Wajah Yasmin memang mirip dengan Shanum, adik kandungku. Kalau dia masih hidup pasti sudah sebesar Yasmin. Sayang, Allah lebih menyayanginya hingga Shanum dipanggil terlebih dahulu. Bulir bening kembali menetes kala mengingat adik kandungku itu. Rasanya masih saja tak percaya jika dia telah tiada. Saat bertemu dengan Yasmin,aku seperti menemukan adikku kembali. Ya, meski watak mereka jauh bertentangan. Bahkan seperti langit dan bumi. Suara ketukan pintu menyentakku dari lamunan. Segera aku berdiri dan membukanya. "Selamat malam, Mas. Ini makanan pesanan anda." Aku mengangguk lalu membuka pintu lebar, membiarkan lelaki itu masuk. "Letakkan di meja saja, Mas!" Lelaki itu mengangguk tapi tatapan matanya selalu tertuju pada Yasmin. "Ini Mas, terima kasih." Ku berikan uang tips agar lelaki itu cepat pergi. Setelah nasi goreng dan secangkir cappucino masuk ke dalam perut, rasa kantuk mulai menyerang. Ku rebahkan tubuh di atas sofa hingga akhirnya terlelap ke alam mimpi. ***Notifikas
Read more