Home / Pernikahan / Ketika Hati Lelaki Mendua / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Ketika Hati Lelaki Mendua : Chapter 21 - Chapter 30

65 Chapters

Part 21

Angin sore berhembus sejuk ketika Andra memasuki halaman rumahnya. Pekarangan depan penuh daun kering berserakan. Juga rumput liar yang mulai menyerang tanaman bunga. Padahal baru juga sepuluh hari di tinggal. Tangan dingin yang rajin merawat tanaman dan membersihkan halaman, kini tidak diketahui keberadaannya.Andra masuk rumah. Menyalakan sebagian lampu, biar jika ditinggal nanti rumahnya tak lagi gelap gulita. Ada aroma khas perempuan itu terhidu di penciumannya. Kamarnya masih rapi seperti saat terakhir mereka pergi dari sana. Segera Andra berwudhu untuk menunaikan Salat Asar.Di bukanya almari. Harum pewangi baju menyapa hidungnya. Tatapannya menyapu baju-baju Inaya yang masih utuh dan tersusun rapi.Segera diambilnya beberapa pakaian kerja dan baju santai untuk di bawa ke hotel tempatnya dan Marina menginap sementara ini. Barang-barang itu di susun dalam koper kecil. Ada laptop dan beberapa berkas kerja. Setelah di rasa cukup dengan apa yang perlu di bawa, Andra melangkah gontai
last updateLast Updated : 2022-06-02
Read more

Part 22 Pertemuan di Pesisir

Pak Karsa berdiri dan menyalami Andra, yang kemudian duduk di bangku depannya. Seorang ibu setengah baya menghampiri untuk menanyakan Andra pesan minum apa. Teh hangat jadi pilihan pria itu."Seseorang yang saya suruh nyari Bu Naya menemukan tempat tinggal mereka, Pak. Tiga jam perjalanan dari sini. Mereka tinggal di pesisir selatan, di perbukitan dan tidak jauh dari pantai. Tapi orang saya tidak berani mendekat, ada beberapa orang yang mengawasi di sana.""Mengawasi?" Andra kaget. Apakah perkiraannya selama ini benar?"Iya, Pak. Saya kurang tahu pastinya bagaimana. Tapi ada beberapa orang yang mengawasi di sana. Tempat itu area bedengan yang memiliki banyak pekerja, semua warga desa sana."Andra diam mencerna ucapan Pak Karsa. Benarkah orang-orang itu suruhan mertuanya yang ingin menyingkirkan Inaya. Persis seperti yang dilakukan pada perempuan itu delapan tahun yang lalu. Sengaja dibuat tertekan hingga akhirnya depresi dan berakhir di rumah sakit jiwa. Entah bagaimana nasibnya sekar
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Part 23

Di kejauhan tampak bukit menghijau dan lembah ngarai. Terlihat juga beberapa orang yang sedang mengisi polibag dengan tanah yang sudah di campur pupuk kompos. Tidak jauh dari orang-orang itu, ada bangunan usang yang temboknya sudah mengelupas dan terlihat batu-bata merah yang lapuk. Atapnya terlihat banyak genteng yang tersingkap.Langkah mereka terhenti saat dua orang laki-laki datang menghampiri. Wajah garang mereka terlihat sangat tidak bersahabat. "Siapa kalian?" tanya seorang laki-laki bertubuh besar. Matanya tajam menyelidik pada Andra. Seperti sedang mengingat sesuatu. Lantas dia berbisik pada rekan di sebelahnya.Dengan tenang Andra menjawab. "Kami ingin melihat tanaman di bedengan sini. Dan berniat membeli beberapa ribu tanaman jati."Dua laki-laki itu saling berbisik. Seperti yang telah di pesan oleh bosnya. Jika bertemu Andra lebih baik jangan terlibat keributan."Semua tanaman di sini sudah di pesan. Dan kami tidak menerima pesanan lagi. Maaf, sebaiknya kalian pergi saja."
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Part 24 Jiwa yang Terancam

