkenal pada masanya, hanya saja mamanya menutup rapat kehidupan pribadinya hingga publik sampai saat ini tidak ada yang tahu bahwa Luna adalah putrinya. Lagipula Lucia Hart tidak menggunakan nama aslinya, tapi dia memakai nama Kaluna Rose yang merupakan nama panjang Luna, Kaluna Rosivera Hart.Dulu, Lucia sering mengajarkan Luna berakting hingga cara berjalan ala model profesional, dia sangat ingin Luna menjadi seperti dirinya nanti ketika Luna sudah berusia 17tahun. Tapi, sebelum Luna menginjak usia itu, Lucia meninggal dan Rebecca hadir di tengah keluarganya untuk mengacaukan semuanya. Luna dilarang mengikuti casting juga sekolah akting, meski dia tidak
“Kenapa dia justru marah padaku?” Keluh Sean sambil memandangi layar ponselnya. Dia mendesah tanpa daya dan mendongakkan kepalanya ke langit-langit ruangan Daren, memejamkan matanya untuk mencoba berpikir keras. Saat itu, ponselnya kembali berbunyi. Dia dengan malas mengeceknya dan ternyata nama ‘My Luna’ tertera di layar ponsel. Sean mengubah posisi duduknya dan menerima panggilan itu. “Ya Luna.” “Sean, kamu dimana? Aku minta maaf ya...” “Aku kembali ke Jakarta, kamu tidak masalah kan di villaku dulu? Aku akan segera pulang nanti malam.” “Kamu masih marah?” “Tidak, aku di kantor Aaron sekarang, tapi aku akan segera pulang jika urusanku selesai. Tunggu ya!” “Baiklah!” Sean mematikan sambungan teleponnya setelah itu. Dia melenguh sambil kembali merosot ke sofa dan mendongakkan kepalanya. Dan pada posisi itu, dia tiba-tiba menemukan sebuah ide.Jadi, dia bangkit dengan penuh semangat dan pergi mencari Daren.“Dar, aku sudah menemukan solusinya.” “Solusi apa
Sean pergi setelah itu dengan pintu terbanting keras. Pundak Luna sampai terangkat karena kaget. Ini pertama kalinya dia melihat Sean semarah itu, jadi dia khawatir. Luna kemudian segera berpakaian dan menyusul Sean ke kamarnya. “Sean, buka pintunya!” Tak peduli seberapa keras Luna mengetuk pintu, Sean sudah terlanjur marah. “Baiklah, mungkin kamu butuh waktu untuk sendiri.” Luna pergi setelah mengatakan itu dan menemui Bibi Nancy di bawah. “Bi.” Sapa Luna yang kemudian ikut bergabung ke dapur dan membantu Bibi Nancy menyiapkan makan malam.“Iya Non, kenapa kusut begitu?” “Sean marah padaku. Hmm, biasanya dia suka menu apa Bi?” “Sup ikan salmon.” Luna berubah antusias, pasalnya dia pernah diajari oleh mamanya.“Aku akan membuatkannya Bi.” “Mau Bibi bantu?” Luna menggeleng dan dia dengan cekatan memasak sup ikan salmon untuk Sean. Tak lama, sup salmon buatan Luna matang dan dia membawanya ke kamar Sean.“Sean...” Tok tok tok.“Sean, aku sudah siapkan
“Maafkan aku Luna!” Sean yang sudah membawa Luna ke kamar dan membuang bikininya akhirnya berhenti begitu melihat Luna menangis. Dia menyambar selimut untuk ia gunakan menyelimuti tubuh Luna. “Maaf membuatmu takut.” Sean mengecup kening Luna dan mengulurkan tangannya untuk menyeka air matanya. “Maafkan aku ya Sayang.” Dia sampai tidak berhenti meminta maaf sambil menarik Luna ke dalam pelukannya. “Harusnya aku yang minta maaf padamu. Aku menghianatimu Sean.”Sean tak berkomentar apapun karena memang dia juga sangat patah hati saat tahu hal itu dari orang suruhannya. “Apa kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi?” Luna mengangguk dengan antusias. “Aku janji.” “Meski Jeremy akan mengancam membawa Xander darimu?” “Dia sudah membawa Xander sekarang dan aku tahu kalau dia tidak ada niat untuk mengembalikannya padaku.” Sean mengangguk setuju. “Jeremy itu sangat licik, kamu harus ingat itu.” “Aku tahu Sean, tapi sekali lagi aku sangat lemah jika soal Xander.