Semua Bab Derita Suami Mandul: Bab 61 - Bab 70

96 Bab

Yunita Ragu

"Tolong jangan sakiti anak saya," kata Angga. "Baiklah kalau begitu kirim uang tebusan untuk anak anda," kata penculik itu. "Anda harus membawa uang lima puluh juta untuk tebusannya." Penculik itu mematikan ponselnya. Angga menyiapkan uang yang penculik itu minta. Dia tidak mau jika Shaka di sakiti. Angga juga dilarang membawa polisi. Jadi Angga akan datang sendiri. Angga membawa uang itu ke alamat yang penculik itu kirim. Dia akan melakukan transaksi di sana. Fatimah khawatir dengan apa yang dilakukan Angga. Dia takut Angga terluka. Sampai di tempat tujuan, Angga melihat Shaka dengan tiga orang penculik. "Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Angga. "Tidak ada, aku hanya butuh uang itu," jawab penculik. Mereka barter, setelah mendapatkan uang. Tiba-tiba penculik itu melepaskan tembakan ke arah Angga.Dor Sebuah tembakan mengenai seseorang. Penculik langsung melarikan diri karena salah sasaran. "Luna," ucap Angga. Luna terjatuh ber
Baca selengkapnya

Amara Ikhlas

Setelah merasa tenang, Amara kembali ke ruang tamu. Di sana masih ada Yunita, Jaka dan Jonathan. "Ra, terima cincin dari Mas Jaka!'' pinta Yunita. "Nggak, Mbak. Aku sadar, aku terlalu egois. Aku sudah merusak kebahagiaan kalian. Terutama kebahagiaan Jonathan. Aku rasa hanya Mbak Yunita yang berhak mendapatkan Mas Jaka. Toh Mas Jaka mencintai Mbak bukan aku," kata Amara. "Kamu yakin? Bukannya kamu yang menunggu Mas Jaka sampai kamu tidak menikah?" tanya Yunita. "Bukan, Mbak. Aku belum menikah karena belum ada yang cocok. Bukan karena aku menunggu Mas Jaka. Mas Jaka sudah meminta maaf atas kesalahan dia, jadi untuk apa aku menuntut lebih," jawab Amara. "Mbak nggak usah khawatir aku benar-benar ikhlas kalian menikah," ucap Amara. "Jika kamu sudah bilang seperti itu aku akan menikah dengan Mas Jaka," kata Yunita. "Aku juga akan mencari jodohku sendiri," kata Amara. Amara kembali masuk ke dalam kamarnya. Sementara Jonathan berteriak girang karena tahu
Baca selengkapnya

Pernikahan ketiga Rani

Acara ijab qobul Rani dan Adam akan segera dilaksanakan. Rani tampak deg-degan, meskipun ini pernikahan ketiganya. "Sama terima nikah san kawinnya Rani binti Santo dengan Mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Adam lantang. "SAH," ucap penghulu. "SAH," jawab para tamu kompak. Mereka lalu berdoa, setelah itu sungkem pada kedua orang tuanya. Setelah itu Rani dan Adam duduk di pelaminan. Seseorang yang Rani kenal tadi mendekati mereka. "Selamat Pak Adam, semoga kalian bahagia!" ucap Bimo. "Iya, Pak. Aku dengar Pak Bimo juga akan menikah?" tanya Adam. "Iya, tunggu saja undangannya," jawab Bimo tersenyum. Rani malas menanggapi ucapan Bimo. Dia merasa Bimo hanya pamer saja pada Rani. Setelah Bimo pergi giliran Anita dan keluarganya naik ke atas panggung. Mereka berfoto bersama. "Ran, kamu kok pucat. Apa kamu sakit?" tanya Anita. "Tidak, Te. Mungkin kurang tidur saja," jawab Rani. "Maklum mau jadi nyonya Adam sampai nggak bisa tid
Baca selengkapnya

