Home / Rumah Tangga / Ketika Hati Lelaki Mendua / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Ketika Hati Lelaki Mendua : Chapter 41 - Chapter 50

65 Chapters

Part 41

Andra memperhatikan seorang bocah lelaki seusia Amir yang duduk di pangkuan ibunya, tidak jauh dari tikar tempatnya duduk. Andra rindu. Dia tidak bisa rutin mengunjungi mereka. Kadang dua Minggu sekali, kadang tiga Minggu, bahkan kali ini sudah lebih dari sebulan. Jadwal kerjanya sangat padat, dua Minggu yang lalu sempat ke kantor pusat untuk meeting dan menyambangi mamanya. Namun tiap hari Andra selalu menelepon Inaya, menanyakan kabar mereka. Foto dan video lucu si kecil selalu di kirim untuk papanya.Semilir angin yang berembus menggoyangkan tanaman padi yang masih menghijau, di sawah samping Andra duduk. Pria itu bisa melihat dari pagar pendek yang membatasi lesehan itu dengan persawahan.Sementara Marina berbincang dengan ibunya. Bu Cakra bilang, pasti kerasan tinggal di sana."Mama, mau sebulan atau dua bulan tinggal di sini aku malah senang. Nanti kuajak keliling kota kalau siang. Aku sudah hafal jalan di sini." Mobil Marina di antar oleh ekspedisi bersamaan dengan kepindahan a
last updateLast Updated : 2022-06-19
Read more

Part 42 Rindu dan Cemburu

Mobil berhenti di parkiran sebuah hotel tengah kota. Andra turun sambil membawa ransel berisi pakaiannya, serta beberapa papper bag berisi mainan untuk Amir dan brownis kukus rasa mocca kesukaan Inaya. Dulu waktu hamil, istrinya sangat menyukainya kue itu.Andra melangkah menuju lobby hotel dan menemui resepsionis. Bicara sebentar lantas menuju lift yang ada di lorong samping kiri. Hotel itu hanya lima tingkat dan kemarin Andra pesan kamar hotel di tingkat lima, karena mereka ada Amir, makanya Andra memilih kamar triple room dengan fasilitas deluxe room. Di ruangan itu ada satu tempat tidur berukuran besar dan satu lagi tempat tidur berukuran kecil. Andra sudah meminta satu fasilitas untuk box bayi, tapi hotel di kota kecil itu tidak menyediakan.Setelah berdiri di depan pintu kamar, Andra mengambil ponsel untuk menghubungi Inaya. Tidak lama kemudian pintu terbuka."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Inaya tersenyum menyambut kedatangan Andra. Mereka sejenak saling pandang, lalu ta
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more

Part 43

Tidak ada hati yang tak cemburu, tak ada hati yang tidak ingin mendapatkan apa yang dia mau. Cemburu, itu selalu ada di hati Inaya saat mengingat kebersamaan suami dan istrinya di sana. Tapi kata tahu diri itulah yang membuatnya bisa ridho menerima keadaan. Daripada situasi makin runyam jika dia di bawa kembali ke kota kelahirannya, Inaya rela bertahan bersama orang tuanya. Mungkin butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa di terima Marina. Tidak mengapa, dia juga sudah minta maaf. Walaupun mungkin tidak di maafkan, setidaknya dia sudah berusaha."Oh ya, meeting Mas tadi gimana?" tanya Inaya setelah diam beberapa lama."Mas sampai lupa mau cerita. Alhamdulillah, Mas berhasil dapat projek baru. Doakan lancar ya, agar Mas bisa mewujudkan membeli lahan dan bikin rumah untukmu dan Amir.""Aamiin. Nanti bisa di gabung sama tabunganku, Mas."Andra mengangguk. Membingkai wajah itu dengan kedua telapak tangannya. Tidak sabar, akhirnya Andra mengecup bibir yang setengah terbuka. Dia menginginkan I
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more