Inaya berbaring di jok tengah dengan kepala berada di pangkuan ibunya."Pergilah, Pak Andra. Saya yang akan mengurus dua orang itu," kata Pak Karsa sambil menunjuk dua laki-laki dengan wajah lebam dan kedua tangannya terikat kain di belakang tubuh, yang di seret Pak Karsa dan Rano untuk mengikuti mereka. Beberapa warga di sana, tetap diam. Takut untuk ikut campur. Mereka hanya memandang dari kejauhan."Segera bawa pergi dari sini, Pak. Cari tempat yang aman. Saya yakin temannya yang kabur tadi pasti sudah laporan sama bos mereka." Pesan Andra."Saya akan menghubungi teman saya yang polisi, Pak," jawab Reno. Dua orang bertato tadi melotot mendengar kata Polisi di sebut. Pesan dari bosnya, jangan sampai berurusan dengan aparat sedikit pun. Makanya selama ini mereka tidak bersikap kasar pada Inaya dan kedua orang tuanya.Andra masuk mobil dan melaju ke arah kota. Jalan yang terjal membuatnya tidak bisa melaju kencang. Bahkan harus sangat hati-hati karena Inaya sedang hamil. Tapi dia jug
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Part 25

Saat kembali ke kamar, Inaya tengah di suapi oleh ibunya. Setelah mendapatkan perawatan, tubuh wanita itu tidak selemas tadi. Ia duduk dengan dua bantal menyangga punggungnya. Andra tersenyum dan mendekat. Untuk bicara, pria itu menunggu sampai istrinya selesai makan."Sudah, Nak Andra. Ibu mau Salat Maghrib dulu, ya," pamit wanita itu sambil meletakkan bekas tempat nasi jatah dari rumah sakit di atas meja, lantas keluar kamar dan di antar Pak Redjo untuk menuju ke mushola."Kamu lebih baik sekarang."Inaya mengangguk. "Terima kasih, Mas.""Bapak sudah cerita, mengenai peristiwa hari itu. Mas minta maaf karena membuat kamu menderita selama tiga bulan ini. Mas mencarimu ke mana-mana dan baru bertemu sekarang." Andra menggemam jemari istrinya. Tangan itu tidak lagi sedingin tadi."Mbak Marina bagaimana? Apa masih marah?" tanya Inaya pelan dan hati-hati."Jangan di bahas dulu. Tunggu sampai kamu benar-benar pulih. Kamu akan aman di sini, karena tak sembarang orang bisa menjenguk kamu. Ma
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Part 26 Jangan Pergi

Orang yang di tanya hanya diam sambil membuang muka. Andra menahan diri agar tidak tersulut emosi. "Siapa? Katakan!" tanya Andra lirih tapi penuh penekanan. Dia tidak ingin di curigai orang luar jika terjadi keributan.Laki-laki itu masih diam. Rano dan dua rekannya mengawasi dari belakang Andra. Di luar terdengar suara motor berhenti dan tidak lama kemudian Pak Karsa masuk. Di tangannya membwa kantung kresek berisi beberapa nasi bungkus. Pria yang sudah memakai seragam satpam menghampiri Andra dan memberikan dua ponsel milik tawanan. Andra mundur lantas keluar rumah diikuti oleh Pak Karsa. Sedangkan Rano dan dua rekannya sedang memaksa mereka untuk makan dengan cara di suapi. Mungkin karena sudah terlalu lapar karena sejak kemarin tidak makan, dua orang bertato itu mau makan dan minum. "Mereka bermain sangat rapi, Pak. Sejak kemarin nggak ada satu pun yang menghubungi kedua nomer itu. Yang jelas satu orang yang kabur kemarin pasti sudah menghubungi bosnya. Tapi Pak Andra buka aplika
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

Part 27

"Mas tidak akan ninggalin kamu." Genggaman tangan Andra makin erat. Mereka larut dalam rasa yang bermuara ke arah yang sama. Dan satu dilema terpampang jelas di depan mata. Andra tidak gentar dan berharap Inaya juga tidak akan menyerah."Mas akan kembali, Naya. Kamu tunggu Mas di sini, jangan pergi lagi." Tangan Andra menggenggam erat jemari itu. Netranya menatap lekat mata bening yang memandangnya sayu. Andra lega saat Inaya mengangguk, meski samar.Habis Maghrib Andra pamitan pulang. Dia berpesan pada Inaya dan mertuanya agar menunggunya datang lagi. Andra pamitan hanya pergi selama dua hari dan meninggalkan sejumlah uang pada istrinya.Bagi Andra, lebih baik segera menemui mertuanya sebelum mereka bertindak makin runyam dan membahayakan nyawa orang lain. Dia juga harus berterus terang pada Marina, karena telah menemukan Inaya. Mobil memasuki halaman rumah tepat jam delapan lebih lima belas menit. Lebih cepat dari perkiraan. Marina membukakan pintu dengan pakaian yang sangat seksi
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