Simpanan Santo

tidak bisa menahan amarahnya, dia memukuli Santo dan wanita itu. Santo berusaha memakai bajunya saat Amanah sedang memukuli wanita itu. "Hentikan Aminah!" teriak Santo. Karena Aminah tidak kunjung berhenti, Santo menamparnya.Plak "Jahat kamu, Pak. Tega kamu hianati Ibu," bentak Aminah sambil memegangi pipinya yang terasa panas. "Itu akibatnya kalau kamu terlalu cerewet," bentak Santo. "Kamu kira aku tidak berani memghianati kamu," lanjut Santo. "Kamu jahat!" teriak Aminah sembari memukul tubuh Santo. Wanita itu buru-buru memakai bajunya lagi. Dia merasa senang karena Santo membela dia. "Mas, katakan padanya sekarang kalau kamu akan menikahi aku," kata wanita bernama Sandra. "Iya Sandra," kata Santo. "Aminah, aku akan menikahi Sandra. Sekarang kamu maunya apa? Cerai atau dimadu?" tanya Santo dengan mudahnya. "Dimadu? Tidak aku tidak mau," bentak Aminah. "Ceraikan saja aku," ucap Aminah. Aminah lalu mengambil koper, dia memasukkan bajunya ke dalam kope
Baca selengkapnya

Terpaksa Dimadu

Keputusan yang diambil Angga untuk menikahi Luna demi Naura mungkin saat ini pilihan yang tepat. Fatimah harus rela dimadu demi kebebasan sang putri. Papa Angga marah saat Angga bilang akan menikahi Luna. Namun, semua dilakukan demi Naura cucunya. "Baiklah, kalau itu demi Naura," kata Papa Angga. Pagi itu Angga dan Fatimah menyiapkan pernikahan sederhana antara Angga dan Luna. Selain itu bertepatan juga dengan pernikahan Angga dan Yunita. Pernikahan Angga dan Yunita tidak terlalu mewah hanya para tetangga dan sanak saudara saja. Juga beberapa karyawan Yunita yang diundang. Pernikahan Yunita dan Jaka berjalan lancar. Mereka telah resmi menjadi suami istri yang sah. "Aku punya Papa," teriak Jonathan bahagia. Amara senang melihat Yunita dan Jonathan bahagia. Dia yakin pilihannya melepas Jaka adalah hal yang paling tepat. "Dek, aku tunggu giliran kamu," kata Yunita. "Sabar, Kak. Butuh proses, mencari pendamping tidak semudah mencari kutu,"
Baca selengkapnya

Jebakan Luna

Angga memang tidur satu kamar dengan Luna. Namun, dia sama sekali tidak menyentuh Luna. Bahkan dia memilih tidur di sofa untuk menghindari Luna. Luna merasa dipermainkan oleh Angga. Dia kesal atas sikap Angga yang tidak mau menyentuh dia. Luna tidak akan tinggal diam melihat perlakuan Angga padanya. "Sampai kapan kamu begini?" tanya Luna. "Aku juga istrimu, harusnya kamu penuhi kewajiban kamu," lanjut Luna. "Aku menikahi kamu karena terpaksa. Jadi jangan pernah kamu berharap lebih dariku," ucap Angga sinis. "Akan aku buat kamu berlutut di kakiku Angga," ucap Luna lalu naik ke atas ranjang. Dia menutupi tubuhnya dengan selimut. Angga tidur di sofa hingga pagi. Dia bahkan tidak beranjak dari sofa semalaman. Setelah bangun, dia langsung mendatangi Fatimah. Dia bahkan membangunkan Fatimah yang masih tertidur pulas. "Mas, sudah bangun! Sepagi ini kenapa kamu sudah di sini?" tanya Fatimah sembari bangun. "Mas kangen sama kamu," jawab Angga. Fat
Baca selengkapnya

Fitnah Luna

Luna menyeringai, dia tidak menyangka Angga menyadari jebakannya. Tetapi semua terlambat Luna telah berhasil. "Mas, aku akan meminta kamu menikahi aku secara sah. Jika aku hamil anak kamu," kata Luna. Angga merasa geram, dia hendak memukul Luna. Tetapi tangganya berhenti di udara. "Ayo pukul! Biar kamu puas," bentak Luna. Angga kembali ke kamar dan mengunci pintu. Dia merasa kepalanya sangat pusing.** Jonathan ternyata mau di tinggal bersama baby sitternya. Jaka dan Yunita siap untuk honeymoon ke Bali. "Mas aku sudah menyiapkan semua. Tinggal menunggu keberangkatan kita," ucap Yunita. "Kamu antusias sekali ke Bali. Aku justru mengkhawatirkan Jonathan," kata Jaka. "Tenang saja dia akan baik-baik saja, Mas," bujuk Yunita. Jaka dan Yunita siap terbang ke Bali. Dia ingin memanfaatkan waktu untuk berdua. Sampai di penginapan, Jaka dan Yunita istirahat. Mereka lelah naik pesawat. Jonathan sangat pengertian dia tidak menelfon Yunita sama se
Baca selengkapnya