Part 44 Gadis Kecil Bernama Sisi

Andra meletakkan ponsel di meja samping. Seperti halnya ketika bersama Marina saat mereka sedang bercinta, Andra tidak akan sibuk membalas pesan Inaya. Kali ini yang di lakukan pun sama. Lagipula itu bukan masalah urgent.Mereka kembali menikmati kebersamaan yang tinggal beberapa jam saja. Saling menatap dan memberikan kehangatan, yang akan jadi pengobat rindu saat nanti mereka kembali berjauhan. Sebab Andra langsung pulang setelah ini. Deru pendingin ruangan, serta suara karyawan ibunya yang sedang membuat minum di belakang tidak menjadi gangguan buat mereka berdua. Siapa yang berani mengganggu, saat seorang suami mendatangi istrinya. Pekerja yang ada di sana sangat memahami karena sama-sama sudah menikah.Setelah istirahat setengah jam usai kebersamaan mereka, Andra segera mandi. Sedangkan Inaya mempersiapkan oleh-oleh untuk di bawa pulang suaminya. Ada mangga manalagi dan mangga golek yang di kemas di kardus ukuran sedang. Mangga yang sudah masak itu menguarkan aroma wangi. Satu ka
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more

Part 45

Gerimis mulai turun ketika Andra masih di tengah perjalanan. Jalan propinsi yang dilewati lalu lintasnya cukup ramai sore itu. Kendaraan berat tanpa muatan milik sebuah proyek berjajar hendak pulang. Andra tidak bisa menambah kecepatan. Akses tol juga belum ada di wilayah itu.Dia ingat belum membalas pesan dari Marina. Di ambilnya bluetooth earphone dari dasbor dan segera menghubungi istrinya."Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Maaf, Mas baru bisa nelepon. Mas masih di jalan ini. Di sini mulai gerimis.""Sama, di sini juga gerimis. Mas, sudah lihat foto anak kecil tadi, 'kan?""Sudah. Siapa yang mengirim foto itu?""Lia yang ngirim. Dia tahu dari suaminya. Ternyata yang merawat anak itu teman dari suaminya Lia.""Benarkah?""Iya.""Ya sudah, nanti kalau Mas sampai rumah saja cerita. Mas juga mau belikan pesanan anak-anak, mungkin sampai rumah sekitar jam tujuh malam.""Oke.""Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Panggilan terputus. Andra melepaskan benda kecil itu dari teli
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more

Part 46 Perjalanan

Andra diam sejenak. Sambil memasukkan berkas ke dalam tas kerja dia berkata, "Oke, kita akan pergi berempat. Mas akan pesan tiket untuk penerbangan siang nanti.""Anak-anak nggak akan ikut, Mas. Mereka kan sekolah.""Inaya dan Amir yang akan ikut."Marina menatap nanar suaminya. Dia tidak menyukai ini. Tidak ingin seperjalanan dengan madunya. "Sebelum ngajak aku Mas udah ngubungi dia dulu untuk ikut?" Ketus kalimat Marina."Nggak. Aku bilang sama Naya setelah bicara sama kamu tadi.""Ya udah, aku nggak jadi ikut. Kalian pergi saja bertiga." Marina melangkah cepat keluar ruangan. Dia sangat kecewa, bisa-bisanya Andra hendak mempertemukan dirinya dengan Inaya. Sedangkan Andra diam mematung, tidak ada niat memaksa mereka bertemu, tapi kejadian tadi memang di luar dugaan.Pria itu keluar ruangan, menemui Marina yang sedang bersolek di depan meja rias. Mengecup puncak kepala istrinya lantas pamitan ke kantor. Andra juga pamitan pada mama mertuanya yang sedang memilih sayuran bersama ART me
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Part 47

Jam satu Inaya sudah selesai bersiap. Amir yang sudah sangat ngantuk di pangku neneknya di teras. Mobil hitam masuk pekarangan, Inaya mendekati bapaknya. "Pak, kita pakai mobil Pak Yogi?""Iya, mobilnya saja yang dipinjamkan. Nanti yang nyopir anak buahnya. Tadi Bapak mau ke rumah Pak Rockim, tapi ketemu Nak Yogi di jalan. Waktu kita udah mepet, Naya."Inaya pasrah. Yogi turun dari mobil, dan menghampiri mereka di teras. Pria itu tersenyum ramah sambil melangkah mendekat. "Nunggu sopir saya sebentar lagi datang," ucap pria itu lantas duduk di bangku semen dekat pot bunga besar di ujung teras."Maaf, saya jadi merepotkan Pak Yogi.""Nggak apa-apa, Naya. Pakai saja mobilnya."Belum juga berbincang lama, datang seorang laki-laki usia sekitar empat puluhan naik motor tua. Di letakannya motor itu di bawah pohon nangka. Pak Redjo yang semula duduk, segera berdiri dan bicara. "Motornya taruh teras sini saja, Mas. Nanti kalau hujan biar aman.""Saya akan pakai motornya Pak Jalil untuk pulang,
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Part 48 Sama-sama Terluka