Part 28 Kisah Kelam

Andra masih bersikap tenang dan tetap sopan. Meski ucapan yang keluar dari bibirnya membuat tersinggung papa mertuanya. "Kita sama-sama melakukan kesalahan yang sama, Pa. Mendua.""Jangan kurang ajar kamu, Andra!" Pak Cakra tersulut emosi. Bahkan suaranya tak lagi terkontrol. Netranya tajam memandang menantunya. Andra mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Membuka galeri dan menunjukkan satu foto perempuan dengan baju seragam rumah sakit jiwa, sedang duduk di bangku taman. Tatapan wanita itu hampa ke udara. Pak Cakra gemetar dan pucat. Diletakkannya ponsel Andra di meja."Walaupun kondisinya seperti ini, Papa pasti masih mengenalinya, 'kan?""Kamu jangan main-main denganku. Bisa saja aku membuatmu meringkuk dalam penjara karena telah berani menikah diam-diam. Aku juga bisa membuatmu tak akan bertemu dengan anak-anakmu seumur hidup," ancam Pak Cakra dengan suara tertahan dan gigi gemertak menahan geram."Oke, kita akan sama-sama meringkuk dalam penjara, Pa. Tentunya dengan masa
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more

Part 29

Marina lemas mendengar perkataan sang mama. Mereka sama-sama terpuruk oleh kisah yang sama. Ingin Marina mengamuk pada papanya saat itu juga, tapi tidak ingin para pekerja dan anak-anak akan tahu aib mereka. "Ma, aku nemui Mas Andra dulu. Mama tenangkan diri dan istirahat."Setelah mamanya berbaring dan di selimuti, Marina keluar kamar. Dia berdiri lama memandang pintu megah yang tertutup rapat. Papanya pasti masih ada di dalam sana. Lantas dia menaiki tangga. Di dalam kamar, Andra sudah memakai jaketnya. Menunggu sambil duduk di tepi tempat tidur."Mas, akan tetap pergi?""Papamu mengusir Mas, Rin. Kita harus pergi. Besok pagi kita temui anak-anak."Marina termenung. Lalu di pandangnya sang suami. Dia kembali terisak saat menceritakan keadaan mamanya. Tidak tega jika membiarkan mamanya sendirian. Andra meraih tubuh istrinya untuk di dekap. "Tidak apa-apa kalau kamu mau nemani Mama dulu. Tapi Mas harus pergi. Mas akan pulang ke rumah Mama atau ke rumah kita. Besok pagi-pagi sekali Ma
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more

Part 30 Perempuan di Rumah Sakit Jiwa

Pagi itu Andra hanya minum teh buatan sang mama. Dia tidak sempat sarapan karena harus segera mengantar anak-anak ke sekolah. Bahkan belum sempat menceritakan peristiwa kemarin."Urus dulu anak-anakmu. Selonggarnya kamu saja cerita ke mama." "Ya, Ma." Andra lantas pamitan. Bu Safitri mengantar ke depan, kembali masuk setelah mobil putranya tak lagi kelihatan.Andra memasang bluetooth earphone ke telinga kirinya. Dia menghubungi Inaya. Namun hingga panggilan ke sekian kali tidak dijawab istrinya. Kali ini Andra resah, tidak seperti sebelumnya. Takut sekali terjadi apa-apa pada Inaya, apalagi mertuanya sudah seperti orang kalap saja tadi malam. Kalau dulu dia bisa paham, karena dirinya juga yang meminta Inaya agar tidak berkomunikasi dengannya selagi ia pulang ke Marina. Tapi sekarang ....Tak putus asa, Andra tetap menghubungi hingga panggilan di jawab Inaya. "Assalamu'alaikum, Mas.""Alhamdulillah, Wa'alaikumsalam. Kenapa tidak di angkat teleponnya? Bikin Mas cemas saja." Andra berna
last updateLast Updated : 2022-06-10
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status