Kehamilan Rani

Sampai di rumah sakit, Dokter langsung menangani Rani. Tidak berapa lama Rani sadar namun wajahnya masih terlihat pucat. "Dok, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Adam khawatir. "Oh dia baik-baik saja. Selamat Bapak akan menjadi seorang Papa," ucap Dokter. "Apa? Rani hamil, Dok?" tanya Adam. "Betul, kehamilan di trisemester pertama memang begitu. Bahkan kadang ada yang lebih parah," jawab Dokter. Adam senang mendengar kehamilan Rani dia segera memberitahu Mama dan Papanya. "Mama sama Papa sebentar lagi akan punya cucu, Dokter bilang Rani hamil," ucap Adam. "Benarkah?" tanya Mama Adam. "Iya, Ma," jawab Adam. "Terima kasih Rani, kamu sudah membahawa kebahagiaan di keluarga kami," ucap Mama Adam memeluk Rani. Rani hanya tersenyum melihat keluarga Adam yang senang dengan kehamilannya. Tidak berapa lama, Aminah datang dengan supir Rani. "Jeng, kita akan punya cucu," kata Mama Adam. "Wah benarkah? Selamat ya untuk Adam dan R
Baca selengkapnya

Santo Meminta Rujuk

Santo terus merengek meminta rujuk dengan Aminah. Dia bahkan bersimpuh di kaki Aminah. "Tolong maafkan aku!'' pinta Santo. "Tidak ada kata maaf. Aku tidak mau lagi rujuk dengan penghianat seperti kamu," ucap Aminah lantang. "Pergi kamu dari sini," bentak Aminah. Dia mendorong Santo dengan kasar. Namun, Santo tidak kunjung pergi. Aminah memilih masuk ke dalam kamar. Dia tidak mau berbicara dengan Santo lagi. "Aminah, jangan perlakukan aku seperti ini. Biar bagaimanapun aku adalah suami kamu. Kita belum berpisah," kata Santo. Hampir setengah jam di depan kamar Aminah. Namun, Aminah tak kunjung keluar. Santo tetap tinggal di rumah Rani demi membujuk Aminah. Hingga waktu makan siang, Aminah terkejut melihat Santo tidur di sofa. Dia tidak ada niatan untuk mengajak Santo makan siang. Bahkan dia enggan untuk membangunkan Santo. "Bik, kalau Santo minta makan suruh ambil sendiri. Jangan dilayani!" perintah Aminah. "Baik, Bu," jawab pambantu Rani. Se
Baca selengkapnya

Luna Hamil

Luna marah mendengar Shaka disalahkan. Dia bahkan mulai mengancam Aminah. "Shaka tidak bersalah," kata Luna. "Bu, sudah mendingan Ibu pulang,'' kata Angga. "Jangan buat Shaka ketakutan," cegah Angga. Aminah merasa geram atas perlakuan Angga. Dia meninggalkan Angga dan Luna. Semenjak itu Aminah memikirkan nasib Fatimah yang dimadu Angga. Dia tidak menyangka Aminah telah membuat Fatimah sedih. Fatimah sendiri semakin hari semakin dijauhi Shaka dan Angga. Padahal Fatimah berusaha untuk dekat dengan mereka. "Mas, jika Mas Angga sudah tidak percaya padaku, lebih baik Mas ceraikan saja aku." Fatimah sedih. "Aku sudah berkali-kali merasa sakit hati melihat kedekatan kalian. Bahkan Shaka sudah membenci aku. Kamu sendiri bilang tidak akan mencintai Luna lagi, nyatanya apa? Sekarang Mas lebih banyak menghabiskan waktu dengan dia dibandingkan aku dan Naura," lanjut Fatimah. "Ingat, Mas! Naura juga anak kamu, jangan sampai kamu anak tirikan. Kamu dan Shaka boleh membe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status