Tidak ada perempuan yang tidak terluka atau patah dalam situasi seperti Inaya. Meski sesadarnya dia menjadi yang kedua dan harus banyak mengalah. Minta maaf sudah dilakukan, menyapa dengan sopan juga sudah dilaksanakan. Mungkin memang akan butuh waktu lebih lama lagi agar dirinya bisa di terima oleh Marina.Dirinya tidak masalah di abaikan, tapi kenapa tak sedikitpun kakak madunya mau memandang bayi lelaki yang tidak berdosa, yang menatap dan berusaha menyapa dengan mengulurkan tangan untuk menyentuhnya tadi. Ketika masih duduk di bangku tunggu atau ketika Amir di gendong papanya saat berjalan di lorong hendak masuk pesawat. Dia juga seorang ibu yang memiliki anak. Mungkin karena Amir lahir dari rahimnya yang membuat Marina tidak peduli.Inaya menenangkan anaknya dengan memberinya ASI. Hati Andra juga merasakan kepedihan yang teramat dalam. Setiap melangitkan doa dia berharap agar hati Marina melunak, memang tidak mudah, tapi jika semua sudah terjadi tak kan mungkin dirinya akan membu
last updateLast Updated : 2022-06-24
Read more

Part 49

Marina mengangguk sambil menghapus riasan wajah di depan cermin lemari. Setelah Andra mengecup kening istrinya baru keluar kamar. Dipandangnya sejenak pintu kamar Inaya yang tertutup rapat. Mungkin Inaya dan Amir sudah terlelap. Andra memutar handle pintu kamar itu perlahan. Di atas ranjang, Inaya tidur sambil memeluk kaki putranya. Andra mendekat dan duduk di tepi pembaringan. Memandang dua insan yang telah hanyut dalam lelap. Cukup lama dia memandang Amir dan Inaya bergantian. Kemudian dengan pelan di lepaskannya hijab yang masih melekat di kepala istrinya, mungkin saking lelahnya Inaya sampai tak sempat melepaskan hijab.Inaya membuka mata. "Mas.""Mas ganggu, ya? Mas cuman mau lepasin hijab kamu."Inaya bangun, lantas melepaskan hijabnya sendiri dan menaruh di kepala ranjang. "Mas, baru pulang?" tanya Inaya."Iya. Udah lanjutin tidurnya, Mas mau nemani Mama.""Hu um," jawab Inaya tanpa bertanya tadi suami sama madunya pergi ke mana. Andra meraih tubuh Inaya dan mencium rambutnya y
last updateLast Updated : 2022-06-24
Read more

Part 50 Delapan Tahun Kemudian

Eight years later ....Embus angin malam terasa sejuk menyentuh kulit. Menimbulkan suasana syahdu di hening malam itu. Seorang pria sedang duduk di balkon menikmati sebatang rokok yang terselip di sela jari.Beberapa tahun ini dia kembali menyentuh benda itu. Benda yang sudah ditinggalkan sejak dia menikah. Namun sekarang, benda itu juga yang menemani kesendiriannya berteman sepi.Di pandangnya langit malam yang kelam tanpa batas, tanpa bintang gemintang dan rembulan yang bertahta di sana. Kejadian delapan tahun yang lalu telah membawanya pada satu titik di atas rasa sabar. Pasrah. Bahkan jika ada satu kata lagi di atas kata pasrah, itulah rasa hatinya saat ini. Namun satu yang pasti, perasaannya tak pernah terganti, rindunya menggebu, pada insan yang membuatnya begitu berharga ... dulu.Ketahuilah bahwa perasaan memang tak sederhana, karena rasa bukan rumus matematika. Perasaan tetaplah perasaan yang tak bisa digambarkan dengan apa pun yang tampak di depan mata. Dia tidak terlihat, t
last updateLast Updated : 2022-06-25
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status